"Seseorang yang terlihat ceria bahkan suka menghibur orang lain, bukan berarti dirinya selalu terlihat baik-baik saja. Terkadang seseorang melakukan hal itu untuk berpura-pura tegar pada Dunia. Karena di Dunia ini tidak ada yang peduli justru kebanyakan dari mereka hanya ingin tahu."
Bevan Deonandra Fernandes
Semua siswa-siswi kelas IPA 2 berbaris rapih di lapangan dengan memakai seragam olahraganya, ditemani sang guru olahraga yang siap untuk membimbing pemanasan. Diawali dengan pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.Semua siswa-siswi berlarian mengelilingi lapangan sebanyak lima putaran penuh. Bevan berlari beriringan dengan Alena. Pertama kalinya Alena melakukan aktivitas begitu berat dan cukup melelahkan.
Tinggal satu putaran lagi. Namun, perlahan penglihatannya mulai kabur, hanya tersisa bayang-bayang hitam putih seperti klise. Sesekali Alena mengerjapkan matanya. Akan tetapi, bukannya malah membaik justru semakin tidak terlihat sama sekali.
Alena pingsan beruntungnya Bevan segera menangkapnya. Bevan mengangkat tubuh Alena ala bridal style menuju UKS dengan diikuti oleh Pak Bagas, Ciko dan Gio. Sementara yang lainnya kembali lari mengelilingi lapangan.
Ciko membuka pintu UKS, lalu Bevan pun masuk ke dalam. Dibaringkan tubuh Alena di atas ranjang. Kemudian, Bevan duduk di kursi bernotabene berhadapan dengan Alena.
“Bevan kamu jaga Alena ya,” perintah Pak Bagas dengan dibalas anggukan oleh Bevan.
Gio berdecak sebal seraya berkata, “Enak banget gak ikut olahraga.”
“Kamu mau Gio?” tanya Pak Bagas.
“Mau dong Pak,” jawab Gio seraya tersenyum padanya.
“Mau Bapak hukum,” sambung Pak Bagas. Terlihat dari raut wajah Gio yang mendadak menjadi berubah. Kemudian, Pak Bagas, Gio dan Ciko pun kembali ke lapangan.
Sudah hampir sepuluh menit. Namun, Alena tak kunjung siuman. Bevan terus menjaganya sampai tak membiarkan nyamuk pun menghampiri Alena. Bevan sangat takut mengenai hal ini.
Alena membuka matanya perlahan, lalu ia melihat sekelilingnya. Alena mendapati dirinya yang tengah berada di sebuah ruangan, bukan berada di lapangan. Entah apa yang terjadi sebelumnya, Alena tidak mengingatnya.
Alena melirik ke samping tepat pada Bevan yang kini tengah menatapnya dengan lekat. Alena mengangkat alisnya bertujuan menanyakan ada apa. Bevan menggeleng pelan seraya tersenyum.
Alena membenarkan posisinya menjadi duduk dengan dibantu oleh Bevan. Kemudian. Kemudian, Bevan berjalan menuju laci untuk membuatkan teh manis hangat untuk Alena. Bevan mengaduk teh itu membiarkan gula larut seraya berjalan menuju Alena. Bevan menyodorkan segelas teh manis hangat pada Alena.
“Makasih Van,” ucap Alena seraya mengambil segelas teh itu. Lalu Alena pun menyeruput teh itu.
Semenjak kejadian tadi Bevan lebih perhatian pada Alena. Bahkan di waktu istirahat pun Bevan tidak membiarkan Alena untuk pergi ke kantin. Bevan menyuruh Gio membelikan makanan seperti roti dan teh kotak untuk Alena, sedangkan Bevan dan Alena menunggu di dalam kelas.
Bisa dibilang Bevan sangat sayang kepada Alena. Ia tidak ingin gadis yang ia cintai kenapa-napa. Memang itulah lelaki, jika sudah cinta ia akan memperlakukan perempuan itu seperti Ratu.
Ada begitu banyak pertanyaan di benak Bevan, kala melihat reaksi Ayah Alena ketika menjemputnya di sekolah. Dari pagi sampai waktunya pulang tiba, wajah Alena masih tetap pucat, hal itu yang membuat Ayah Alena sangat khawatir. Bevan menyimpulkan bahwa ada sesuatu hal yang Ayah Alena sembunyikan. Itu sangat jelas terlihat dari raut wajahnya yang begitu panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Teen Fiction"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...