33. Bisa, kan?

1.1K 86 3
                                    

Semester ini tidak ada nilai merah di raport Alysa, peningkatan yang bagus bukan? walaupun tidak tinggi, setidaknya semua mata pelajaran di atas rata-rata nilai KKM.

Ketika sebagian orang yang sedang jatuh cinta akan mengalami penurunan dalam hal pelajaran, beda cerita dengan Alysa, ia mampu mengendalikan segala hal. Ketika Aksa tidak menganggap dirinya menarik,  setidaknya ia tidak membuat dirinya mines di hadapan Aksa.

Namun tampaknya tak ada pengaruh, meski Aksa tidak sedingin biasanya, meski lelaki itu lebih sering mengumbar senyum padanya, tapi semua itu dilakukan bukan padanya saja. Aksa menjadi pusat perhatian, lelaki itu membuat dirinya jadi rebutan, dan Alysa tidak mungkin jadi bagian dari para gadis sok kecantikan yang sekarang sedang berebut perhatian. Apa Aksa menjadikan para gadis itu sebagai benteng, agar Alysa tetap tidak bisa menggapainya?!

"Kok lo diem aja, sih?" seseorang yang duduk di samping Alysa berucap.

Alysa berdecak, "gue bisa apa emangnya?"

"Coba aja lo jalan ke sana, tu cewek-cewek bakal pada minggir sendiri kali, Al!" ujar Via.

"Males kalau keseringan, berasa kegantengan aja tuh cowok!!" geram Alysa pada lelaki yang maaih terlihat betah menyahuti obrolannya.

"Emang Bagas ganteng, Al."

"Ya tapi.." Alysa menghentikan ucapannya, "Ba-bagas?" ulangnya menyadari kejanggalan.

Via terhenyak, ia segera menyudahi pandangannya yang berbanding terbalik dari arah yang jadi sorotan temannya. "Iya, kan Aksa emang ganteng, lo gimana sih?!"

Alysa menggelengkan kepalanya, "tadi lo bilangnya Bagas, kenapa? lo suka?" tiliknya pada gadis yang sekarang warna wajahnya sudah memerah.

Bukannya mengakui hal yang sudah benar-benar terbukti jelas, Via malah dengan keras menyangkalinya mati-matian. Ia bilang, apa yang membuatnya suka dengan cowok petakilan itu? memangnya apa lagi? bahkan Aksa kalah sorot dibanding dengan lelaki itu, anak pemilik sekolahan di mana pun akan jadi incaran.

"Gak usah ngarang deh. Gue gak suka cowok-cowok yang suka caper kayak gitu."

"Gak usah caper juga udah jadi perhatian kali, Vi. Lo yang ngarang."

"Kok lo jadi belain sih, jangan-jangan lo suka sama Bagas lagi."

"What? kok jadi gue?!"

Tak sadar, di ujung sana Aksa sudah memperhatikan obrolan keduanya yang tidak bisa dikatakan pelan. Bisa-bisanya dua orang itu memperebutkan satu lelaki dengan gamblangnya seperti ini?! dasar cewek psycho.

"Sa, mau ke mana? kok pergi, sih?!"

Aksa tak menjawab, lagipula arahnya berjalan sudah sangat jelas, seolah paham para cewek itu pun bubar, Alysa bukan orang yang bisa mereka tandingi.

Kedatangan Aksa dengan mudah bisa Alysa sadari, itu membuatnya segera menyudahi obrolan. Tapi tidak dengan Via, mulut temannya seperti lebih dari 1 karena terus bicara tanpa henti, membuat Alysa dengan terpaksa harus membungkamnya.

Via sudah terkendali, namun tampaknya Aksa tidak sedang ingin menemuinya, lelaki itu malah menaruh tanya pada temannya.

"Alysa suka sama Bagas!" ujar Via lalu menyelonong pergi begitu saja.

Teman macam apa Via itu? mengorbankan teman atas perbuatannya dengan tega. Bahkan Alysa sama sekali tidak bisa menyangkalinya, lagipula lelaki itu sejak tadi sibuk dengan para dayangnya, bukan? lalu kenapa tiba-tiba peduli?

Bagas yang baru datang merasa terusik, ia tak tahu-menahu akar masalahnya tapi malah mendapat tatapan tak mengenakan dari teman sebangkunya sendiri. Ia pun menghampiri, namun sepertinya ia salah lagi karena keberadaannya malah membuat Aksa angkat kaki.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang