"Umi tahu gak, obat apa yang dicampurin ke bubur?” tanya Bevan yang tengah duduk di ruang makan.
“Mungkin vitamin,” jawab Umi.
“Tapi kira-kira vitamin apa?” tanya Bevan hal itu membuat Umi kewalahan menjawabnya.
“Umi kan bukan dokter Bevan, jadi Umi gak tahu pasti,” jawab Umi.
Bevan memajukan bibirnya. “Apa mungkin Mi orang itu punya penyakit parah?” tanya Bevan lagi.
“Mungkin bisa jadi iya, mungkin bisa jadi enggak. Kenapa kamu tiba-tiba nanya hal seperti itu? Sebenarnya siapa orang yang kamu maksud itu Bevan?” tanya balik Umi.
Bevan terdiam sekejap. Sempat terlintas dipikirannya mengenai Alena. Tidak mungkin dirinya memberitahu Umi, bisa-bisa Umi nanti khawatir padanya dan malah menanyakan langsung kepadanya. Bevan rasa ia harus menyembunyikannya sampai ia menemukan jawabannya sendiri.
Bevan menyeringai pada Uminya seraya berkata, “Gak ada Umi.”
Seseorang menepuk pundak Bevan dari belakang. Sontak membuat lamunan Bevan buyar. Belakangan ini Bevan selalu melamun, entah apa yang ia renungkan. Entah itu karena ada sangkut pautnya dengan keluarga atau justru dengan Alena. Itulah yang menjadi pertanyaan Ciko dan Gio.
“Pagi-pagi udah ngelamun aja, awas ntar kesambet mau?” sindir Gio sengaja.
“Gila lo ya,” sahut Bevan seraya berdecak sebal.
“Mikirin apa sih Van? Umi? Abi? Atau Alena?” Ciko melontarkan begitu banyak pertanyaan padanya.
Bevan menopang dagunya dengan satu tangan. Pandangannya tertuju pada luar kelas, melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati kelasnya. “Gue lagi mikirin Alena,” jawab Bevan.
Gio menepuk pundak Bevan seraya berkata, “Yaelah dia aman kali di rumahnya, kan ada bokapnya yang selalu bersiap siaga.”
Bevan menepis tangan Gio yang berada di pundaknya. “Bukan masalah itu bego. Gue ngerasa Om Wijaya nyembunyiin sesuatu dari Alena,” ungkap Bevan.
“Otak gue gak akan paham, to the point aja,” sela Gio.
Bevan memutar bola matanya jengah. Bevan pun menceritakan kepada kedua sahabatnya mengenai kejadian pada saat Bevan berada di rumah Alena. Dimana Bevan melihat Ayah Alena memasukkan serbuk obat ke dalam bubur Alena. Dan Bevan menganggap bahwa Alena sakit parah.
“Vitamin kali ah buat penambah nafsu makan,” bantah Gio setelah mendengar kisah dari Bevan.
Bisa saja apa yang dikatakan Gio itu benar, tapi yang menjadi masalah itu kenapa Ayah Alena memberikan serbuk itu secara sembunyi-sembunyi? Bukankah hal itu mencurigakan dan patut dipertanyakan? Hal itu yang harus Bevan selidiki. Namun, beruntungnya Ciko satu pemikiran dengan Bevan.
“Gak mungkin Ko, kalau emang obat buat nafsu makan gak bakal sembunyi-sembunyi. Dan kayaknya Alena sakit parah,” sahut Ciko.
Bevan kini dibuat overthinking setelah memikirkan kejadian itu. Bevan tidak tahu harus memulai penyelidikan dari mana dulu. Seketika terbesit sebuah pemikiran, dimana yang pertama kali harus ia lakukan, yaitu membawa sampel obat itu. Dan memeriksakan kepada ahli bidangnya.
Namun, hal itu tidak mudah dilakukan. Apalagi harus mengambil sampel di rumah Alena. Yang Bevan takutkan malah terciduk oleh Ayah Alena. Hal itu akan memicu kemarahan Ayah Alena.
Tinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Ficção Adolescente"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...