Duniaku yg hancur

1.7K 67 2
                                    

Satu bulan berlalu dari saat aku mengetahui mas bagas berbohong padaku. Saat itu juga sikapku mulai berubah dengannya, lebih cuek dan acuh. Bagiku tak lagi penting apa yg benar dan salah, setiap orang dalam rumah tangga harusnya mengerti beban dosanya masing-masing saat berbohong atau berkhianat. Biar Tuhan yg akan menghukumnya.

Setiap hari pun aku ke kampus sendirian, karena memang aku sudah tidak mau merepotkan mas bagas. Aku akan kembali menjadi wanita mandiri yg tidak cengeng dan kuat.

Aku lebih fokus pada resto papa yg selama ini belum kusentuh. Waktuku banyak kupakai disana. Setelah kuliah aku akan mampir ke resto dan bertahan disana hingga malam.

Sayang..ntar lunch bareng yuk

Aku membaca pesan mas bagas saat kuliah sedang berlangsung. Jujur malas sekali membalasnya, dia tak lagi hangat dan penyayang seperti dulu. Tak lagi perhatian dan sering buru-buru menghilang tanpa kuketahui sebabnya, saat aku bertanya pun jawaban bohong yg kuterima. Beberapa kali ku telepon kantornya dia seringkali tak ada dikantor dan aku memilih tak pernah menghubungi kantornya lagi.

"Ze....eh ngelamun aja"

"Haaa. Apa?"

"Akhir-akhir ini km kurang sehat?"

"Ah...nggak, biasa aja"

"Yeee...liat tu muka pucet kayak hantu"

Aku mengaca pada handphoneku dan benar saja, tanpa kusadari wajahku tak lagi charming seperti biasanya. Sudah berapa lama ya aku tak bersemangat ber make up.

"Aku gak make up"

"Ato kamu hamidun kali"

Kaget aku mendengar ucapan temanku, aku baru ingat bahwa sudah sebulan aku tak menstruasi. Aku juga sudah 2 bulan tak minum pil kb sejak aku tau mas bagas menginginkan bayi. Apa aku benar hamil?

Kubalas pesan mas bagas, kali ini ada harapan hubungan kami membaik.

Ya mas...jam 13 aku selesai kuliah, mau makan dimana?

Deket kampus km aj syg, mas nanti kesana ya

Aku menunggunya sudah 30 menit, kami janjian makan di tempat biasa kami makan, kulihat dia baru datang.

"Maaf mas telat"

"Mau makan apa"

"Kayak biasa aja"

Kami pun menunggu pesanan kami datang. Dia bercerita tentang bagaimana pekerjaannya. Aku setengah malas mendengar dan menanggapinya karena sudah tak percaya dengannya.

"Kamu ko ndk makan yang?"

"Hah? Ini dimakan mas"

"Mas perhatiin kamu pucet lho,, nggak enak badan?"

"Baru nyadar kalo ada yg beda sama aku mas?"

"Hah?"

Saat ingin kujawab, handphone mas bagas berbunyi. Jelas kuurungkan niatku.

"Halo..ya?"

"Wait...tunggu disitu ya..aku kesana"

Aku melihatnya dan sudah menebak bahwa dia harus segera pergi.

"Pergilah"

"Sorry ya dear, ada yg urgent dikantor"

Aku mengangguk, dia menciumku lalu segera pergi. Aku terpaku melihat perlakuannya. Bahwa untuk makan siang saja menemaniku rasanya tak bisa.

Dan, apa lagi yg urgent kali ini. Aku segera menelfon malla dikantor mas bagas

"Halo malla"

"Ya mbak ze"

"Ada urgeent apa dikantor?"

"Hah..urgent? Kita malah lagi sepi mbak"

"Sepi gimana?"

"Sudah sebulan bella model pilihan mas bagas absen, dan mas bagas juga tidak mencari model pengganti, banyak tawaran job iklan ditolak"

Aku kaget mendengarnya, kemana mas bagas selama ini. Seolah semua baginya baik saja tapi kabar apa ini.

Duniaku tiba-tiba berputar, aku pusing, seperti tak bisa berpijak pada bumi. Tiba -tiba semua gelap.

Aku membuka mata saat aku mencium bau alkohol dan langit-langit putih ruangan putih dengan della disebelahku.

"Kamu baik aja ze?"

"Hah...aku dimana del?"

"Kamu td pingsan, untung aku pas lewat kubawa ke sini"

"Dimana ini?"

"Rumah sakit lah, aku perlu telepon suami mu kah ze?"

"Oh...nggak usah del,mana dokternya"

"Tuh...beneran udah kuat?"

"Hmmm..."

Aku mencoba berdiri dan menuju meja dokter.

"Ibu zea baik-baik saja, hanya shock kecil..tapi bayi ibu juga baik-baik saja"

"Bayi dok?"

"Iya...ibu sedang mengandung"

Aku kaget, ini kabar yg sudah lama ditunggu mas bagas, tapi ntah kenapa rasanya aku tak segembira seharusnya.

"Kalau begitu sy rujuk ke dokter kandungan ya bu, supaya bisa diperiksa lebih lanjut"

Aku mengangguk dan menerima surat rujukan itu, della mengantarku sampai ke poli kandungan, aku menunggu panggilan giliranku.

"Hmmm ze...km bs sendiri gak?"

"Oh..iyaa dont worry, kalo sibuk km bisa tinggal del"

"Iya ini nyokap bawel banget minta anter"

"Iyaa..bentar lagi suamiku dtg"

Della pergi meninggalkanku sendiri diruang tunggu. Aku menghella nafas dan menyadari bahwa semua bersama suaminya sedangkan aku mesti sendirian kali ini. Apa yg mestu kulakukan? Apa perlu aku menelfon mas bagas.

Belum kuputuskan apa yg harus aku lakukan, mataku menangkap pasangan yg baru saja keluar dr ruanh periksa dokter. Laki-laki yg kukenal baik sedang menggandeng wanita yg juga kukenal, keluar dengan sedang berbincang dan terlihat bahagia. Duniaku serasa hancur, ini jawaban yg tak pernah kucari.

Mas bagas bersama wanita itu, bella. Keluar dari ruang periksa dokter kandungan.

Make (it better) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang