Aku tiba di apart dekat dengan resto yg selama ini kukelola, sebenarnya masih dalam satu kompleks, dan sudah lama kosong.
Untungnya aku telah menyuruh orang untuk membersihkannya dan siap untuk ditempati.
Aku menghempaskan badanku diranjang dan mengelus perutku, mencoba berbicara dengan bayi dalam kandunganku.
"Nak...kali ini papa nggak bisa nemenin kita"
"Kita mesti kuat ya nak"
Aku langsung tertidur setelah malam panjang menegangkan dengan mas bagas tadi.
Dua sudah aku hanya di apartemen dan resto, mengambil libur semesterku dengan hanya disini sja. Mencoba berdamai dengan keadaan.
Mas bagas selalu mencoba menghubungiku, aku hanya membalasnya dengan kabar bahwa aku baik-baik saja.
Hari ini seperti biasa aku akan ke resto untuk recheck semua laporan admin keuanganku, aku bersiap dan melihat cermin aku makin pucat dari hari ke hari. Tetap rajin kuminum vitamin dari dokter kala itu, Kalau dihitung artinya sudah 12weeks sejak terakhir aku memeriksakan kandunganku.
Aku sedang tenggelam dalam berkas di meja kerjaku, menghitung setiap detail laporan dari meike asistenku disini.
"Bu..."
"Ya mei"
"Mau meike pesenin makan siang?"
"Nanti deh mei, nanggung ini mau selesai"
"Bu,,,sebaiknya istirahat dulu, dari pagi bu zea belum makan"
"Udah td di apart"
Kulihat dia pergi dengan wajah khawatir, mungkin sebaiknya memang aku harus pergi makan siang. Udara luar mungkin akan membuatku lebih segar.
Aku berpamitan ke meike dan berencana pergi sendiri,
"Maaf bu, mau sy temenin?"
"Ayoo boleh"
Meike menawarkan diri menemaniku, aku paham dia khawatir denganku. Akupun sebenarnya butuh teman untuk sekedar melonggarkan pikiranku.
"Pengen makan apa bu?"
"Apa aja deh mei"
"Ibu gak pengen ngidam apa gt"
"Kamu tau aku lagi hamil mei?"
"Hehe...melihat kondisi ibu dan sikap ibu, semua juga tau kalo ibu sedang hamil"
"Nggak bisa dibohongi ya"
"Maaf bu, seharusnya ibu tidak tinggal sendiri"
Aku terdiam, belum berselera untuk menjelaskan. Dan kutahu meike memilih tidak menggangguku.
Kami tiba di resto makanan jawa, siang ini aku ingin sekali makan sop buntut. Meike membawaku ke resto langganan keluarganya yg juga cukup terkenal di kota ini.
"Hmmm..enak ya mei"
"Iya bu, orang tua saya sering ngajak kesini"
"Lidah indonesia banget"
Aku menikmati makan siangku dengan gembira, mungkin ini yg dinamakan ngidam. Mulai kemaren kepikiran makan sop buntut, andai ada mas bagas yg siap sedia mencarikan apapun yg kuinginkan.
Nafsu makanku tiba-tiba saja hilang saat kulihat siapa yg baru masuk ke resto ini.
Wanita itu. Wanita yg lebih dipilih mas bagas untuk diurus ketimbang aku istrinya. Kulihat dia sendirian tanpa mas bagas.
Bella ternyata juga melihatku sedang bersama meike, mencoba tersenyum padaku dan menganggukkan kepala menyapa. Kulihat perut besarnya yg sudah tidak bisa disembunyikan.
Aku mengacuhkannya seolah tak melihat dia ada disini. Kurasa itu pilihan yg baik kepada wanita yg masuk dalam pernikahanku.
Aku melanjutkan menikmati sop buntutku dengan meike sambil berbincang mengenai pembukaan cabang baru restoku.
"Bu, rencana nanti kita grand opening ngundang band gitu kali ya"
"Boleh mei, menurutmu siapa yg cocok buat ngisi live music nya?"
"Coba nanti mei cek band-band indie yg punya lagu slow ke akustik ya...biar suasananya adem kayak tema resto yg baru"
"Hmmm..atur saja, nanti sy final check saja"
Kembali kulihat bella yg duduk sendiri, seolah menunggu sesorang. Apa mungkin dia menunggu mas bagas? Bagaimana kalo kita bertemu dan aku tak sanggup menahan emosiku.
"Mei..ayoo kita balik"
"Lho nggak dihabisin bu?"
"Udah kenyang"
Kami meminta bill pada salah seorang karyawan, lalu bersiap untuk pergi. Saat akan menuju pintu keluar kulihat mas bagas benar saja datang, mata kami saling melihat. Agak lama, saling menelisik kerinduan. Tapi aku tau saat ini pilihannya bukan aku.
Aku menghela nafas dan segera mendongakkan kepala ku tanda aku tidak akan rapuh. Kami berpapasan. Dia memegang tanganku."Ku mohon, 5 menit saja "
"Aku gak mau kita ribut disini mas"
"Ku mohon"
Aku memberinya kesempatan kali ini, menyuruh meike menunggu di mobil dan kami berbicara di salah satu meja. Kulihat bella menundukkan kepala melihat kami.
"Kamu baik baik saja sayang?"
"Sejak kapan suami meninggalkan istrinya untuk wanita lain dan aku akan baik-baik saja"
"Mas tau mas salah, sebentar lagi ya..sebentar lagi kita akan bareng lagi"
"Mas..aku bukan cerita wanita lugu yg mas bisa atur begitu saja"
"Orang tua bella sudah tau, dan akan mengambil semua tanggung jawab itu"
"Mas...sudah seharusnya sejak dulu mereka tau dan tanggung jawab, bukan mas yg bahkan bukan ayah dari bayi itu"
"Mas tau...tapi jika kamu tau bella kamu bakal ngerti"
"Kalo mas tau aku, mas juga akan ngerti"
"Semakin lama mas pergi, semakin kesempatan kembali akan hilang"
"Aku pergi mas"
"Sayang...."
Aku mengabaikan tangan mas bagas, melenggang pergi. Bersikap tak peduli, seolah semua baik saja untukku padahal sebaliknya aku membutuhkanny saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make (it better) Love
Romancemerupakan sequel dari dear destiny dimana diambil dari sudut pandang metta • • sebaiknya membaca dulu dear destiny. • • only 21+ Lebih banyak foto 😘 vote to apreciate please.😊