Sedari tadi Alysa tak beranjak dari meja belajarnya. Ia masih saja mengulang-ulang bacaan paragraf yang memintanya untuk menemukan topik utama. Semuanya sama! persis!!
"Kenapa ada pelajaran macam ini sih?!" gusar Alysa mengacak rambutnya dengan frustasi.
"Eh eehh ... kok anak gadis Mama marah-marah sih!" imbuh Kesya yang berniat untuk mengajak putrinya untuk makan malam bersama. "Kenapa? Hmm."
Alysa menghela napas panjang. Dijelaskan pun percuma, tak akan membuat tugasnya ini selesai.
"Makan dulu, yuk? nanti lagi ngerjainnya."
Tanpa perlu dimintai dua kali Alysa pun mengikuti permintaan sang ibu, mengikutinya untuk turun ke lantai bawah di mana anggota keluarganya yang lain sudah bersiap si meja makan.
Hening.
Hanya suara pantulan sendok dan piring yang terdengar. Lagipula memang sudah tradisi, tidak dibiasakan untuk saling bicara ketika sedang makan.
"Alysa udah selesai," Alysa berujar, "Alysa duluan."
"Makannya belum habis ...." belum selesai Rangga berucap tapi anak gadisnya itu sudah melengang pergi.
Terlihat sesuatu yang berbeda. Pendiamnya Alysa merupakan sesuatu yang aneh dan patut dipertanyakan.
"Arion," panggil Kesya ketika anak sulungnya hendak ikut meninggalkan meja makan. "Bantu Adikmu kerjakan tugas, kasihan dia pusing sendiri."
Tanpa banyak bicara Arion pun hanya mengangguk mengiyakan. Tak pernah sekali pun lelaki itu membantah kata yang keluar dari mulut ibunya, dan mungkin tidak akan terjadi.
"Masih banyak?" Arion menghampiri, membuat Alysa sedikit terhenyak karena pikirannya sempat melayang ke hal lain.
"Belum satu pun," simpul Arion setelah melihat buku yang dipegang adiknya masih putih bersih dari noda tinta.
Kebingungan Alysa terputus. Entah tulus atau tidak sikap kakaknya yang jarang terjadi ini yang jelas ketika mendapatinya maka harus segera dimanfaatkan.
"Lagian bikin bingung. Kalimatnya hampir sama semua," cerocos gadis itu.
Arion tak lagi menyahut, ia menarik kursi lain untuk didudukinya.
"Mending dikasih tugas matematika sekalian! udah jelas ada rumusnya, daripada bentukan kayak gini." Alysa kembali menggerutu.
Seolah tak mendengar apapun, malah Arion yang fokus dengan tugas yang membuat Alysa pusing tak kepalang.
Hoamm!
Alysa menggunakan punggung tangan untuk menutup mulutnya yang menganga. Bagaimana tidak? kalimat-kalimat laknat itu bagai dongeng baginya. Semakin ditahan tapi kantuknya malah semakin menjadi.Hening, semakin hening dan gelap. Ketenangan itu datang, tapi secara tiba-tiba setitik cahaya muncul, semakin besar dan terlihat. Kini Alysa berada di bawah hamparan langit biru, indah namun menyilaukan. Alysa memutar tubuhnya untuk memastikan keberadaannya yang ternyata sedang berada di atas ketinggian gedung. keterkejutannya itu membuat Alysa terhuyung, ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Bruk!
"Aaakkh!!" ringis Alysa mengusapi punggungnya yang terbanting.Wait!
Seharusnya seluruh tulangnya patah dan berhamburan.Alysa segera mengawaskan pandangannya lalu membenarkan posisinya yang tidak karuan. Sekarang ia berada di lantai, tepat di samping tempat tidur yang ia pastikan kalau ia baru saja terjatuh dari atasnya, dan bukan atas gedung. Itu artinya ... yang tadi hanyalah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...