tigapuluhsatu

665 57 20
                                    

Sudah lebih dari satu minggu irene tinggal di rumah mertuanya nyonya kim, karena seokjin tengah diluar kota dia tak ingin kesepian jadi ia menginap disini, irene merasa sangat beruntung memiliki ibu mertua seperti nyonya kim yang sangat menyayanginya, rumah tangganya dengan seokjin juga semakin harmonis sudah lebih dari 3 bulan irene takendengar kabar jennie mengganggu rumah tangganya lagi.

Nyonya kim berjalan mendekati irene yang tengah merangkai bunga di teras belakang
"kau baik baik saja? Kau tampak sedikit pucat, istirahtlah" ucap nyonya kim

"gwenchana omma aku memang sedikit tidak enak badan, tiduran semakin membuatku pusing jadi aku ingin disini agar merasa lebih baik" ucap irene apa adanya

"besok kamu kembali?" tanya nyonya kim seolah tak rela menantunya pulang

"ehmm besok seokjin oppa sudah pulang" ucap irene apa adanya "omma aku masih akan sering kesini" ucap irene yang mengerti perubahan wajah mertunya.
.
.
.
"oppa kalau aku tak bisa bersamamu akan aku pastikan tidak ada juga wanita yang bisa bersamamu" ucap jennie memandang seokjin yang tengah tertidur pulas di samping nya

Selama ini jennie sesungguhnya masih sering menghubungi seokjin namun selalu di acuhkan oleh seokjin pria kim itu tak pernah meladeni telpon nya bahkan membalas pesan nya pun tak pernah dan itu membuat jennie semakin ingin menghancurkan irene yang dengan beraninya merebut seokjin dari dirinya, ia sudah kehilangan bayi nya dan ia tak mau kehiangan seokjin.

Jennie mengirim beberaa foto ke nomor irene dan menuliskan beberapa pesan pada wanita itu dengan menggunakan ponsel seokjin

Irene yang baru saja sampai di apartemen nya merebahkan diri nya di sofa didalam kamar nya ia kembali bangun dengan malas saat mendengar notifikasi dari ponsel nya secara beruntun, irene berjalan ke tempat tidurnya karena tadi irene melempar tas nya kesana dengan asal, irene sedikit heran saat melihat pesan dari seokjin pasalnya pria kim itu tadi mengatakan akan sibuk hari ini dan akan segera pulang jika sudah selesai entah kenapa perasaannya sedikit tak enak dia ragu dan takut untuk membuka pesan itu namun akhirnya jari jarinya tetap membuka pesan itu. Mata nya memanas melihat isi pesan itu dan menangis pada akhirnya saat membuka foto yang seokjin kirimkan padanya  sampai pada foto ketiga irene sudah tak sanggup lagi untuk melihatnya dan memilih untuk melempar ponsel nya. Seharusnya malam ini seokjin pulang tapi apa yang justru pria itu lakukan bermalam dengan wanita lain bahkan mengiriminya foto menjijikan bersama wanita lain.
.
.
.
Seokjin membuka matanya kepalanya terasa sangat pusing karena semalam ia mabuk berat karena meladeni teman teman nya yang mengajak nya minum. Seokjin menyipitkan matanya begitu tersadar ini bukan ada di kamar hotel nya, seokjin semakin terkejut begitu tau dirinya tak mengenakan pakaian atasnya dengan jennie di sampingnya yang ia yakini juga tak mengenakan pakaian di balik selimutnya.

"apa yang kau lakukan padaku?" tanya seokjin begitu tau jennie mulai terbangun dari tidurnya.

Jennie menatap seokjin sedih "kenapa kau menanyakannya padaku? Harusnya saat ini aku menamparmu atau melaporkanmu ke polisi karena kau memaksaku semalam, aku tidak tau oppa ada masalah apa dengan istrimu tapi kau jahat sekali jika melampiaskannya padaku" ucap jennie mulai terisak "hapus foto2 itu kumohon"

"foto apa yang kau maksud?" tanya seokjin bingung ia benar benar lupa apa yang terjadi semalam, seokjin mengambil ponselnya dan membuka isi galery nya dan ia memeriksa chat nya dengan irene dan yang ia takutkan memang benar terjadi ia mengirim foto foto itu semalam, ia memang memiliki kebiasaan buruk saat minum ia suka sekali mengambil foto selfie dirinya dan mengirimnya random karena itulah ia tak suka minum sampai mabuk.
.
.
.
.
Sudah sejak semalam irene tak tidur dan terus menunggu seokjin pulang irene menggenggam ponsel nya kuat ia terus saja menghapus air matanya yang terus saja jatuh tanpa ia suruh dia bahkan berusaha menahan dirinya tak ingin menangis dia ingin mendengar penjelasan dari seokjin dia mau mendengar kalau seokjin hanya mengerjainya saja dan semua itu hanya editan.

Sudah sore saat seokjin tiba di apartemen nya begitu ia membuka pintu ia mendapati irene istrinya tengah duduk menatapnya. Seokjin tau ia salah kali ini tapi sungguh seokjin tak berniat melukai irene sedikitpun ia bahkan sudah tak peduli dengan jennie atau wanita lain manapun.

"kau pulang" ucap irene terdengar dingin "jelaskan padaku apa maksudmu mengirim pesan semalam"

"maafkan aku" hanya itu yang bisa seokjin ucapkan karena ia pun bingung dengan apa yang menimpanya ia benar benar tak ingat dengan yang terjadi dia tak tau kenapa ada jennie di samping nya saat ia terbangun tadi pagi. 

Irene tersenyum miris mendengrnya bukan permintaan maaf yang ia harapkan dia ingin seokjin menjelaskan, "jadi benar?" tanya irene mengangguk anggukkann kepalanya seolah tau apa yang akan terjadi berikutnya.

"aku yakin kau masih ingat dengan isi perjanjian kita kan?" tanya irene berusaha tersenyum "jawab aku kenapa kau melakukannya? Kau menyakitiku"

"maaf" ucap seokjin

Irene berdiri dari duduk nya dan berjalan ke kamar nya menutup pintu nya dan kembali menangis di sana ia tak mau menangis didepan seokjin ia tak mau terlihat lemah di mata seokjin, dia sudah sangat keterlaluan menurut irene dan dia benci fakta kalau irene selama ini di bohongi seokjin dan ia percaya begitu saja saat seokjin mengatakan selama ini ia tak pernah berhubungan lagi dengan jennie.

Irene menrik koper nya, semalam dia memang sudah menyiapkan ini kalau kalau saja yang ia takutkan benar terjadi, irene keluar kamar nya dengan sebelumnya ia mencuci mukanya agar tidak terlihat begitu kacau meski mau di tutupi seeprti apapun juga irene juga tau kalau seokjin pasti mendengrnya menangis tadi.

"sayang kau mau kemana" ucap seokjin begitu melihat irene berdiri tak jauh dari dirinya dengan dua koper besar miliknya

"jangan menghalangiku, dan jangan menyebutku dengan panggilan itu lagi aku jijik mendengrnya" ucap irene dingin lebih dingin dari udara luar saat ini.

"aku antar" ucap seokjin terbata ia sudah menangis saat ini, ia tau ini akan terjadi dia bahkan tak bisa menjelaskan apa pun pada irene karena ia benar benar tak tau apa yang terjadi, dan dia tak ingin terjadi sesuatu dengan irene karena itu dia ingin memastikan istrinya pulang ke rumah orang tua nya dengan selamat. Seokjin tak yakin tapi semoga saja irene tak lama disana.

Irene tersenyum melihat seokjin tengah menangis didepannya saat ini "kau menangis? Syukurlah setidaknya kau tau kau salah, tak usah mengantarku aku bisa sendiri" ucap nya lalu berjalan menuju pintu dan keluar dari apartemen itu.

Seokjin terduduk dilantai merutuki perbuatannya seharusnya ia tak minum semalam harusnya ia menolak ajakan namjoon, harusnya ia langsung pulang semalam. Dan ia hanya bisa menangisi dan menyesali perbuatannya sendiri.
.
.
.
Meski tau pasword pintunya irene tak berniat untuk masuk kesana sendiri ia memilih untuk duduk di depan pintu menunggu sampai pemilik apartemen ini pulang

Sudah lebih dari 2 jam ia menunggu di luar dengan terduduk sembari menangis hingga ada seorang petugas keamanan menghampirinya karena melihatnya terus duduk disana lebih dari dua jam dari cctv gedung itu.

"maaf apa ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas yang mengenali irene karena memang ia sering melihat nya berkunjung kemari

Irene hanya diam tak ingin menjawab apapun. Sampai akhirnya petugas itu berinisiatif menghubungi pemilik apartemen unit 324, tempat irene duduk di depan nya saat ini.

Baekhyun tergesa pulang setelah mendapat telpon yang mengatakan ada seorang wanita yang tengah menangis di depan unit apartemen nya yang ia yakini itu irene. Baekhyun berlari begitu melihat orang yang ia kenali meski irene menundukkan kepalanya ia tentu masih sangat mengenalinya. Ia ikut bersimpuh di depan irene memegang kedua bahu wanita itu "ada apa? Kenapa kesini dan menangis seperti ini?" 
.
.
.
.
Pisah nih 😪 mau double update gak?

Epiphany  (jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang