Selama ini Aksa memang tak pernah terganggu dengan semua perempuan yang mengejarnya, ia selalu beranggapan kalau hal itu merupakan anugerah Tuhan sebagai ganti dari ketidaksempurnaan keluarganya. Tapi Aksa tetap punya batasan, meski ia selalu menyambut baik, hanya saja ia tidak pernah membiarkan sembarang orang masuk, dan bahkan sampai sekarang belum ada satu pun yang bisa menembus bagian terdalamnya.
Semua yang mendekat akan menjauh sendiri, jadi Aksa tidak merasa harus menyuruh pergi. Lagipula, bukankah perasaan tidak bisa diatur? ketika Aksa mengerti seseorang atas rasa sukanya, seseorang itu pun harus mengerti kalau ia tidak memiliki hal yang serupa.
Tapi kali ini beda, ia sangat terganggu ketika gadis yang biasanya mengganggu mendadak hilang. Aksa tidak bisa tinggal diam ketika ternyata gadis itu melupakannya karena memiliki kesibukan dengan sosok yang lainnya.
Seolah waktu memutar balikkan segalanya, malah ia yang membuntuti lalu mencari tahu alasan kenapa Alysa menjauh darinya, ia merasa harus tau hal yang akhir-akhir ini sangat mengganggunya.
Bagaimana mungkin Aksa bisa melakukannya? bahkan seolah mencari kesempatan dalam kesempitan. Sekarang Aksa benar-benar tidak bisa tidur semalaman, kelakuannya sungguh di luar dugaan, ia sama sekali tidak berencana hal yang demikian.
Aksa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, ia tidak tahu besok harus bersikap bagaimana?! tapi meski begitu, ada rasa puas dalam hatinya ketika Elvan melihat, biar lelaki itu tahu kalau tidak semua yang Aksa punya bisa dimiliki juga olehnya.
Baru beberapa jam Aksa kehilangan kesadaran, tiba-tiba matahari mengeluarkan sinarnya, dan mata yang sulit terpejam semalam menjadi sulit terbuka, sekarang.
Bukankah Aksa itu pribadi yang percaya diri?! tidak salah, ini memang salah satu pesona yang membuatnya jadi incaran. Rasa yang mengganggu semalaman suntuk, hilang tanpa bekas ketika lelaki itu membuka mata. Seolah semua beban hilang terbawa mimpinya ke alam bawah kesadaran.
Aksa melupakan satu hal, kalau ternyata Alysa pun memiliki keahlian yang serupa. Seolah tidak ada yang terjadi, gadis itu mampu bersikap biasa saja. Dan lagi, ia merasa terganggu dengannya, bukankah ini menjengkelkan? Alysa seakan tahu titik kelemahannya.
Alysa melewatinya tanpa sedikitpun lensa mata itu terarah padanya, seolah ia adalah makhluk tak kasat mata. Aksa melihat jelas bagaimana gadis itu menghindarinya begitu lembut, sampai ia sendiri tidak merasa ditolak. Kenapa kini kebisaannya malah berpindah tangan? seharusnya itu yang Aksa lakukan, paling tidak kepada gadis lainnya. Ia sangat sadar, betapa ia menolak Alysa dengan tegas sejak awal gadis itu mulai mendekat.
"Alysa!" panggil Aksa terpaksa, atau kalau tidak, gadis itu tidak akan melihatnya.
Alysa memutar tubuhnya, menghadap lelaki yang sudah ia buat kelabakan. Bukankah ia juga pintar memainkan hati? siapapun bisa Alysa dapatkan dengan mudah, begitu pun dengan sosok yang kini menghampirinya, meski perlu sedikit bersusah payah. Sudah bisakah ia dikatakan berhasil?
"Lo salah, gue bisa berhenti." Alysa berkata sebelum Aksa mengutarakan maksudnya.
"Gue bisa berhenti jadi seseorang yang gak lo suka." Alysa kembali memperjelas kalimatnya.
"Apa yang gue gak suka dari lo?"
"Keberadaan gue, kan? lo gak mau gue ada di kehidupan lo. Dan sesuai keinginan, mulai sekarang lo bisa anggap gue gak ada."
"Lalu kemarin? kenapa lo gak nolak?" Aksa masih tidak ingin kalah, ia tahu gadis itu hanya sedang meninggikan harga dirinya.
"Kenapa lo gak menghindar, seperti apa yang lo lakukan sama Elvan?"
Aksa berhasil membuat Alysa tak bisa berkata, sebab gadis itu sendiri memang tidak tahu apa alasannya.
"Lo dateng tiba-tiba, kalau ibarat kejahatan, kemaren gue lagi kecopetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...