Alysa mematahkan tuduhan lelaki itu, ia sama sekali tidak menunjukkan sedikit pun rasa keberatan. "Gak lagi," balas Alysa, "kalau kita pacaran."
Pernyataan Alysa sontak membuat semua yang mendengarnya terkejut, termasuk Aksa yang sedang merasa ditembak pada hari ulang tahunnya.
Bukannya menyerah, gadis yang terlihat sadar itu malah semakin gencar. Sedangkan Aksa tak bisa berkata-kata, pasalnya ia tidak menyangka kalau kenalan sejak bayinya ini terlalu jelas, di luar jangkauannya.
"Semua orang yang deketin gue bisa berhenti kalau kita pacaran, yang deketin lo juga bakal berhenti," pungkas Alysa, "terutama Irene!" tambahnya bergumam, menyebut nama gadis yang sekarang tepat berada di depannya, akan sangat bagus kalau detik ini juga statusnya menjadi jelas, di depan Irene.
"Lo nembak gue?"
"Lagian lo juga suka sama gue, kan? gak akan ada kemajuan kalo nungguin lo yang gak berani ngomong."
Fix. Setelah ini Aksa akan menjadi bahan hujatan teman-temannya yang sekarang sudah dipastikan sedang menertawainya puas.
"Siapa yang gak berani? enak aja."
"Kalau gitu, buktiin! tembak gue sekarang."
Entah apa yang ada di pikiran gadis ini?! sejak kapan sesuatu yang seperti ini dapat diminta? bahkan Aksa tak pernah menemuinya.
"Buat Aksa, status itu gak penting." Seseorang bersuara, "iya, kan?"
Aksa menoleh, mendapati Irene di balik tubuhnya. "Lo di sini? tau dari mana?"
"Diundang orang yang kayaknya mau ngeliatin kehebatannya di depan gue," sahut Irene. "Harusnya lo tanya dulu, gue lebih tau banyak!" tambahnya, ditujukan pada gadis yang kini sedang melempar tatap tak sukanya.
Suasana yang tadinya menegangkan karena menyimpan harap, kini menjadi menegangkan karena tercium aroma bau orang ketiga, suasana yang jarang bisa ditemui.
Alysa yakin, ketika ia tidak mengundangnya kemari pun Irene pasti datang juga, mengingat gadis itu selalu muncul di tengah keduanya, seolah sengaja dikirim takdir untuk menghalangi jalannya.
Lihat saja, sekarang Aksa sudah teralihkan dengannya, gadis itu mengambil alih posisinya, kalau dibiarkan maka Irene akan benar-benar merebut lelaki ini darinya.
Ponsel Alysa kembali berdering, menampilkan nama yang sama dengan yang sejak tadi mencoba menghubunginya. Namun ketika ia hendak memisahkan diri untuk mengangkatnya, seseorang menghadang, Aksa mengambil alih ponselnya lagi.
"Jangan pernah berhubungan dengan pemilik nomor ini lagi!" ucap Aksa, tanpa ijin ia pun mengotak-atik ponsel Alysa untuk menghapus nomor itu dari kontak.
Sebenarnya apa yang membuat Aksa begitu membenci sodaranya sendiri? ia tahu jelas perasaan itu, dibenci tanpa tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat, sangat menyakitkan. Sekali pun itu bukan kandung, mengingat Nayara saja memperlakukan Elvan seperti kakaknya sendiri, tapi Aksa sama sekali tidak menerima. Kenapa malah adiknya yang bersikap dewasa?
"Kasih gue 1 alasan."
"Lo pengen kita pacaran, kan?"
Alysa menautkan alisnya, "maksud..."
"Tapi gak sekarang, tunggu aja."
Bagaimana mungkin hal yang semacam ini direncanakan kedua belah pihak? semua yang memperhatikan dibuat sakit kepala, tak ada yang dapat memahami keduanya. Termasuk Irene, ia tidak tahu kalau gadis ini benar-benar dapat masuk dalam hati Aksa yang sulit. Setahunya, selama ini Aksa benar-benar menghindari sebuah hubungan, lelaki ini tidak menyukai keterikatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Fiksi Remaja"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...