“Umi jalan-jalan yu,” ajak Bevan yang tengah duduk di sofa tamu bernotabene di sebelah Uminya.
“Jalan-jalan kemana?” tanya Umi Bevan.
“Kemana aja yang penting Bevan sama Umi jalan-jalan,” jawab Bevan seraya bersandar di bahu Uminya. Itulah sifat asli Bevan bersikap manja ketika bersama Uminya.
Umi tersenyum melihat putra semata wayangnya. Sudah lama tidak menikmati indahnya dunia luar. Dan kali ini ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan baik. Umi dan Bevan pun pergi ke mall hanya sekadar untuk berjalan-jalan sambil berbelanja.
Sesekali Bevan mengajak Uminya untuk bermain di timezone. Karena bagi Bevan kapan lagi ada kesempatan seperti ini? Bevan bahagia ketika melihat Uminya tersenyum. Beberapa hari ini Bevan melihat Uminya selalu murung. Entah apa yang sebenarnya terjadi Bevan tidak tahu.
Setelah berbelanja dan bermain Bevan pun mengajak Umi ke suatu tempat. Dimana tempat itu akan membuat Uminya senang. Namun, ternyata Bevan salah. Uminya malah terlihat sedih ketika berkunjung ke sana. Pada dasarnya Umi rindu dengan kenangan lamanya. Dimana Umi, Abi dan Bevan selalu berkunjung ke panti bersama. Akan tetapi, suasana kali ini berbeda.
“Assalamualaikum,” salam Umi dan Bevan serempak.
“Waalaikumsalam,” jawab salam Bu Vidya seraya membuka pintu. “Yaampun Ranti, apa kabar?” tanya Bu Vidya seraya memeluk Umi Bevan sekejap.
“Alhamdulillah baik, kamu gimana kabarnya dan anak-anak?” tanya balik Umi Bevan.
“Alhamdulillah kami baik,” jawab Vidya. “Ayo masuk,” ajak Bu Vidya mempersilakan Bevan dan Umi masuk ke dalam.
Saat hendak Bevan masuk ke dalam, ia dibuat terkejut ketika mendapati Alena yang tengah bermain bersama anak-anak panti. Sesekali Bevan mengucek kelopak matanya, memastikan dirinya sedang tidak bermimpi.
“Alena,” panggil Bevan.
Gadis itu menoleh ke belakang menghadap sumber suara. “Hai Bevan,” sapa Alena seraya beranjak berdiri.
“Kamu kenapa ada di sini?” tanya Bevan.
“Van lagi bicara sama siapa?” tanya Umi seraya berjalan menghampiri Bevan.
Alena tersenyum pada Umi Bevan seraya mencium telapak tangannya. “Assalamualaikum Tante,” sapa Alena.
Namun, Umi tidak menjawab salam darinya. Umi begitu terpaku dengan kecantikan Alena. Gadis yang ada di hadapannya seperti Bidadari. Sekilas terbesit sebuah ingatan dalam benaknya. Apa sosoknya merupakan Bidadari yang Bevan maksud?
“Umi,” panggil Bevan seraya berbisik.
Seketika lamunan Uminya buyar. “Waalaikumsalam,” jawab salam Umi.
“Kenalin Umi ini Alena,” kata Bevan.
Alena tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Senyumnya benar-benar manis, semua orang akan terpikat dengan senyumannya.
“Bidadari Bevan,” bisik Bevan pada Uminya. Dan benar saja dugaannya sosoknya merupakan Bidadari yang Bevan maksud. Putranya benar-benar hebat dalam memilih.
“Yaudah kalian lanjutin aja Umi mau ngobrol sama Bu Vidya, Umi tinggal ya Alena,” pamit Umi Bevan seraya berlalu pergi menuju Bu Vidya. Alena dan Bevan mengangguk mengerti.
Bevan paham akan Uminya karena sudah lama Umi tidak berkunjung ke panti. Pastinya Umi maupun Bu Vidya saling merindu satu sama lain. Dan hari ini menjadi hari dimana mereka melepas rindu. Bevan bahagia ketika melihat Uminya tersenyum bahagia bersama Bu Vidya. Sudah lama Bevan tidak menyaksikan hal itu.
Sementara anak-anak panti kembali bermain membiarkan kedua kakaknya berbincang. Alena hanya terdiam tak berani memulai percakapan. Hingga Bevan memecahkan keheningan.
“Kamu sering ke sini juga?” tanya Bevan.
Alena mengangguk pelan seraya menjawab, “Iya, kamu?”
“Dari keci keluargaku selalu ke sini, tapi kali ini suasananya berbeda,” lirih Bevan.
Alena tidak tahu akan masalalu Bevan, tetapi ia bisa merasakannya. Bahkan Alena pernah merasakan ada di posisi itu, dimana suasana yang semula sangat nyaman dan indah, kini malah berbeda.
Sekilas terbesit sebuah ingatan mengenai gelang liontin huruf A, dimana Bevan menemukannya di halaman panti. Apa mungkin gelang itu miliknya? Tidak salah bukan, jika Bevan menanyakan gelang itu kepadanya?
“Oya Al,” kata Bevan seraya mengambil gelang dari saku jaketnya. Mengenai gelang itu Bevan selalu membawanya kemana ia pergi. Namun, ia sama sekali tak berani memakainya.
“Aku nemuin ini di halaman panti, dan aku rasa ini punya kamu,” ujar Bevan seraya menyodorkan gelang pada Alena.
Sontak Alena tersadar. Sudah lama ia mencari keberadaan gelang itu. Namun, ia tidak menemukannya. Alhasil sekarang gelangnya ketemu. Alena mengambil gelang dari Bevan.
“Iya ini punya aku Bevan, beberapa hari yang lalu aku cari-cari tapi gak ketemu,” ungkap Alena.
Umi yang baru saja selesai berbincang dengan Bu Vidya menghampiri Bevan dan Alena. Umi melihat gelang itu pindah tangan menjadi di Alena. “Kamu tahu apa yang Bevan pilih saat Umi tanya?” tanya Umi tiba-tiba.
Alena menggeleng pelan seraya mengalihkan pandangannya pada Bevan. Umi tersenyum melihat putranya yang kini mulai salah tingkah. “Umi tanya waktu itu, Bevan mau milih gelangnya apa pemiliknya? Dan Bevan malah jawab milih Bidadari,” ujar Umi.
Bukankah pemilik gelang itu dengan Bidadari sama? Ya, memang benar. Pipi Alena kini kian memerah. Namun, bukan hanya dirinya saja Bevan pun sama. Keduanya dibuat tersipu malu, apalagi di hadapan Uminya.
•
•
•
•
•
•
TBCTinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤Ayo jangan lupa pada nabung ya biar bisa peluk bukunya 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Teen Fiction"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...