Hari ini sangat melelahkan pasalnya kelas sebelas IPA dua melaksanakan ulangan harian. Dimana ulanga hariannya bukan cuma satu pelajaran, melainkan tiga pelajaran.
Sepulang sekolah Bevan ingin memberikan kejutan pada Alena. Bevan mengajak Alena ke suatu tempat. Ya, Kantor Urusan Agama. Yang menjadi pertanyaan Alena, untuk apa Bevan membawanya ke sini?
Bevan menarik tangan Alena membawanya masuk ke dalam. Kebetulan di dalam cuma ada seorang Pria. Sontak Pria itu dibuat terkejut dengan kedatangan dua orang yang masih berstatus pelajar.
“Pak boleh saya minta selembar kertas,” pinta Bevan yang tengah duduk di kursi bernotabene berhadapan dengan Pria itu.
Pria itu pun mengernyitkan keningnya bingung. Seolah tersihir dengan perkataannya, Pria itu pun memberikan selembar kertas pada Bevan.
“Sekalian sama pulpennya Pak,” kata Bevan seraya mengambil selembar kertas darinya. Kemudian, Pria itu memberikan pulpen pada Bevan. Diambil lagi pulpen oleh Bevan.
Bevan pun menuliskan sesuatu di kertas itu. Entah apa sebenarnya yang ia tulis. Tak lama kemudian, Bevan menyodorkan selembar kertas itu, mengisyaratkan agar Alena menandatangani suratnya. Alena pun menandatangani surat itu, lalu kembali memberikan surat itu pada Bevan.
"Pak boleh saya minta stempel," pinta Bevan lagi. Seolah diperintah Pria itu pun memberikan stempel di tengah-tengah tandatangan mereka.
"Boleh minta mapnya," pinta Bevan lagi. Setengah sadar dan tidak sadar Pria itu memberikan map pada Bevan.
Bevan memasukkan selembar kertas itu ke dalam map. Kemudian, Bevan dan Alena beranjak berdiri memutuskan untuk kembali pulang. Tak lupa Bevan mengucapkan terimakasih padanya.
"Sama-sama," ucap Petugas tanpa sadar. Petugas langsung beranjak berdiri. "Eh, eh tunggu," kata Petugas.
Seketika langkah keduanya terhenti. Mereka pun berbalik badan. "Kalian tidak jadi mendaftar?" tanya Petugas.
Bevan tersenyum seraya menjawab, "Tidak, kami hanya melakukan percobaan. Oya, terimakasih atas bantuannya, dan terimakasih telah menjadi saksi. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam,” jawab salam Pria itu dengan keadaan mematung masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
Senyum Alena mengembang dengan sempurna begitu pun juga dengan Bevan. Tak henti-henti Bevan melirik Alena dari kaca spionnya. Bevan menghentikan motornya tepat di depan penjual pigura.
"Bang beli pigura putihnya satu," ucap Bevan seraya menunjuk pada pigura putih. "Al mapnya sini," pinta Bevan seraya mengambil map dari tangan Alena. Kemudian, Bevan pun memberikan map itu pada Abang penjual pigura.
Tak butuh lama Abang penjual pigura memasukkan selembar kertas itu pada pigura. Alhasil pigura itu terlihat cantik. Abang penjual pun membungkus pigura itu dengan koran, lalu memberikannya pada Alena.
"Kembaliannya ambil aja," kata Bevan seraya menyodorkan dua lembar uang kertas berwarna merah. Harga pigura itu sekitar seratus dua puluh ribu sampai seratus lima puluh ribu saja.
Bevan kembali melajukan motornya membelah jalanan. Hari ini hari yang paling bersejarah bagi Bevan maupun Alena, di kota Bandung. Hingga tiba di rumah kediaman Wijaya.
“Makasih Van, aku senang hari ini,” kata Alena.
“Sama-sama, jangan dibuang ya anggap aja kenang-kenangan,” sahut Bevan.
Alena mengangguk pelan seraya tersenyum. Alena tidak mungkin membuang begitu saja karena hal ini sangat berharga baginya. Bagi Alena ini menjadi sebuah bukti atas cinta Bevan padanya.
“Yaudah aku pamit, sampaikan salam buat Ayah dari calonnya,” pesan Bevan sebelum ia kembali pergi ke rumahnya. Alena berhasil dibuat tersipu malu.
Saat hendak Alena mau masuk ke dalam, Alena berpapasan dengan Ayahnya di ambang pintu. “Eh, Ayah,” kata Alena seraya mencium telapak tangan Ayah.
“Itu apa Al?” tanya Ayah seraya menunjuk pada pigura yang tengah di genggam oleh Alena.
“Bukan apa-apa Ayah,” jawab Alena. Sebenarnya ia malu harus mengatakan yang sebenarnya. “Oya Ayah, tadi Bevan titip salam,” ucap Alena menambahi.
Ayah berdeham seraya berkata, “Sampaikan salam Ayah juga untuknya.”
Alena mengangguk mengiakan perkataan Ayah. Kemudian, Alena pun bergegas untuk pergi ke kamarnya. Alena mengunci kamarnya membiarkan tidak ada orang satu pun yang masuk ke dalam.
Alena pun merobek koran yang membungkus piguranya. Alena memandangi pigura itu sekejap. Benar-benar sangat indah pigura itu. Alena pun memasang pigura itu di dinding. Membiarkan keindahan pigura itu terpancar.
BISMILLAHIR-ROHMANIR-ROHIIM
Dengan surat ini, saya menyatakan dengan segala rasa cinta sodara Bevan Deonandra Fernandes dengan sodari Alena Kaylova Wijaya dinyatakan Sah sebagai calon masa depan
Tertera di selembar kertas itu tandatangan Alena dan Bevan dengan diberi stempel. Kebahagiaan jelas terpancar di wajahnya. Alena beruntung bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat. Semula Alena yang beranggapan bahwa ia hidup tanpa cinta, kini mendapatkan cinta dari Bevan.
•
•
•
•
•
TBCTinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Roman pour Adolescents"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...