sembilanbelas

800 86 10
                                    




"lihatlah" ucap irene memberikan selembar kertas pada seokjin mencoba mencairkan suasana canggung diantara keduanya

Seokjin menatap irene yang tengah berdiri di samping nya "ini apa?"

"menurutmu bagaimana? Aku membuat itu untuk omma apa dia akan suka?" tanya irene lalu ikut duduk di samping seokjin "jangan bilang kau lupa?"

"apa?" seokjin tampak tak mengerti yang dimaksud irene istrinya

"yak kau benar benar anak durhaka sebentar lagi ulangtahun pernikahan orang tuamu bagaimana kau bisa melupakan itu" irene tak habis pikir

"apa itu penting? Kurasa mereka tidak pernah merayakan hal seperti itu" ucap seokjin apa adanya

"wah aku kasihan sekali dengan omma memiliki suami dan anak yang sangat tidak peka tidak mengerti wanita, jangan jangan kau juga akan bersikap seperti itu padaku? Ah memikirkan nya membuatku jadi gila ku rasa aku harus lebih sering lagi melakukan perawatan"

"untuk apa? Setelah mendengrnya dari mu tadi aku tidak yakin ini akan berlangsung lama" ucap seokjin apa adanya

"untuk apa? Aku akan sering stres mulai hari ini dan itu akan merusak kulit ku aniyo kau sudah membutku stres dari dulu bukan hanya hari ini, ah yang tadi aku memang masih menyukai nya dan kau juga masih menyukai jennie jangan menyangkal nya aku tau itu, jadi kau mau bagaimana? Apa kita mau meneruskannya atau kita berhenti saja"

"bagaimana dengan mu?" seokjin menatap mata irene dalam

"sejujurnya aku memang tak pernah menginginkan pernikahan ini, aku menyukianya sudah sejak lama aku menunggunya dan terus disisinya saat tau kau menerima perjodohan ini aku merasa hampir gila karenanya kita terlalu sering bertengkar kau selalu salah paham padaku dan aku selalu curiga padamu sejujurnya aku tidak yakin kita bisa melalui nya tapi aku sudah berjanji padanya untuk mengubur dalam dalam perasaanku, aku hanya akan bertemen dengan nya dan kalaupun aku berpisah dengan mu aku juga tak akan bisa bersamanya, dengan mu atau pria lain bagiku sama saja aku juga tidak bisa menantang ayah ku dia benar benar pria tua pemaksa, jadi semua terserah padamu" jujur irene

"setelah apa yang menimpamu kau masih menyukainya?" tanya seokjin

"hemm aku masih begitu menginginkan nya " irene tersenyum "aku bahkan hampir mati karena menyukai nya"

"itu bukan cinta yang kau rasakan padanya itu bukan cinta itu obsesimu" ucap seokjin "bukan dia atau aku atau siapapun itu kau harus mencintai dirimu terlebih dahulu untuk bisa mencintai orang lain"

"ehmm kau benar dia juga mengatakannya persis seperti apa yang kau katakan, aku begitu terobsesi untuk bisa bersama nya tak peduli aku menunggu bertahun tahun tak peduli jika itu bisa membunuhku, lalu aku harus bagaimana?"

Seokjin menggenggam tangan irene "lihat aku dan hanya melihat ke arahku"

"ck kau memintaku untuk menatap mu sedangkan kau menatap wanita lain, aku tidak suka meskipun dia sedang hamil aku tetap tidak suka, pada dasar nya aku tidak suka membagi milikku"

"aku hanya kasian padanya kau tau kekasih nya sering kasar padanya dia meninggalkan ku dan bersama pria brengsek itu aku kasihan padanya dia wanita yang lemah" jujur seokjin

"dia bahkan sudah mencampakkanmu" irene memggelengkan kepalanya tak mengerti jalan pikiran seokjin

"lupakan dia dan ayo mencobanya dengan ku, aku sungguh sudah tidak memiliki perasaan pada jennie"

"lalu bagaimana kalau itu gagal? Kau mau melepasku?" tanya irene

"itu tidak akan gagal kalaupun kau masih tidak bisa mencintaiku nantinya.."

"hemm apa yang akan kau lakukan?" irene memotong ucapan seokjin

"aku hanya perlu menghamilimu kita akan memiliki anak dan kau akan terikat selamanya denganku" jujur seokjin

"wah kau membuatku merinding mendengarnya" ucap irene lalu mengusap lengan nya sendiri "apa orang orang tau kau punya pemikiran seperti ini? Kau seharusnya tidak memberitahu rencanamu itu padaku"

"ah maksudmu aku terlalu apa adanya begitu, ehmm aku memang orang yang seperti itu"

"ahh kau membuatku gila" irene menyilangkan lengan nya di depan dadanya "apa ada opsi lain?"

"tidak ada, jadi ku sarankan nikamati saja" ucap seokjin enteng

"apa yang harus ku nikmati?"

"semua nya kau memiliki suami yang tampan, pekerjaanku juga bagus, kemudian aku cukup kaya aku bisa memberikan semua yang kau mau, aku juga pandai memasak ah kemudian kau juga memiliki mertua yang begitu pengertian padamu ku beritahu dengan sifat mu yang seperti ini aku tidak yakin kau bisa memiliki mertua yang baik" jujur seokjin

"sifatku? memang sifatku kenapa?" irene mulai kesal

"ehmm.."

"jangan berani katakan" ancam irene tangna nya sudah memegang bantal siap untuk memukul sokjin

Bukkk buuuukkkk
Irene benar benar memukuli seokjin dengan bantal yang ia pegang tanpa ampun

"sebrntar sebentar" ucap seokjin saat ada notifikasi dari ponsel nya

Seokjin mengepalkan tangan nya ketika melihat foto foto yang dikirim nomor tidak dikenal itu

"wae? Ada masalah apa?" tanya irene yang menyadari perubahan sikap seokjin

"aniyoo" ucap seokjin lalu menaruh ponsel nya 

"wae??" irene mengikuti seokjin yang berjalan ke tempat tidur mereka

Pria kim itu merebahkan badan nya mencoba untuk tenang dan tidak terapncing

"besok kau akan di antar sopir jangan memgunakan taksi lagi" ucap seokjin

"wae? Taksi jauh lebih aman dari pada aku yang mrngendarai mobil sendiri" ucap irene lalu tertawa mengingat betapa payah nya ia

"kau tak baca berita banyak kasus pelecehan di jalan, jangan membantah dan turuti saja" ucap seokjin

"apa ayah ku yang menyuruhmu? Ehmm aku bisa pahami itu gwenchana oppa dia memang pemaksa" ucap irene lalu ikut berbaring di samping seokjin "oppa kau tak berniat menyuruhku tidur di sofa kan?"

Seokjin memiringkan badan nya menghadap irene "aniya tidurlah" seokjin mencium kening irene

"oppa, dia memang menyebalkan cukup abaikan saja" ucap irene yang salah paham ia mengira ayah nya mengirim seokjin pesan mulai mengatur atur seokjin

"kau menghawatirkanku?" tanya seokjin

"tidak ada yang bisa menentang nya aishh kenapa aku harus terjebak menjadi anak nya.."

"berhentilah menjelek jelekkan ayah mu" ucap seokjin lalu mengecup bibir irene lembut "dia bisa sakit hati jika mendengarnya" seokjin mengelus kepala irene "dia tidak seburuk itu"

"kau hanya belum mengenalnya saja" ucap irene sedikit mendorong seokjin agar tidak terlalu dekat dengan pria kim itu

"wae? Kau gugup?" seokjin terkekeh

"jangan dekat dekat" ucap irene lagi
.
.
.
Seokjin memandang punggung polos istri nya yang tengah tertidur pulas irene kelelahan karena aktivitas yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu, sedangkan seokjin sama sekali tidak bisa tidur pikiran nya kembali pada pesan yang ia baca tadi 'apa yang harus kulakukan padamu? Kenapa banyak sekali yang mengincarmu' batin seokjin

Ya tadi seokjin menerima pesan dari nomor tidak dikenal nomor itu memgirim bebeapa foto irene yang tengah berada di kantor nya ada juga yang irene tengah berada di coffe shop jelas orang itu mengikuti irene, orang itu minta untuk dia melepas kasus jennie.

Irene membalik tubuh nya menjadi menghadap seokjin, "oh kau tak tidur" ucap irene masih dengan menutup matnya

"ehmm aku tidur" ucap seokjin lalu memeluk irene berharap sesuatu yang buruk tak lagi menimpa istrinya.
.
.
.

Semoga kalian suka 💜

Epiphany  (jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang