Acara kelulusan begitu meriah, budget yang dikeluarkan sesuai dengan ekspetasi. Tampil beda dengan kelulusan sebelumnya dan daripada sekolah yang lainnya. Wisuda kali ini diiringi orkestra ternama, ada juga penampilan dari beberapa band alumni, termasuk Elvan. Selain peserta, lelaki itu juga merapat jadi pengisi acara.
Namun bagi Elvan masih saja kurang, sama sekali jauh dari ekspetasinya, karena penampilannya tadi tidak disaksikan oleh orang yang diharapkan kedatangannya. Elvan mengecek ponselnya berkali-kali, dan belum ada tanda-tanda Alysa membaca pesannya.
"Selamat ya, Van." Irene memberikan selamat.
Adik kelasnya itu membawa karangan bunga ucapan kelulusan yang cukup besar dan menarik perhatian. Elvan pun dibuat kagum karenanya, ia tak menyangka akan dijamu seberlebihan ini. Bahkan orang tuanya saja hanya mengirim yang terbilang biasa.
Acara sudah berganti tema, kali ini semua peserta wisuda berada di taman sekolah yang sudah dirombak sedemikian rupa, menjadi ala garden party.
Tergantung beberapa foto aib semua alumni di ranting-ranting pohon, juga kabel lampu. Tersedia pula photobooth, tempat di mana semua berfoto sepuasnya. Dan hidangan pun tidak terlewat, jika yang suka ngemil maka mereka akan betah berada di tengah, seperti halnya Nayara, sekarang.
Sepertinya yang kurang bersemangat hanya Elvan saja, bahkan Irene lebih terlihat sumringah dalam memberi selamat daripada lelaki ini. Sampai akhirnya kedatangan seseorang menyudahi segalanya, Kini tak ada yang mengganjal, Elvan benar-benar merasa lengkap.
Merasa sudah memberi selamat dan bergabung sebentar, akhirnya Irene pun memutuskan untuk pulang. Namun, lagi-lagi seseorang menghambat kepulangannya, ia tidak tahu kalau ternyata Alysa dekat dengan Elvan juga. Bukankah mereka berbeda sekolah?
Irene : masa kayak gini sama Elvan juga -_-
(send picture)
Aksa meremas ponselnya, bisa-bisanya gadis itu berkelakuan seperti ini di tengah keramaian?! dan di sana ada Nayara, juga anggota keluarganya yang lain. Ah tidak, bagi Aksa hanya Nayara saja yang keluarganya.
Sebenarnya gadis itu mau apa, sih? Kenapa Alysa tidak mau mendengarkannya?! dasar batu.
Dengan perasaan yang sudah campur aduk, Aksa pun bergegas ke tempat di mana Elvan berada. Ia tidak bisa membiarkan lelaki itu semakin leluasa merecoki kehidupannya.
Aksa sampai di sebuah kafe, tempat biasa Elvan dan teman-temannya nongkrong, apalagi malam ini mereka sedang mengadaan acara bersama atas kelulusannya. Bahkan sampai menyewa seluruh tempat, tapi bukan hanya agar ada mereka saja, pelanggan tetap bisa masuk, bedanya hanya tidak berbayar.
Dan sudah bisa ditebak, orang yang dicari sedang bermain gitar di atas panggung. Menjadi pusat perhatian memang bagian dari akal bulusnya juga, hanya saja kebisaan bermain musiknya yang lebih menonjol.
Elvan baru saja menyelesaikan aksi panggungnya, ia menuruni tangga dan pada anak tangga yang terakhir sebuah bogeman mendarat pada wajah mulusnya, membuat lelaki itu tersungkur di lantai diiringi jeritan ngeri dari para saksi mata.
Seolah tidak puas, Aksa kembali meremas kerah pakaiannya. "Jauhi Alysa!" tegasnya.
Elvan menepis cengkraman kuat lelaki itu. "Lo gak punya hak!" balasnya tak mau kalah, namun tanpa emosi, ia masih bersikap biasa saja dan itu yang membuat Aksa semakin geram.
Rahang Aksa mengeras, ia hendak membabi buta namun diberhentikan oleh beberapa pihak.
Aksa melepaskan diri dari pegangan orang-orang lalu membenarkan jaket kulitnya. "Gue peringatin sekali lagi, jangan pernah merebut apa yang jadi milik gue lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...