Bagian Tersedih

1.7K 71 0
                                    

-rezky pov-

Aku keluar dari apartemen meta dengan langkah gontai. Setelah aku tidak berhasil membujuknya aku putuskan untuk menerima keputusannya.

Kali ini aku akui kesalahanku memang tidak memberinya kepastian. Ketakutanku pada hubungan serius justru menghancurkan semuanya. Belum ditambah rasa penasaranku sebagai laki-laki justru menghancurkan semuanya. Aku kehilangan sahabat sekaligus wanita yg ingin kulindungi.

Aku mengemudikan mobil cepat untuk pulang kerumah, kuabaikan panggilan dari maya dan reina kali ini. Dua wanita yg kuanggap piala, dan metta, kata-katanya tadi begitu terdengar menyakitkan. Dia merasa sangat tersakiti. Aku benar-benar menyesal telah membuatnya masuk kedalam kenakalanku.

Aku sampai rumah dengan muka masam. Kulihat mama menghampiriku dengan bingung

"Kamu udah makan nak?"

"Udah ma"

"Kenapa cemberut gitu?"

"Meta kecewa pada rezky ma"

"Apa karena dia kemaren masuk ke kamarmu?"

Deg,,aku terkejut mendengar ucapan mama

"Metta masuk ke kamar rezky ma?"

"Iya sewaktu mama balik ambil catatan, mama lihat dia masuk kekamarmu"

Duniaku serasa hancur runtuh, bisa jadi metta telah mengetahui segalanya. Mengetahui hubunganku dengan maya dan reina yg semula aku hanya bermain-main.

Aku masuk kamar dan melemparkan diriku diranjang. Perasaan apa yg sedang kurasakan. Kehilangan sabahat? Oh tidak aku kehilangan seseorang yg ingin kujaga dan ingin kujadikan masa depanku. Tak terasa aku menangis dan menyesali semua yg telah kulakukan padanya.

Pagi ini aku dengan malas keluar kamar. Hatiku belum sembuh dengan luka ini. Mama menyiapkan sarapan untukku

"Setelah ini anter sarapan ke metta ya ky"

"Metta pasti tidak mau melihat rezky ma"

"Kamu buat salah?"

"Begitulah"

"Ya udah to minta maaf"

"Nggak semudah itu ma"

"Tunjukkin kalo kamu serius"

"Menurut mama rezky cukup baik untuk metta?"

Ya kalau kamu berani membuang maya dan siapa itu reina yg pernah kamu buang itu,mama rasa kamu cukup pantas dengan metta"

Aku terdiam mendengar ucapan mama. Apakah aku harus berhenti bermain-main. Menseriusi metta dan membuat masa depan dengannya.

"Sudah saatnya kamu berhenti main-main"

Aku terdiam dan makan dengan pelan sarapanku, mendengar mama menasehatiku setiap pagi rasanya adalah hal yg biasa. Tapi kali ini mama terdengar sangat benar.

"Umur sudah mau 26, cukuplah ky  main-mainnya"

"Bagi sebagian laki-laki memang usia diatas 30 dianggap lebih baik untuk serius, tapi mempersiapkannya mulai sekarang itu yg terpenting"

"Metta anak yg baik, dari keluarga yg baik, sikap dan wawasannya sangat baik,tentu sainganmu akan banyak dalam mendapatkannya"

Aku baru menyadari kali ini aku salah. Mama benar, mungkin saja selama ini sainganku banyak tapi metta hanya fokus padaku. Dia menyerahkan mahkotanya padaku artinya hanya aku yg dipercaya. Kenapa aku mengecewakannya. Aku sedih memikirkan semua kelakuanku padanya.

Make (it better) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang