Aksa sedang sibuk dengan berbagai macam perkakas untuk memperbaiki sebuah mobil yang dikeluhkan pemiliknya karena tiba-tiba mengeluarkan asap di tengah-tengah perjalanan.
Tak jauh beda dengan Alysa, gadis itu pun sedang memiliki kesibukkan. Matanya hampir tak berkedip karena begitu telaten memandangi kesibukkan lelaki yang sudah membuat amarahnya pudar dalam sekejap, padahal kekesalahnya sudah menumpuk dari kemarin tapi untuk membuatnya baik kembali hanya butuh hitungan menit.
"Diminum, neng!" tawar lelaki paruh baya yang sepertinya termasuk salah satu pekerja di bengkel ini juga, terlihat dari seragamnya mirip dengan yang dipakai Aksa.
Sebenarnya Alysa tidak begitu merasa kehausan karena cukup denan memandanginya saja ia dapat melupakan segala permasalahan hidupnya, namun untuk menghargai Alysa pun meminum air yang disuguhkan. "makasih, Pak."
"Iya, neng. Sama-sama," sahut lelaki dengan name tag yang bertuliskan Sutowo itu. "Satu sekolahan sama pak Aksa, ya?"
Alysa mengernyit, "kok bapak manggil Aksa pakek pak, sih?"
"Iya dong, masa sama yang gaji manggil nama?!"
Ukhhuk khuk
Alysa tersedak minuman teh manisnya. "Ya-yang gaji?" ulangnya memaksakan diri untuk tetap bersuara."Aduh pelan-pelan atuh minumnya." Sutowo menarikkan beberapa lembar tisu untuk Alysa, "Pak Aksa kan yang punya bengkel ini. Neng gak tau emangnya? sampai kaget gitu dengernya."
"Pak Towo kok malah godain cewek, sih? saya bilangin temen saya loh." suara seseorang menyela.
"Lagi gak banyak pasien nih, si bos yang nyuruh saya buat nemenin Neng ini."
"Ck, mau tunjuk kebolehan apa?!" gumam Bagas ketika melihat Aksa yang sibuk sendiri dengan body mobil, ia terduduk di sebelah Alysa. "Dia temen saya juga kok, biar saya aja yang nemenin. Bapak bantuin si bosnya aja."
"Yaudah deh kalau begitu, saya tinggal dulu, ya!" pamit lelaki berumur 40 tahunan itu.
"Lo gak jadi daftar kemping?" tanya Bagas.
Alysa menepuk pelan kepalanya, merasa diingatkan. "Masih bisa gak ya?"
Bagas melihat jam tangan yang melingkar pada lengannya. "Jam segini panitia masih stay, sih."
Via yang menyebabkannya sangat ingin ikut, gadis itu juga yang menghambat pendaftarannya tadi, maka seharusnya Via juga yang bertanggungjawab atas semuanya. Pemikiran itu pun jadi hal yang bagus agar ia tak harus beranjak dari tempat ini.
Panggilan hampir tersambung, namun seseorang merebut ponselnya lalu menekan tombol merah pada layarnya.
"Lo gak usah ikut." Aksa menaruh ponsel Alysa di atas meja lalu terduduk di tempat pak Sutowo tadi.
Seolah tak mendengar, Alysa pun hendak melakukan panggilan ulang namun sekarang ponselnya benar-benar diambil alih.
"Gak usah ikut camping!" Aksa mengulang ucapannya dengan lebih jelas.
"Kan wajib ikut!"
"Itu cuma akal-akalan sekolah aja, gue juga gak ikut."
"Kenapa?"
"Gak mungkin ninggalin Naya sendirian di rumah."
"Oh iya juga sih." Alysa sependapat. "Tapi gue harus ikut, siniin HPnya."
"Kenapa harus?"
"Ya harus aja." Alysa tidak mungkin bilang kalau ia harus menjadi orang ketiga untuk kakaknya yang berkesempatan berduaan dengan Kallista.
Aksa memasukkan ponsel yang bukan miliknya itu ke dalam kantonya. "Gak usah ikut."
Alysa melenguh, sikap Aksa memang tidak lagi dingin tapi tidak harus jadi aneh juga. Tak kehilangan akal, ia pun beralih pada teman yang ada di samping lainnya, namun lelaki itu dengan sigap menghindari kecepatan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Dla nastolatków"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...