Alysa sengaja mencari tempat yang agak tersembunyi, tak ingin kesalahan yang sama terulang lagi. Kali ini ia menyiapkan segala sesuatunya dengan sedikit sungguh-sungguh, seperti menaruh meja kecil dan sebuah karpet untuk alas dudukannya. Bukankah ini sudah bisa dikategorikan sebagai ngedate? setidaknya bagi Alysa.
"Makasih ya, Pak!" ucap Alysa sambil memberi upah pada pria paruh baya yang membantunya untuk membawa beberapa peralatan yang tak bisa ia bawa sendiri.
"Gak usah, Neng!" tolak Subhan, "kan kemarin sudah, ini sebagai timbal baliknya saja dari saya."
Sebetulnya bapak ini adalah orang yang sama dengan yang Alysa hampiri kemarin, yang Aksa tunjuk sebagai pengantarnya kalau ia pingsan, namun nyatanya Aksa sendiri yang membawanya pulang. Alysa percaya kalau hal baik itu terjadi karena ia sudah berbaik hati pada lelaki ini.
"Saya sedih kalau bapak gak mau terima." Alysa merengut, membuat lelaki berumur 50 tahunan itu tak punya pilihan lain.
Tak lama dari kepergian Subhan, tiba-tiba ada seekor hewan berbulu yang menghampirinya, mungkin mengendus bau makanan yang ia bawa. Dengan sedikit keberatan, Alysa pun merelakan sepotong ikan pada Kucing itu.
Sebenarnya dulu sekali, ia pernah sangat mencintai hewan jenis ini, hanya saja Kucing yang ia pelihara mati dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Hal itu yang membuat ia tak lagi berani menyentuhnya, bahkan hanya untuk sekadar berdekatan saja ia enggan, itu bisa mengingatkannya pada momen tak menyenangkan itu. Bahkan sekarang ketakutannya menjadi melebar, bukan hanya Kucing saja, melainkan segala hewan mamalia yang berbulu, contohnya kemarin.
"Pergi, nggak?!" Alysa beranjak dari duduknya, Kucing itu malah ketagihan dengan kebaikannya. Dikasih hati malah minta jantung, kalimat itu juga berlaku pada binatang.
"Mpuusss!" seseorang menghampiri, yang diyakini sebagai pemiliknya. Namun lagi-lagi perempuan ini, orang yang sudah jelas-jelas Alysa hindari, itu sebabnya ia memilih tempat yang agak tersembunyi seperti ini, tapi hasilnya malah sama saja.
"Eh, kok?!" ucapan Irene terhenti ketika melihat beberapa hal yang Alysa persiapkan. "Kok lari pagi kayak mau tamasya, sih?" ia tertawa kecil karenanya.
Alysa mengangkat bahunya, "emang niatnya piknik, Aksa gak ngebolehin gue capek-capek soalnya."
"Aksa?"
Alysa mengangguk, ia semakin semangat untuk meruntuhkan kepercayadirian gadis ini. "Bentar lagi dia dateng, mending lo cepet pergi, deh! jangan gangguin orang pacaran."
"Pa-pacaran?" wajah Irene sudah merah padam karenanya, mendengar hal itu membuat darahnya secara menyeluruh naik ke otak.
"Udah sana! bawa Kucing lo, gue geli."
Tak ingin terjadi keributan, Irene pun segera memangku Kucingnya, mungkin ia memang pecinta hewan sejati, saking banyaknya peliharaan yang ia miliki, ia punya jadwal untuk membawa mereka untuk berjalan-jalan secara bergantian.
"Yakin, Aksa bakal dateng?" Irene kembali berucap, ia terlalu gatal dengan usaha Alysa yang ilegal.
"Kalau gak ke sini emang dia mau ke mana lagi? udah janji, kok."
"Aksa paling benci dibohongin, dan kemarin lo pura-pura pingsan?! gue yakin, dia gak akan pernah dateng kalau dia tau hal itu." Tuturnya kemudian melengang pergi, meninggalkan Alysa yang tak merasa keberatan.
"Lagipula Aksa gak akan tau!" pikirnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul yang ditetapkan sebelumnya, tapi Aksa masih tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Berapa lama pun, Alysa akan menunggunya. Sekalipun harus kepanasan, padahal tempatnya kini berada di bawah pohon rindang, membuat sinar matahari sedikit bisa tersaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...