Bevan sangat antusias menyambut kedatangan Alena. Karena sudah tiga hari Alena tidak masuk sekolah dengan alasan harus beristirahat total. Sebelumnya Bevan sudah merencanakan sesuatu dengan kedua sahabatnya kemarin malam. Dan hari ini Bevan akan memberikan kejutan untuk Alena.
Dari tadi Bevan berjalan mondar-mandir di ambang pintu bagaikan setrikaan. Yang ditunggu tak kunjung datang. Apakah Alena tidak akan sekolah hari ini? Jika itu benar, bagaimana persiapan yang sudah ia siapkan? Apakah akan terlihat sia-sia?
Seorang gadis berjalan menujunya, sontak Bevan langsung menghampirinya. Senyumnya mengembang sempurna terukir di bibirnya. “Hai,” sapa Bevan yang berjalan di samping Alena.
“Hai,” sapa balik Alena seraya tersenyum. Alena merasakan perubahan pada diri Bevan. Entah karena ia sudah lama tidak bertemu dengannya atau memang ada perubahan dalam diri Bevan. Alena tidak tahu akan hal itu.
Rindu rasanya duduk di bangku sekolah seraya memperhatikan guru yang sedang menerangkan dengan seksama. Jika di rumah yang hanya bisa ia dilakukan, yaitu duduk manis saja. Jika di rumah Alena harus makan makanan yang bisa dibilang tidak enak, di sini Alena bebas untuk makan apapun. Karena tak ada larangan lagi.
“Eh Non Alena, apa kabar Non?” tanya Bi Inah seraya membawa nampan berisikan bakso dan dua gelas juice alpukat. Bevan kali ini tidak makan, ia hanya ingin minum saja. Karena minum saja sudah membuatnya kenyang.
“Baik, Bi Inah gimana kabarnya?” tanya balik Alena.
“Alhamdulillah baik Non, silakan di makan,” kata Bi Inah menawarkan. Kemudian, Bi Inah pun kembali ke tempat semula.
Setelah beberapa menit kemudian, Alena baru tersadar. Dari tadi ia tidak mendapati kedua sahabatnya Bevan, biasanya Ciko dan Gio selalu menguntit Bevan dari belakang.
“Gio sama Ciko kemana? Kok gak keliatan?” tanya Alena seraya mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kantin.
“Gak tahu,” jawab Bevan.
Alena hanya ber-oh ria saja menanggapinya. Alena kembali menyeruput juice alpukat. Alena perhatikan dari tadi Bevan sibuk dengan benda pipih itu. Entah panggilan dari siapa yang membuatnya asyik dengan dunianya sendiri.
“Keliatannya sibuk banget ya,” sindir Alena.
Bevan yang menyadari hal itu tersenyum kemenangan. Mengapa demikian? Karena Bevan merasa bahwa Alena kini sedang cemburu. Hal itu terlihat sangat jelas di raut wajahnya. Bevan berusaha menahan tawanya agar tidak pecah, karena yang harus ia lakukan bersikap cool di hadapannya.
Lagi dan lagi Bevan bersikap acuh padanya, hal itu membuat Alena kesal. Alena tidak tahu kenapa perasaan itu tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Jelas tidak mungkin jika dirinya cemburu pada orang yang Bevan sedang hubungi, seperti itulah bantahnya.
“Al ikut aku yu,” ajak Bevan seraya menarik tangan Alena, membawanya pergi keluar kantin.
Di sepanjang lorong terlihat sepi bak kuburan, padahal saat ini masih memasuki waktunya istirahat. Akan tetapi, kemana semua orang-orang pergi? Alena tidak mengerti sama sekali dengan kejadian di hari ini. Pasalnya bukan satu hal yang membuatnya merasa aneh. Ada begitu banyak kejadian aneh. Dari mulai Bevan yang berubah dan keadaan saat ini.
“Kok sepi? Orang-orang pada kemana?” tanya Alena.
Bevan tersenyum seraya menjawab, “Jawabannya ada di bawah."
Pernyataan Bevan semakin membuat Alena bingung. Apa maksudnya? Dengan langkah penasaran Alena mendekat pada tembok pembatas untuk melihat ke bawah lapang. Saat hendak melihat ke bawah, Alena dikejutkan dengan beberapa balon yang beterbangan. Bukan hanya itu, Alena dikejutkan dengan Ciko dan Gio yang tengah memegang sebuah banner bertulisan will you be my girlfriend?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Fiksi Remaja"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...