40. TERLAMBAT

1K 99 6
                                    

Alysa meregangkan ototnya dengan mata yang masih betah terpejam, menghirup napas sebanyak-banyaknya lalu kemudian mengeluarkan secukupnya. Namun kedua matanya tiba-tiba terbuka seolah ada sesuatu yang mengejutkan.

Dengan tergesa gadis itu pun segera meraih telepon genggamnya yang berada di atas nakas, memastikan sesuatu yang bisa jadi hanya bunga tidur. Namun tak ada satu pun hal yang menunjukkan kalau sesuatu yang diragukannya itu memang nyata.

Suara ketukan pintu pun terdengar, memecah kekalutan pikirannya.

"Alysa! sayang?" panggil Kesya dari luar lalu membuka pintu kamarnya.

"Loh, kok masih belum siap?" ujar ibunya ketika mendapati Alysa yang masih kusut khas orang baru bangun.

Alysa yang begitu frustasi karena tak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya sendiri pun kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. "Masih jam setengah 6, kok."

"Ayo bangun!" Kesya menarik tangan putrinya agar segera bangkit, namun sepertinya gadis itu sama sekali tidak menginginkannya.

Kesya menyerah, "yasudah kalau begitu, biar mama suruh Aksa berangkat duluan aja."

"Ak-sa?" gumamnya, lalu kemudian ia mendahului langkah ibunya. "Aksa, Mah?"

Kesya mengangguk, "iya, Aksa di bawah nungguin kamu."

Alysa pun segera keluar kamarnya untuk sekedar memastikan kehaluan tingkat apa lagi yang akan ia dapatkan. Ternyata ibunya berkata benar, Aksa sedang terduduk menungguinya di sofa, itu berarti semua yang ia ragukan kebenarannya adalah nyata.

Dari bawah sana Aksa yang merasa diperhatikan pun melihat ke arah di mana Alysa berada, namun tak ada siapa pun. Ya, gadis itu telah beranjak satu detik lebih cepat darinya.

Tak butuh perintah dari ibunya lagi agar Alysa segera bersiap, nyatanya gadis itu sekarang telah masuk ke dalam toilet untuk mempersiapkan diri yang memakan waktu hanya kurang dari 10 menit.

Kesya pun memutuskan untuk kembali ke bawah, menemui anak dari sahabat baiknya.

"Mau minum apa? biar tante buatkan," tawar Kesya.

Aksa menggelengkan kepala. "Gak usah, Tante. Udah banyak minum, kok, tadi."

"Kalau begitu, sarapan bareng, ya, nanti?"

Belum sempat Aksa menyahut, namun kedatangan seseorang menyela obrolan keduanya.

"Yuk!" Alysa menyodorkan tangannya pada Aksa.

Kesya meraih lengan Aksa lebih dulu. "Kita sarapan dulu."

Kedua manusia itu melewati tubuhnya begitu saja. Aksa sama sekali tidak menolak ajakan ibunya, dan malah mengabaikannya dengan mudah.

Aksa terduduk di tempat biasa Arion terduduk, berhadapan dengan lelaki paruh baya yang kini sedang intens menatapinya.

"Dalam rangka apa kamu menjemput Alysa?" Rangga memulai obrolan, membuat gadis yang hampir duduk di tempatnya kembali urung.

"Kita makan di ..."

"Kami baru saja memulai hubungan!" ujar Aksa tak ada keraguan, membuat Alysa yang belum menyelesaikan kalimatnya menjadi terbatuk-batuk.

Rangga menyimpan kedua tangannya di atas meja lalu saling menautkan kedanya. "Hubungan semacam apa?"

"Pacaran. Dan mulai sekarang saya akan mengantar-jemput anak Om."

Sebenarnya saat ini Alysa sangat malu, bahkan kini wajahnya sudah memerah sempurna, warnanya pun telah melebihi blush on. Sebelumnya tak pernah ada satu pun pacar terdahulunya yang begini, lebih tepatnya Alysa sama sekali tidak memberi kesempatan pada mereka untuk membuat perkenalan. Tapi bukankah saat ini Alysa pun ingin menghentikan? hanya saja Aksa tidak bisa tercegah, dan sayangnya Alysa malah menyukainya.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang