31. Lo di sini?

1.1K 107 1
                                    

Dentuman musik Dj bergema di sepasang telinga milik Elvan, memang masih banyak orang, hanya saja perasaannya membawa lelaki itu seolah sendirian. Elvan tidak mudah mabuk, dan sekarang ia sudah benar-benar sampai tidak sadar dengan sekitar, bayangkan, berapa botol wiski yang sudah masuk ke dalam tubuhnya?!

Teman-temannya tidak bisa berbuat apa-apa, satu di antaranya malah jadi kena imbas pukulan karena bersi keras untuk memaksa Elvan menyudahi kegilaannya. Sungguh, ini pertama kalinya lelaki itu mengacaukan dirinya sendiri.

Biasanya Elvan yang dituakan, lelaki itu yang selalu mengingatkan jika ada di antara temannya yang melakukan kesalahan, itu lah sebab utama mereka pasti selalu ada jika Elvan dalam masalah. Tapi sekarang, ketika si pengingat yang sedang tidak beres, tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Gak ada cara lain." seseorang mengambil ponsel Elvan yang tergeletak di samping pemiliknya. "Kata sandinya apa?!" gumamnya kemudian.

Bertanya kepada seorang yang sedang mabuk hanya sia-sia, Zayn sudah mencobanya, bertanya sampai bosan. Namun seseorang mengambil alih benda pipih itu, lalu membuat pola rumit yang seharusnya hanya diketahui pemiliknya saja.

Irene memberikannya kembali setelah menekan salah satu kontak yang Zayn maksud. Entah dari mana gadis itu tahu, yang penting gadis di seberang sana sudah menjawab panggilannya.

"Gue Zayn, temennya Elvan. Elvan minum terus, gak ada yang bisa ngendaliin selain lo."

Alysa melihat jam dinding yang baru saja menunjukkan pukul 7, ini tidak akan lama, ia tidak akan terlambat. Dengan segera, ia pun meraih tas slempang miliknya, kesiapan awalnya yang bukan diperuntukkan hal ini menjadi berguna.

High class, sebuah club besar saingan dari bisnis baru bos agensinya. Bicara tentang lelaki tua itu, ia belum membuat perhitungan dengannya, hanya tawaran-tawarannya saja yang sudah semingguan ini mendapat penolakannya yang tidak beralasan.

Tak butuh waktu lama bagi Alysa untuk menemukan seseorang yang jadi alasannya kemari, sebenarnya hal ini bertolakbelakang dengan komitmennya yang tidak akan pergi ke tempat berisik ini lagi karena Aksa tidak menyukainya.

"Aly-sa?" gumam Elvan ketika botol yang digenggamnya direbut seseorang, kalau pelakunya bukan gadis itu maka ia akan ngamuk secara random. "Itu lo?" ucapnya lagi masih tidak memercayai penglihatannya.

"Iya, ayo pulang." Alysa hendak menarik tangan lelaki itu, tapi malah ia yang jadi terduduk karena tenaga Elvan tak sebanding dengannya.

"Ngapain lo ke sini?" Elvan menarik kembali tangannya, lalu hendak mengambil botol baru namun lagi-lagi Alysa tidak mengijinkannya.

Elvan marah, tangannya sudah geram ingin memukul, tapi gadis ini terlalu manis, sampai-sampai membuat tenaganya tiada. Keberanian Alysa terlalu keluar batas, ia tidak berpikir kalau perasaannya dipermainkan, atau memang ia yang terlalu ingin terbuai? sungguh, Elvan tidak dapat mengerti semua yang telah terjadi.

"Aksa nyuekin lo? huh." Elvan kembali berucap, "harusnya gue marah, tapi kenapa gue gak bisa?" tambahnya lagi, melontarlan pertanyaan yang untuk dirinya sendiri.

"Elvan cukup!!" tegas Alysa tidak sabar, ia tidak mau membuang-buang waktu lebih banyak lagi, ini bukan tujuannya.

Lelaki itu membenarkan duduknya untuk benar-benar menghadap gadis itu, kedua tangannya pun mulai membingkai wajah Alysa. "Kali ini gue gak main-main, lo bisa liat perasaan gue hanya dari sorot mata gue ke lo. Jangan pilih Aksa, dia bakal nyakitin lo, plis liat gue."

Alysa tak bisa berkata-kata, sorot matanya terlalu menaruh harap yang tak bisa ia berikan. Lelaki itu semakin mendekat, dan membawa wajahnya mendekat pula, tapi Alysa masih tidak bisa banyak berbuat. Bau alkohol sudah tercium pekat, Alysa hanya menahan napasnya dalam-dalam, wajah lelaki itu semakin dekat tak berjarak, Alysa hanya mengulum bibirnya kuat-kuat.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang