42. KACAU

992 86 2
                                    

Mentang-mentang weekend, sepagi ini rumahnya sudah kosong, entah ke mana mama dan papanya, tidak biasanya mereka pergi tanpa pamit. Tak mau banyak membuang waktu, Alysa pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari ini ia akan bertemu orang penting, bukan hanya berfoto, kalau perlu ia akan membuat vlog sekalian, agar semua orang tahu seberapa dekat Alysa dengan papa dari kekasihnya. Tentu saja, Irene akan kalah telak.

Alysa masih mengoles makeup pada wajahnya, namun suara klakson sudah terdengar, menandakan keberadaan Aksa. Entah mengapa lelaki itu selalu datang lebih cepat, padahal Alysa sudah memajukan waktu yang terpakainya.

"Rapi banget, kayak mau ketemu sama presiden aja," ujar Aksa ketika seseorang yang ditungguinya menampakkan diri.

"Biar papa kamu terkesan!" sahut Alysa dengan mimik wajah penih percaya diri.

Aksa menelisik ekspresi gadis itu, mencari niat lain apa yang terdapat di dalamnya. Bisa saja Alysa menggunakannya sebagai alast agar bisa mendekati papanya, sekarang sedang marak hak yang seperti itu.

Seolah tahu maksud dari lelaki yang masih intens menatapinya, Alysa pun semakin membuka lebar kedua matanya. "Ketemu?"

"Ck! awas aja kalau macem-macem." Aksa kembali naik ke atas motornya, diikuti dengan Alysa yang kini sudah berada di belakangnya.

Setelah sampai, berbeda dari sebelumnya, tiba-tiba Alysa merasa ragu, kepercayaandirinya seperti berkurang. Seorang Alysa? yang benar saja. Tapi kali ini, ia benar-benar takut tak diterima kehadirannya.

Sampai akhirnya sebuah lengan menggenggamnya, melengkapi kekurangannya. Aksa membawanya melangkah masuk ke dalam rumah.

"Kakak!" Nayara menghampiri Aksa lalu memeluknya erat. "Ke mana aja, sih?"

Nayara mendelik ke arah gadis yang berada di samping kakaknya, "pasti sekarang sibuk sama Kak Alysa."

Aksa tak bersikap sehangat biasanya, bahkan sekarang lelaki itu terlihat tak acuh.

"Iya, iya, maaf! Naya pikir, kak Aksa gak suka sama kak Alysa, jadi dari pada kak alysa sakit sendirian, mendingan .."

"Sssstt!" Aksa membungkam mulut cerewet adiknya. "Gak usah dibahas."

Nayara membentuk tangannya menjadi lambang ok lalu menyimpan pada salah satu matanya. "Sip!"

"Kalau gitu Naya pergi dulu!" pamit gadis yang sudah rapi dengan setelan olahraganya.

Aksa hendak kembali melanjutkan langkahnya, tapi gerakannya tercekat, seseorang yang ia genggam tak ikut bergerak.

"Besok lagi aja, deh." Alysa menampilkan puppy eyes-nya.

Harapan Alysa hanyalah sekedar angan, Aksa sama sekali tak menghiraukannya. Ia tetap membuatnya mengikuti gerakannya, sampai pada saat di mana sesuatu kembali membuat gadis itu berhenti.

"Papa?" gumam Alysa.

Masih saja gadis ini berusaha menipunya, tapi kali ini ia tidak akan memenuhi rengekannya, biar Alysa tahu, sesuatu tak bisa terucap begitu mudah, harus dipikirkan matang-matang.

Namun ketika wajahnya kembali mengarah ke depan, sesuatu yang Alysa katakan bukanlah suatu omong kosong. Kedua orang tua Alysa benar-benar berada di hadapannya, sekarang.

Aksa mendapatkan tatapan yang tak biasa dari papanya Alysa, membuat genggaman tangannya terlepas, sesuatu telah terjadi.

"Mama kenapa?" Alysa menghampiri Kesya yang memiliki luka basah pada pelipisnya.

"Buah terjatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalau sekiranya kamu sama seperti papa kamu, lebih baik jauhi anak saya!" ucap Rangga pada Aksa, hanya lelaki itu yang mendengar suaranya.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang