Murid Baru

438 53 17
                                    

Kedatangan Bevan dan kedua sahabatnya disambut dengan sangat antusias. Seperti biasanya kaum hawa berbaris berjajaran rapih di depan kelas menyambut kedatangannya. Tak henti-henti kaum hawa menatap mereka. Namun, ada satu hal yang aneh. Ketika kaum adam ikut berbaris menyambut kedatangan ketiga lelaki itu. Terdengar kaum adam tengah berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan.

"Gila cantik bener," ungkap salah satu siswa yang tengah berada di ambang pintu.

Bahkan yang tadinya merasa ngantuk kini merasa segar ketika melihatnya. "Bidadari surga."

Gio dari tadi sudah merasakan hal janggal, begitu juga dengan Ciko. Gio dan Ciko pun saling melontarkan pandangannya satu sama lain. Ada begitu banyak pertanyaan di benak keduanya. Sementara Bevan bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kita dikatain bidadari? Ganteng gini kayak Zayn Malik juga," gerutu Gio seraya membenarkan anak rambutnya.

"Kalah gue sama dia, cantik bener," ucap salah satu siswi seraya menggigit kukunya.

Perkataan salah satu penggemar yang didominasi kaum hawa membuat Gio dan Ciko semakin bingung. Bahkan kini Bevan juga ikut merasakan hal yang sama. Biasanya kaum hawa suka menjerit antusias, ketika mereka melewatinya. Tapi kali ini mereka bersikap biasa, bahkan mengatakan hal yang tidak biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi?

Gio menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya berkata, “Anjir gue pusing lama-lama.”

Semakin gadis itu berjalan menuju ke arahnya, semakin jantung Bevan berpacu lebih kencang dari biasanya. Bevan merasakan hal yang sama seperti pertama kali bertemu dengan gadis pemilik mata hitam pekat. Karena penasaran Bevan pun berbalik badan menghadap ke belakang. Namun, Bevan tidak menemukan keberadaan gadis itu, melainkan ia menemukan seorang wanita bertubuh besar dengan memakai kacamata bulat.

Sama seperti Bevan yang terkejut mengetahui kebenarannya. Gio pun ikut merasakan hal yang sama. "Bidadari turun dari genteng," umpat Gio.

“Pelan-pelan kali, lo mau kena hukum Miss?” timpal Ciko dengan nada pelan.

Terdengar samar-samar bagi sekitarnya, tapi bagi seorang wanita yang jaraknya sangat jauh terdengar sangat jelas. Wanita bertubuh besar dengan memakai kacamata bulat itu berkacak pinggang. Terlihat dari raut wajah wanita itu yang mulai me-merah, menandakan kemarahannya akan meledak.

"Apa kalian bilang? Saya mirip banteng!" seru Miss Beggy.

Namanya Miss Beggy yang merupakan guru bahasa Inggris di sekolah SMA Garuda. Beliau guru terkiller kedua setelah Pak Trio.

"Ngaku juga ternyata," ucap Gio pelan.

“Sini kamu!” perintah Miss Beggy.

Namun, Gio tidak berani melangkah maju untuk menghampirinya. Nyalinya kini mulai menciut. Pikirannya melayang jauh memikirkan tentang konsekuensi apa yang ia dapat. Bisa-bisa Miss Beggy akan melemparnya jauh hingga ke bulan.

“Ih ngeri,” gerutu Gio seraya bergidik ngeri.

Tak lama kemudian, bel berbunyi menandakan pelajaran pertama dimulai. Kali ini Gio selamat. Mungkin hari esok ia akan mati di tangan Miss Beggy.

“Alhamdulillah,” ucap Gio seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Tanpa berdosa Gio pun berlari menuju kelas meninggalkan Bevan dan Ciko.

“Heh, mau kemana kamu!” seru Miss Beggy.

Gio menoleh ke belakang seraya berlari. “Maaf Bu,” teriak Gio.

Bevan dan Ciko saling melontarkan pandangannya satu sama lain. Gio benar-benar menyebalkan. Cuma satu-satunya murid dari SMA Garuda yang berani melawan Miss Beggy.

Bevan tersenyum kikuk pada Miss Beggy seraya berpamitan padanya. “Miss, kami masuk kelas duluan. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab salam Miss Beggy.

Bukannya masuk ke dalam kelas, Gio malah mematung di ambang pintu. Bevan menepuk pundak Gio dari belakang. “Heh, minggir ngalangin jalan aja,” geruru Bevan.

Namun, yang diajak bicara tidak ada reaksi sama sekali. Bevan menatap Gio dengan tatapan bingung. Dari tadi bahkan Gio tidak berkedip sama sekali. Bevan mengikuti arah pandangan Gio. Pantas saja Gio tidak berkedip sama sekali, pemandangan di belakang sana jauh lebih indah.

“Kalian berdua pada kenapa sih?” geram Ciko yang melihat Gio dan Bevan malah mematung di ambang pintu. Karena penasaran Ciko pun melihat ke dalam kelas tepatnya di bagian bangku belakang.

Sejak kapan di sekolahnya ada Bidadari? Apakah karena beberapa hari yang lalu ada pelangi yang singgah? Sepertinya Bevan harus pergi ke rumah sakit jiwa. Memastikan kondisi jiwanya.

Seorang pria berdeham dari belakang ketiga lelaki itu. Namun, yang diberi sinyal malah tak menyaut. Untuk kedua kalinya pria itu memberikan kode untuk menyingkir dari ambang pintu. Karena sudah merasa kesal, pria itu pun memukul pintu dengan keras, sehingga membuat ketiga lelaki itu terkejut.

Gio berbalik badan menghadap ke belakang. “Lo bisa diem gak?” tanya Gio. Sepertinya nasib Gio kali ini benar-benar sial. Pertama, berhadapan dengan Miss Beggy. Dan kedua, berhadapan dengan Pak Trio. Kenapa takdir mempertemukannya dengan kedua guru terkiller?

“Apa, hah?” tanya Pak Trio seraya berkacak pinggang.

Gio hanya bisa menyeringai pada Pak Trio. “Maaf Pak, Gio pikir tadi ulah Ciko,” elak Gio seraya melirik ke samping. Namun, Gio tak menemukan keberadaan Ciko di sampingnya. Ciko dan Bevan sudah masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing.

“Sial,” umpat Gio pelan.

“Sekarang kamu berdiri di depan, cepat!” perintah Pak Trio.

Tanpa ba-bi-bu Gio pun langsung masuk ke dalam. Dilempar tasmya asal tepat mengenai wajah Ciko. Kemudian, Gio pun berdiri di depan papan tulis dengan satu kaki diangkat dan kedua tangan memegang telinga.






TBC

Tinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤

Without Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang