Sinar mentari yang silau sukses membangunkan Bevan dari tidurnya yang pulas. Bevan terbangun dengan mengucek kelopak matanya. Bevan melihat sekelilingnya dan terlihat jam yang kini menunjukkan pukul 08.00 pagi. Entah Bevan memimpikan apa semalam yang membuatnya tertidur pulas, hingga ia terlambat ke sekolah.
Bevan beranjak dari kasurnya. Lalu berlari ke bawah menuruni anak tangga untuk menemui Uminya.
"Bevan udah bangun, sini nak sarapan dulu," ajak Ranti-Umi Bevan. Terlihat dari wajahnya yang terlihat baik-baik saja membuat Bevan bingung. Seharusnya, Umi memarahinya karena Bevan terlambat ke sekolah. Bukannya makan, Bevan malah memperhatikan Uminya.
Umi melirik pada Bevan yang justru tengah memperhatikannya. "Ada apa Van, ko kamu liatin Umi kaya gitu?" tanya Umi Bevan. Namun, Bevan masih tetap memperhatikan Uminya.
Umi mendudukkan pantatnya di kursi. Umi pun menyajikan nasi ke piring Bevan dengan lauk pauknya. Disimpan piring itu di meja. "Van ada apa?" tanya Umi Bevan kembali memastikan.
"Umi gak marah? Bevan kali ini bolos?" tanya Bevan dengan raut wajah polosnya.
Seketika Umi tertawa lepas yang membuat Bevan semakin bingung. Bevan mengernyitkan keningnya. Umi pun meneguk segelas air. Kemudian, kembali menyimpan gelas itu di atas meja. Umi pun menjawab, "Hari ini hari sabtu."
Bevan menepuk jidatnya. Bodoh sekali dirinya sampai lupa hari, pantas saja Uminya tertawa. Jujur Bevan malu saat ini. Bevan pun menyantap makanan yang sudah dihidangkan oleh Uminya. Masakan Uminya benar-benar sangat lezat. Setelah sarapan, Bevan pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Hari ini Bevan ada janji bersama kedua sahabatnya jalan-jalan, hanya untuk mencari udara segar. Duduk di tepi danau seraya menatap air yang begitu tenang. Bevan selalu menjadikan danau sebagai pelariannya di kala dilanda masalah. Rasanya jika berada di tepi danau semua masalah hilang dalam sekejap.
Ciko melirik ke samping, terlihat di ujung pohon tua terdapat seorang gadis cantik nan anggun tengah duduk di bangku panjang. Seperti pernah melihat gadis itu. Namun, Ciko lupa entah dimana. Ciko mencoba mengingatnya. Seketika Ciko teringat akan gadis yang pernah ia temui di Mall PVJ.
Ciko menepuk pundak Bevan dengan pandangan tidak beralih dari gadis itu. "Van liat deh," ucap Ciko. Bevan menepis tangan Ciko dari pundaknya. Namun, Ciko terus saja menepuk-nepuk pundak Bevan. "Van," panggil Ciko lagi.
Ciko mulai geram ketika yang dipanggil malah sibuk dengan dunianya. Ciko menarik headsetnya yang tersumpal di telinga Bevan. Hal itu sontak membuat Bevan marah.
"Apaan si Ko!" bentak Bevan. Bevan kini mulai merasa kesal, bagaimana tidak kesal? Bevan yang tengah asyik mendengarkan musik malah diganggu oleh Ciko.
"Mangkanya jangan demus mulu," umpat Ciko kesal.
Bevan memejamkan matanya sebentar. "Terus apa?" tanya Bevan.
"Gue tadi lihat Bidadari lo," jawab Ciko.
Seketika mood Bevan naik, ketika mendengar nama Bidadari. "Lo liat dimana? Terus dia sama siapa? Lo yakin dia Bidadari yang sempat ketemu di Mall itu?" Kini Bevan melontarkan begitu banyak pertanyaan, layaknya seorang wartawan.
Ciko berdecak sebal. "Giliran Bidadari lo nyaut," sindir Ciko. Kemudian, mata Ciko berpaling ke arah pohon tua. "Noh, di sana," kata Ciko seraya menunjuk ke arah pohon tua. Namun, tak ada satu pun orang yang ada di sana. Ciko membelalakkan matanya terkejut. Bagaimana bisa Bidadari itu mendadak menghilang? Apa mungkin dirinya salah melihat?
Gio melihat sekeliling danau, berharap menemukan seseorang. Namun, tak ada satu pun orang yang ada di sana. Pikiran Gio melayang jauh, ia pun bergidik ngeri. "Lo yakin dia itu manusia? Bisa aja dia itu ...."
Ciko menoyor kepala Gio yang asal bicara. "Jaga bicara lo Yo," sela Ciko. Gio ini agak sedikit sompral orangnya.
Bevan tidak memperdulikan kedua sahabatnya. Bevan pun langsung menaiki motor ninja hitam merahnya tanpa berpamitan kepada kedua sahabatnya.
"Pergi gak pamit, kayak ayam aja lo Van," gerutu Ciko.
•
•
•
•
•
•
TBCTinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Genç Kurgu"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...