Semua siswa berhamburan menuju lapang, berdiri dan bersikap tegap. Upacara bendera dilaksanakan dengan khidmat tanpa suara, kecuali para petugas upacara. Terik matahari yang cukup panas, membuat semua siswa kepanasan dan merasa gerah.
Entah kenapa tiba-tiba, pandangan Alena buram hanya tersisa bayang-bayang. Alena berusaha untuk kuat, karena upacara bendera sebentar lagi akan selesai. Alena memegang kepalanya yang terasa sakit. Bevan yang melihat itu pun langsung memegang tangan Alena. Tangannya mulai dingin, wajahnya pucat pasi. Alena terus memejamkan matanya menahan rasa sakitnya.
"Al, kamu kenapa?" tanya Bevan seraya berbisik.
Kaki Alena sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan hampir Alena pingsan, untung saja Bevan yang berada di sampingnya segera menahannya. Seketika suasana upacara menjadi riuh.
"Ada orang pingsan tuh,” teriak salah satu siswa yang berada di barisan kedua.
Bianca berdecak seraya tersenyum miring. "Cantik tapi sayang lemah,” celetuk Bianca.
Bevan pun menggendong tubuh Alena dengan ala bridal style. Semua pasang mata kini terpaku padanya. Bevan berjalan melewati orang-orang yang ada di hadapannya dengan pandangan lurus ke depan. Tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan, Bevan hanya fokus pada Alena. Bevan membawa Alena ke ruang UKS.
Alena memang sering pingsan kala upacara bendera. Mungkin karena Alena belum sempat makan atau memang Alena tidak kuat dengan sinar teriknya matahari.
Seketika pintu UKS terbuka, terlihat seorang lelaki bertubuh tinggi nan berkulit putih berada di ambang pintu. Lelaki itu pun berlari kecil menghampiri Alena yang terbaring lemah di atas ranjang.
"Al," sahut Leon-Kakak kelasnya lebih tepatnya pacar Bianca.
Bevan beranjak dari kursi seraya menghampiri lelaki itu. "Ngapain lo ke sini?" tanya Bevan mencoba menghalangi lelaki itu untuk menghampiri Alena.
"Gue mau jenguk Alena lah," jawab Leon.
"Keluar!" tegas Bevan mendorong tubuh Leon.
Leon tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Bevan. Pasalnya Bevan bukan siapa-siapa Alena, dan ia tidak berhak berlaku semena-mena. "Emangnya lo siapanya Alena, hah?" tanya Leon dengan nada tinggi. Akhirnya, Leon pun mendorong tubuh Bevan.
Sama seperti Leon yang tidak terima Bevan pun sama. Kemarahannya semakin menjadi-jadi. Bevan pun menarik kerah baju Leon seraya mengangkatnya. “Maksud lo apa, hah?” geram Bevan.
Leon pun menarik kerah baju Bevan. Situasi ini benar-benar menegangkan. Leon dan Bevan malah berkelahi. Namun, keduanya tidak tahu tempat. Sontak hal itu berhasil membangunkan Alena dari tidurnya. Alena memegang kepalanya yang terasa sakit.
Alena beranjak turun dari ranjangnya, berusaha untuk meleraikan perkelahian antara Bevan dan Leon. Namun, tiba-tiba kepalanya semakin pusing, ia sekuat tenaga menahan rasa sakitnya.
“Hentikan!” teriak Alena.
Bevan dan Leon pun menghentikan perkelahiannya. Keadaan mereka benar-benar kacau. Rambutnya berantakan begitu juga dengan bajunya yang keluar. Jika saja guru datang, mungkin mereka akan kena hukuman.
“Al, lo gak kenapa-napa kan?” tanya Leon khawatir seraya menghampiri Alena.
Namun, dengan cekatan Bevan berdiri di samping Alena, sedangkan Leon berdiri di belakang Bevan. Leon berdecak sebal, tangannya mulai gatal ingin melayangkan satu bogeman tepat di wajah Bevan. Namun, dengan cepat Leon menahan hawa nafsunya.
"Al, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Bevan.
Alena mengangguk pelan seraya tersenyum, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Kemudian, Bevan pun menuntun Alena keluar dari UKS. Karena Bevan tidak ingin terjadi apa-apa lagi padanya.
Alena dan Bevan berjalan menyusuri lorong-lorong diikuti oleh Leon dari belakang. Dari tadi Leon menahan nafsunya yang kian membara. Leon tidak bisa melihat Bevan dan Alena berdua-duaan seperti itu.
Meskipun dirinya tahu, bahwa ia sudah memiliki kekasih. Akan tetapi, rasa cintanya itu selalu tertuju pada Alena. Hubungan Leon dan Bianca memang terjalin cukup lama, tapi tak ada sedikit pun cinta untuk Bianca.
•
•
•
•
•
•
TBCTinggalkan jejak dengan cara vote dan ramaikan kolom komentar.
Terimakasih ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Love (Revisi)
Jugendliteratur"Hai Bidadari cantik, gimana udah bangun? Kalau udah jangan lupa bangunin Bevan ya!" Isi surat itu seperti tidak berarti apa-apa. Namun, siapa sangka isi surat itu mengandung makna terdalam. Alena disadarkan oleh sebuah kenyataan yang sangat menyaki...