duapuluhsembilan

684 75 9
                                    

"wae?" tanya seokjin saat istrinya menatapnya kesal

Irene hanya memasang wajah cemberut nya

"arraso" ucap seokjin mengalah dan berjalan mendekati istrinya lalu mengecup bibir irene "berhenti memasang wajah seperti ini kau mengemaskan aku jadi ingin memakanmu lagi" ucap seokjin "jangan terlalu lelah" ucap seokjin mengelus kepala irene sayang yang hanya diangguki irene

Setelahnya irene berjalan keluar, yeri sepupunya sudah menunggu di bawah tadi seokjin dan irene sedikit berdebat saat irene akan pergi, pria kim itu melarang irene pergi.

Seokjin menghempaskan tubuhnya disofa tangan nya meraih remote tv menyalakannya dan mencari cari saluran yang menarik menurutnya,ia kembali menghela nafas nya mengingat betapa tega nya irene meninggalkannya sendirian disini padahal dia sengaja memgambil libur hanya karena ingin berduaan dengan irene seharian.

Seokjin berjalan malas ke tempat tidur nya saat ponsel nya terus saja berdering, seokjin mengambil ponsel yang ada di atas tempat tidur nya dan mengangkat panggilan itu. Wajah seokjin memucat jantung nya berdetak lebih cepat saat mendengar ucapan dari orang yang menelpon nya.

Seokjin berlari menyambar kunci mobil nya dan segera turun ke basement dan memacu mobil nya dengan cepat, pikirannya kacau saat ini saat orang dari rumah sakit itu mengatakan kalau istrinya tengah berada di rumah sakit karena kecelakaan dan saat ini kondisinya benar benar buruk. Seokjin menekan klakson nya tak sabaran saat mobil di depan nya berjalan begitu lambat ia benar benar ingin segera sampai dan melihat kondisi irene nya.

Seokjin berlari begitu ia memarkirkan mobil nya berlari menuju ke bagian informasi

"dimana pasien yang baru saja dibawa kemari karena kecelakaan" ucap seokjin tak sabaran

"anda siapa?"

"barusan saya di hubungi kalau istri saya dibawa ke rumah sakit ini" ucap seokjin

"ah saat ini pasien masih di tangani dokter"
.
.
.
Seokjin duduk dengan gelisah di depan ruang oprasi saat ini, bibirnya tak henti memohon agar irene baik baik saja dan dapat bertahan.

Setelah 40 menit menunggu akhir nya dokter yang bertanggung jawab untuk oprasinya keluar dan menemui seokjin selaku wali nya.

"bagaiamana keadaannya?" tanya seokjin begitu melihat dokter itu keluar ruang oprasi

"oprasinya berjalan lancar dan pasien akan segera dipindahkan ke kamar inap" ucap dokter berumur sekitar 50th itu

Seokjin menghela nafas nya lega, di benar benar takut jika harus kehilangan irene secepat ini. Seokjin jadi menyalahkan diri nya saat ini harusnya ia tak mengizinkna istrinya itu pergi atau setidaknya ia seharusnya bersikeras untuk mengantar istrinya tadi tidak membiarkan irene pergi begitu saja dengan sepupunya..
.
.

Seokjin membuka pintu ruang rawat inap itu pelahan seolah tak ingin mengganggu pasien yang mungkin saja akan terganggu jika ia berisik meski dokter tadi mengatakan kondisi pasien sudah stabil namun belum sadar pasca operasi.

Seokjin berjalan mendekati ranjang itu, dahinya berkerut bingung "jennie? Kenapa jennie disini?" tanya seokjin pada dirinya sendiri begitu melihat wanita yang tengah terbaring lemah didepan nya ini jennie bukan irene istrinya. Seokjin kembali keluar dari kamar itu menuju ke bagian informasi

Seokjin tersenyum bodoh menertawakan kebodohannya yang ta menanyakan siapa nama pasien yang dimaksud, dia bahkan langsung berlari kesini begitu mendengar ucapan petugas rumah sakit itu, dia bahkan tak mencoba menghubungi nomor irene terlebih dahulu, dia sudah khawatir berlebihan padahal irene istrinya baik baik saja saat ini dan mungkin sedang bersenang senang dengan sepupunya.

Epiphany  (jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang