empatpuluhlima

555 66 10
                                    

Baekhyun menunggu dengan gelisah ini sudah 2 jam sejak irene mengtakan ia dalam perjalanan pulang, dan irene ponselnya tak bisa dihubungi olehnya. "apa dia tak jadi pulang" ucap baekhyun bermonolog

Baekhyun menghubungi seokjin tapi pria kim itu tak menjawab telponnya, ini bukan pertama kali nya irene tak pulang tapi entah kenapa perasaannya tak enak, baekhyun mengambil kunci mobilnya dan segera menuju ke tempat seokjin ingin memastikan irene berharap wanita itu baik baik saja disana.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari 30 menit baekhyun sampai di gedung apartemen seokjin ia tergesa ingin segera memastikan keadaan irene. Baekhyun menekan bel apartemen itu dengan tak sabaran.

Seokjin membuka pintu apartemennya sedikit heran mendapati baekhyun berdiri di depannya saat ini 

"apa irene tak jadi pulang? Dimana dia?" tanya baekhyun lalu menerobos masuk

"apa maksudmu dia sudah pulang dari tadi" ucap seokjin

Baekhyun membalikkan badannya menatap seokjin "kau tak mengantarnya?"

"dia.."

Bugh.. Baekhyun memukul seokjin begitu saja membuatnya tersungkur tak sempat menghindarinya

"apa dia belum sampai?" tanya seokjin yang ikut khawatir sekarang

"kalau dia sudah sampai aku tak akan jauh jauh kemari" ucap baekhyun lalu kembali memukuli seokjin "kalau sampai terjadi apa apa padanya ini semua salahmu" ucap baekhyun lalu kembali melesatkan pukulannya setelahnya ia meninggalkan seokjin begitu saja ia begitu marah kenapa pria kim itu begitu bodoh membiarkan irene pergi sendiri. Ini sudah hampir tengah malam dan irene masih tak bisa di hubungi sampai saat ini.

"aku akan mencari di daerah sekitar sini" ucap seokjin yang sudah ada di belakang baekhyun yang baru saja akan masuk ke mobilnya

Ia tak marah meski di pukuli pria byun itu dia benar, dia yang salah disini dia begitu egois tadi

"oh beritau aku jika kau menemukannya aku akan menyusuri jalan" ucap baekhyun

Baekhyun mengirim pesan untuk tuan bae agar membawa putrinya bersamanya ia juga tak bisa membiarkan putrinya di rumah sendirian.

Sudah hampir fajar namun irene masih juga belum ditemukan.
.
.
.
"onnie" panggil gadis muda itu saat melihat irene membuka matanya

"dimana ini?" tanya irene

"ini di rumahku, maaf membutmu seperti ini, dia membawa semua barangmu" ucap gadis itu

"ahh kurasa tulangku patah kenapa kau tak membawaku ke rumahsakit" protes irene sedikit berlebihan tapi ia emang merasakan sakit di area punggung nya setelah pria gila yang semalam memukulnya 

"aku tidak punya uang"

"kau punya ponsel?" tanya irene

Gadis itu mengangguk "telpon rumahsakit kalau begitu bgaimana bisa kau membiarkanku mati begitu saja"

Gadis itu menuruti irene "pesankan kamar yang bagus ayah ku yang akan membayar nya kau tak perlu memikirkannya" ucap irene lagi "kau juga harus ikut denganku nanti" ucap irene

"untuk apa?"

"lihatlah wajahmu kau juga perlu di obati" ucap irene "dan juga bukankah bahaya jika kau disini sendiri pria gila itu bisa datang lagi"

"ehmm dia bisa saja datang lagi" ucap nya

"kau tau seperti itu tapi membawaku kemari kau ingin aku benar benar mati ditangannya?" ucap irene "ah ini sakit sekali" keluh nya membuat gadis itu bingung tak mengerti harus berbuat apa selain menunggu ambulance datang.

Epiphany  (jinrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang