38. MENUNGGU

1K 89 28
                                    

Elvan mengedarkan pandangannya, ia tak mendapati Alysa di mana pun. Lelaki itu diam sebentar, lalu tiba-tiba senyumnya terukir sendiri, ia tak menyangka kalau gadis itu akan memakai pemberiannya.

Matanya menangkap sosok yang dicari, Alysa begitu cantik dengan hiasan senyum di wajahnya lalu kemudian redup dan terlihat sedih, membuat Elvan penasaran dengan siapa gadis itu berbicara.

Aksa. Lelaki itu. Tangan Elvan mengepal kuat ketika melihat buliran air mata jatuh pada wajah Alysa, ingin sekali ia menghampirinya lalu membawa gadis itu pergi dari lelaki yang selalu membuatnya sedih. Namun kakinya tak sanggup bergerak, khawatir kalau ia lah yang gadis itu suruh pergi.

Elvan telah memutar tubuhnya, hendak pergi, tak mau memberi ruang untuknya berharap lagi. Namun tiba-tiba ia ingin kembali, melihatnya sekali lagi.

Alysa sudah tak terlihat di posisinya, sedangkan lawan bicaranya tadi telah terlihat di batas pintu keluar dari kolam renang. Hampir saja Elvan kembali melanjutkan langkahnya, suara ceburan air membuatnya kembali urung.

"Aly-sa?" gumam Elvan, perlahan kakinya menghampiri ke arah sana dan langkahnya semakin cepat ketika mendapati sesuatu yang ganjil telah terjadi.

Tanpa perlu pikir panjang, Elvan menjatuhkan diri ke dalam kolam renang yang dalamnya beberapa senti lebih banyak dari tinggi tubuhnya. Entah apa yang dipikirkan lelaki yang hanya menontoni itu, mungkin kalau Aksa cepat menangani maka Alysa tidak sampai tak sadarkan diri.

Keadaannya telah ditontoni banyak orang, mereka menatap ngeri ke arahnya. Sedangkan Elvan tak punya waktu untuk memalingkan matanya walau sedetik, ia menggoncang tubuh Alysa berkali-kali namun gadis itu masih terpaku.

Elvan menghirup napasnya panjang lalu kemudian ia membungkuk untuk memberi Alysa napas buatan. Dua kali pengulangan sampai tubuh gadis itu terangkat kemudian terbatuk-batuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam tubuhnya.

Napas Alysa berderu, ia masih menstabilkan kesadarannya. Orang pertama yang gadis itu lihat adalah lelaki itu, pemilik kalung yang sedang ia genggam kuat, Alysa mendapatkannya dengan susah payah untuk ini.

"Lo gak apa-apa, kan?" Elvan membingkai wajah Alysa lalu kemudian memeluknya erat.

Alysa meremas tangannya, ia melihat jelas bagaimana lelaki itu menahan diri untuk peduli. Apa Aksa harus jadi sekuat ini? Alysa tidak habis pikir, berkali-kali ia meyakinkan, berkali-kali pula lelaki itu mematahkan.

Kepergiannya tak bisa dibiarkan, Alysa sama sekali tidak bisa berhenti. Ia melepaskan diri dari Elvan sekuat sisa tenaga yang ia punya, kemudian memaksa diri untuk berdiri.

"Mau ke mana?" Elvan meraih lengan Alysa, membuatnya berhenti lagi.

"Kak Alysa dikerjain? kok basah, sih?" Nayara menghampiri, "kak Elvan musti beliin lagi, nih."

Pernyataan Gadis kecil di hadapannya ini cukup menggambarkan apa yang ia pikirkan sebelumnya. Ya. Aksa pantas marah, tapi kesalahan itu tidak pantas jadi alasannya meninggalkan.

Detik itu juga Alysa melepas dress yang dipakainya, tidak ada yang dapat menghentikan, semua orang hanya saling melempar tatap. Tidak sampai di situ, ia mengambil alih hoodie dari tangan Via, perilaku Alysa yang mendadak sampai membuat gadis ini tak sanggup berkata-kata.

Meski dengan napas yang masih terengah, ia masih memaksa pergerakannya yang berusaha mengejar sosok yang telah hilang dari pandangan. Alysa sudah sampai di depan rumahnya, namun tubuhnya ambruk, tubuhnya terduduk menyentuh tanah.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang