Bertemu Bidadari

2K 150 44
                                    

"Jika kamu mengira bahwa keberadaan Bidadari itu hanya dongeng semata, kamu salah! Bidadari itu nyata dan kini sekarang ada di hadapanku."

Bevan Deonandra Fernandes

Seperti biasa seorang gadis cantik nan anggun tengah berada di balkon kamarnya, menatap langit yang cerah. Mungkin, jika ada seseorang yang berada di posisinya akan merasa bosan harus berdiam berlama-lama di sebuah balkon, tapi tidak baginya. Ia sudah terbiasa menghabiskan hidupnya dengan sepi, hampa, juga kegelapan.

Namanya Alena Kaylova Wijaya, lahir di kota New York-Amerika Serikat, putri semata wayang dari Wijaya dan Kayla. Pada saat Alena berusia tujuh tahun, Bundanya meninggal dunia akibat penyakit jantung. Semenjak saat itu, Alena diboyong oleh Ayahnya ke Bandung, meninggalkan tempat kelahirannya di Amerika Serikat.

"Ayah!" teriak Alena seraya berlari menuruni anak tangga menuju teras.

Seorang pria dengan memakai pakaian santainya, hanya memakai celana panjang dengan kemeja pendek berwarna putih. Kebetulan hari ini hari minggu, hari bersantai dengan menikmati pagi yang cerah, duduk manis di depan teras seraya menikmati secangkir teh hangat ditemani secarik koran.

"Hati-hati awas jangan sampai jatuh," ucap Ayah Alena. Ayah pun meneguk teh hangatnya dengan sedikit gula. Karena tidak baik bagi kesehatan, jika mengonsumsi gula berlebihan, apalagi bagi penderita diabetes melitus.

Namanya Wijaya, ia adalah Ayah dari Alena. Itulah sifatnya, sedikit possessive mengenai putri semata wayangnya. Sedikit cerita mengenai Alena. Kala itu Alena tengah bermain seorang diri di pekarangan rumahnya. Di pekarangan rumahnya banyak sekali bunga terutama bunga mawar. Seorang anak sekitar usia lima tahun masih terbilang polos, tidak tahu menahu mengenai bahaya atau tidaknya sesuatu.

Alena memetik bunga mawar yang berada di pekarangan rumahnya. Alena menjerit keras, kala tak sengaja duri dari bunga mawar itu mengenai jari telunjuknya. Dengan langkah terburu-buru Ayah dan Bunda keluar dari rumah. Memastikan kondisi putri semata wayangnya apakah baik-baik saja atau tidak?

Dari kejadian sanalah membuat Ayah Alena menjadi possessive. Bahkan kini lebih ketat lagi penjagaannya. Sebagai seorang anak pasti senang ketika diperhatikan oleh orangtuanya, tetapi jika terlalu dikekang rasanya itu tidak nyaman.

Alena duduk di kursi bernotabene di samping kursi Ayahnya. "Ayah, Alena mau jalan-jalan," pinta Alena.

Ayah melipat koran,lalu disimpan di atas meja. "Sudahlah diam saja di rumah, nanti kamu kecapean," tolak Ayah Alena.

Alena sudah tahu Ayahnya akan mengatakan hal itu. Karena ia sering kali meminta sesuatu, pada akhirnya Ayahnya selalu saja tidak memberikannya izin. Alena menggoyang-goyangkan tangan Ayah berusaha membujuknya. "Ayolah Ayah sekali saja, Alena janji."

Ayah menoleh ke samping, menatap putrinya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan memelas. "Janji?" tanya Ayah Alena seraya mengacungkan jari kelingkingnya.

Alena mengacungkan jari kelingkingnya seraya berkata, "Janji."

Alena langsung berlari menuju kamarnya untuk mengambil tas juga ponsel. Akhirnya Alena bisa kembali menghirup udara segar. Alena merasa begitu bahagia, layaknya seekor burung yang terbang bebas di angkasa.

Di sebuah Mall terkenal di daerah Bandung Paris Van Java Mall. Dimana terdapat berbagai fasilitas juga tempat spot-foto menarik, tetapi jangan heran jika kalian menemukan banyak anak milenial yang berkunjung ke sana. Sudah jelas jika menyangkut soal instagramable anak milenium paling terdepan. Tempat favorit di Mall PVJ, yaitu ice skating, dan sky garden.

"Yah, Alena mau ke ice skating," pinta Alena.

"Ayah temani." Ayah berjalan lebih awal menuju tempat ice skating. Alena hanya bisa menekukkan wajahnya tanpa membantah perkataan Ayah. Alena berjalan di belakang Ayahnya dengan di belakangnya bodyguard Ayah.

Rasanya Alena risih harus terus dikawal oleh Ayah dan bodyguardnya. Banyak pasang mata yang tertuju padanya. Mungkin karena mereka melihat dirinya yang bagaikan seorang Ratu, tetapi sebenarnya bukan.

Bermain ice skating buatan dengan sungguhan sensasinya berbeda. Tentu lebih asyik yang sungguhan ketimbang buatan, karena yang sungguhan jauh lebih sejuk. Selama di AS tepatnya di saat musim dingin tiba, tentunya di hari Natal dengan terkenal musim salju. Alena bersama Ayah dan Bundanya bermain salju di pekarangan rumah, hingga sampai tidak ingat waktu saking asyiknya.

Namun, setelah Bunda meninggal sensasinya berbeda, semuanya terasa hampa. Bahkan yang dulu terlihat senyum yang mengembang sempurna terukir di bibirnya, kini padam bagaikan lilin yang tertiup. Tak ada sedikit cahaya yang terpancar dari wajahnya juga Ayah.

"Le, ayo pulang nanti kamu kedinginan," teriak Ayah Alena dari kejauhan.

Mendengar panggilan dari Ayah membuat dirinya merasa sedih. Baru saja dirinya bermain menikmati indahnya dunia luar. Namun, Alena harus kembali ke dunianya. Dimana hanya ada sepi dan juga kegelapan.

Sebelum pulang tak lupa mampir ke sebuah kafe yang ada Di Mall PVJ. Ayah sibuk memilih menu makanan, sedangkan Alena mulai merasa bosan. Di saat waktunya makan, bodyguardnya pun diberi kesempatan untuk makan bersama. Wijaya mungkin terlihat dari luar seperti sombong, tetapi di balik itu semua, terselip kebaikan dan kelembutan hatinya. Jika kalian bekerja di bawah pimpinan Wijaya, tentu kalian akan merasa nyaman.

Tiga orang lelaki berjalan beriringan memasuki area kafe dengan saling bertukar cerita. Terpancar kebahagiaan di raut wajahnya masing-masing.

"Gue salut sama lo Van." Ciko pun mendudukkan pantatnya di kursi.

Gio menggeleng pelan seraya berkata, "Emang jago dia mah kalau urusan ngegombal."

Bevan Deonandra Fernandes namanya. Cowok ter-hits yang terkenal di sekolah SMA Garuda. Bevan terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya.

Bevan tersenyum seraya mengangkat kedua alisnya. Bevan memilih makanan yang ada di daftar menu. Bevan rasa tidak ada yang menarik. Kemudian, Bevan memalingkan pandangannya ke setiap ruangan demi ruangan, sudut demi sudut. Alhasil Bevan menangkap sebuah pemandangan yang tak kalah indah, dari pemandangan alam yang pernah ia kunjungi.

Pemandangan ini jauh lebih sempurna. Matanya tak kalah henti-henti menatap seorang gadis cantik nan anggun yang tengah duduk bersama seorang pria, sepertinya Ayahnya.

Dari berbagai gadis yang pernah Bevan temui, hanya gadis ini yang membuat hatinya terikat, membuat senyumnya mengembang merekah sempurna, membuat pikirannya hanya tertuju padanya.

Rasanya Bevan berada di surgawi dunia. Betapa nikmat dan indahnya ciptaan-Nya. Memang benar adanya dan terciptanya Bidadari dari Surga.

"Fa bi'ayyi aalaaa'i robbikumaa tukazzibaan," gumam Bevan. Pandangannya masih tertuju pada gadis itu yang tengah tersenyum seraya menatap layar ponselnya.






TBC

Tinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤

Without Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang