EPILOG

1.8K 111 24
                                    

Waktu terus saja berjalan maju tanpa kenal menunggu, tidak ada yang bisa menghentikan ketetapannya yang mutlak. Banyak hal yang terjadi jauh dari bayangan, berbalik arah dari yang seharusnya, bahkan seolah menolak untuk sesuai harapan.

Alysa tetap jadi si cewek keras kepala yang maunya menang sendiri tak peduli apa pun yang terjadi. Mentang-mentang tahu Aksa sayang, gadis itu sering kali mengancam putus agar si cowok mau menuruti maunya. Padahal kalau kejadian beneran, Alysa lah yang akan menangis paling keras.

Sedangkan Aksa masih jadi si cowok yang gak mau banyak mikir, ucapannya akan menjadi hal yang tak terbantahkan bagi siapa pun. Terutama Alysa, gadis yang secara bersamaan jadi satu-satunya orang yang sering kali melanggar aturannya. Aksa memang sayang, tapi dia masih punya batas kesabaran. Sampai suatu hari, cowok itu mengiyakan ancaman pacarnya.

"Yaudah, kita putus!" Alysa berbalik arah, ia sudah bersiap-siap dapat bujukan manis, tapi beberapa detik berlalu Aksa tidak juga memanggilnya atau menyusulinya seperti biasa.

"Aksa!" panggil Alysa pada lelaki yang kini sudah berjalan mengarah ke lapangan. "Mau ke mana?"

"Udah putus, kan? kenapa masih nanya-nanya?" balasnya tanpa beban.

Jadi cuma segini saja cinta lelaki itu padanya? bahkan tidak lebih besar dari para pengejarnya yang masih menyimpan harap. Haruskah ia tunjukan seberapa mudah ia dapatkan penggantinya? tapi sepertinya Alysa keduluan, sekarang Aksa sudah dikelilingi cewek-cewek di sana, di hadapan Alysa. Tanpa menolak. Tanpa menghindar. Aksa serius, dan sekarang Alysa yang mulai pening.

"Lo beneran?" Via terbatuk-batuk, mendengar cerita dari temannya itu membuat Via hampir mati keselek bakso.

Alysa menenggak es teh manisnya dalam satu tegukan. "Kapan gue bercanda?" ucapnya sedikit tak jelas karena mulutnya sedang sibuk mengunyah es batu sisa dari minumannya.

"Lagian, lo, sih!" Via sudah sering kali mengingatkan sampai mulutnya berbusa, masalahnya adalah kalau Alysa galau, Via juga yang kena imbasnya, dan kalau masalah Aksa, maka lelaki itu juga yang menjadi obatnya. "Putus itu bukan hal yang gampang diucapin."

"Iya. Gue tau."

"Kalau tau, kenapa dilakuin?"

"Biasanya kan gak gini."

"Terus kalau udah gini, lo bisa apa?"

"Bisa ngajak balikan!" Alysa mengangkat bahunya, seolah hal itu bukanlah suatu kesulitan.

"Kayaknya Aksa gak main-main." Via mengaba-aba lawan bicaranya dengan gerakan mata, melihat ke arah pintu masuk kantin.

Aksa dengan geng charmingnya baru datang, sontak menjadi pusat perhatian. Namun yang menjadi masalah, Aksa kembali lagi pada dirinya yang mengumbar senyumnya murah, membuat semua orang bisa jadi salah sangka.

"Apa yang bikin cowok gak bisa ninggalin ceweknya?"

Pertanyaan Alysa cukup berat, sebab Via cukup sering ditinggalkan mantan-mantannya. Seolah balikan adalah hal yang haram, mereka lebih memilih memulai hubungan baru daripada memintanya kembali.

"Aksa emang gak pernah ngapa-ngapain gue, tapi bukan berarti gue gak bisa ngapa-ngapain dia."

Lagi-lagi pernyataan Alysa membuat temannya syok, dan daripada sebelumnya, ini yang lebih parah, Via bahkan tak sadar sudah menggigiti jarinya sendiri.

"Sampai bikin dia gak akan ninggalin gue, walaupun gue sendiri yang nyuruh."

"Al, cowok gak sesulit itu buat ninggalin. Jangan gila, deh."

"Prom night bentar lagi, kan?"

Siapa yang bisa menebak pikirannya? Alysa bahkan dapat melakukan segala yang tidak terpikirkan oleh siapa pun.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang