Sebelum Kakaknya pulang Nayara harus sudah ada di rumah atau ia akan kena omel lagi. Hampir saja tangannya meraih knop pintu tapi benda tersebut sudah ada yang membukanya dari dalam.
"Kak Aksa?" lenguh gadis itu. Niat menghindari malah ada di hadapan.
Aksa melipat tangannya di dada. Tanpa senyum, tanpa ekspresi. Nayara sudah tahu pertanda seperti ini tentunya tidak akan bagus.
"Kaka udah pulang?"
"Memangnya sejak kapan Kakak pergi?"
"Tapi tadi ..."
"Udah Kaka bilang jangan kemana-mana dulu."
Nayara menundukkan kepalanya. "Olahraga pagi kan sehat."
"Kamu baru sembuh. Awas ya kalo sakit lagi Kaka gak mau jagain."
Nayara berdecak. Meski ucapan lelaki itu hanya omong kosong tetap saja menjengkelkan di telinga.
"Ayo masuk!" Aksa membuka lebar pintu.
Nayara menurut. Tapi bagaimana bisa Kakanya itu sampai di rumah lebih cepat? apa lelaki itu punya kekuatan super yang dapat menghilang? atau mungkin pintu kemana saja punya Doraemon? tidak mungkin.
"Sarapan udah siap di kamar. Awas aja kalo sampe keluar kamar." Aksa memperingatkan.
"Itu Kaka mau ke mana?" tanya Nayara pada Aksa yang akan kembali keluar rumah.
"Biasanya?"
"Lari pagi."
"Dari tadi keliling rumah buat nyari kamu, taunya malah keluar."
Nayara mendorong tubuh Kakanya yang masih berada di lubang pintu. "Udah sana. Nanti Kak Alysa bosen nunggu."
"Alysa?" gumam lelaki itu tak paham. "Dasar. Gak jelas."
Baru saja Aksa hendak memulai langkahnya tapi pemilik nama yang ia gumamkan barusan benar-benar ada di hadapannya.
"Tunggu sebentar, gue ngambil kunci dulu." Elvan menginterupsi lalu melewati Aksa untuk masuk e dalam rumahnya.
"Masih di sini?" Aksa berucap.
"Huh," Alysa terlambat menangkap maksud karena ketidakterdugaannya dengan situasi saat ini. Tadinya ia menerima tawaran Elvan karena barangkali rumahnya berdekatan dengan Aksa tapi kenyataannya yang terjadi adalah mereka berada di satu rumah.
"Sekarang di sini bukan karena kemaren gak tau jalan kan?!" ucap Aksa lagi, menjelaskan penyampaian sebelumnya.
Alysa menggelengkan kepalanya. "Di dunia ini masih banyak orang baik yang mau nunjukin jalan."
Hening.
Keduanya masih beradu tatap, seolah saling bicara tanpa suara.
Elvan sudah kembali dengan membawa kunci mobilnya.
Alysa memutus kontak matanya dari Aksa terlebih dulu lalu segera mengekori Elvan. Sedangkan Aksa masih berdiam di tempatnya, melihat kedua orang itu masuk ke dalam mobil yang kemudian kian menjauh.
Flashback On
"Aku pulang ya, Sa." pamit Irene.
Aksa mengangguk.
Nayara membawa piring berisi kue ke arah Kakanya. "Cobain deh."
"Makan sama kamu aja."
Nayara mendengus, "Yakin? enak tau."
Sepotong kue akhirnya melayang, diambil oleh tangan si pemilik yang tadinya menolak tawaran.
"Kaka ngasih tau Kak Alysa kalo aku gak suka coklat?"
Aksa menggelengkan kepalanya. "Ngapain? gak ada kerjaan."
"Ya kirain." Nayara mengerucutkan bibirnya.
"Ohiya, Kak Alysa ke sini bareng Kakak?" tanyanya lagi.
Aksa mengangguk. "Sekalian."
"Berarti Ka Alysa pulangnya sendiri dong?"
Hening.
"Ka Alysa tau jalan emangnya?"
Damn!
Bukannya tak mau tahu tapi Aksa benar-benar lupa.Aksa melajukan mobil pelan sambil melihat ke arah kiri dan kanan komplek. Banyak belokan membuat orang awam akan mengalami kesulitan dalam menghapal, setidaknya harus bolak-balik 3 kali berturut-turut.
Kalaupun tersesat tidak akan sampai ke luar negeri bukan? ini masih Indonesia, bahkan tidak mungkin juga tiba-tiba di Depok. Tapi tetap saja, datang bersama harusnya pulang pun dengannya. Apalagi memasuki yang bukan wilayahnya, mungkin bisa menjadi tidak apa-apa hanya saja tidak sesuai attitude dan Aksa orang yang tahu tatakrama.
Di ujung jalan terlihat seorang gadis berseragam SMA yang sedang kebingungan memilih jalan, syukurlah Alysa tidak benar-benar hilang. Hanya saja, kenapa bisa gadis itu bersikap sok tahu? bukankah bertanya kepada orang dikenal jauh lebih baik daripada menanyai orang asing yang tak sengaja berpapasan?
Tapi orang yang seharusnya asing bagi Alysa adalah orang yang tak begitu asing dengannya, walau telah hidup dan tumbuh bersama selama bertahun-tahun itu tidak membuatnya akrab dan mungkin memang tidak akan pernah.
Aksa menekan setirnya, obrolan keduanya tak juga berakhir. Aksa masih menunggui, tapi bukannya berpisah, lelaki itu malah rela kembali ke jalan yang sudah ditempuhinya demi gadis itu. Tapi, bukankah keduanya sempat bertemu?
Flashback Off
Pertemuan kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Jika pada pertemuan pertama tidak terdapat topik pembicaraan, maka jika ada pertemuan kedua di sanalah awal dari suatu obrolan. Jika obrolan pada pertemuan kedua terlalu singkat lalu dihadapkan lagi dengan pertemuan ketiga, maka obrolan singkat itu akan berlanjut pada pertemuan-pertemuan lainnya.
"Lalu setelah ini?" Aksa membatin. Sepertinya ia tak bisa membiarkan pertemuan itu terus berlanjut.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...