Elvan mengerang, lebam pada pipinya tidak lebih sakit daripada kata-kata yang ia dengar tadi.
"Alysa deketin lo karena cuma mau nyari perhatian gue."
Tidak mungkin seseorang bisa seniat itu, sampai mempermainkan hati seseorang? Elvan tidak bisa berpikiran sampai sejauh sana, Alysa terlalu manis untuk tuduhan sekejam itu.
Elvan menekan kontak yang memiliki emot ❤ lalu melakukan panggilan. 1 Kali tak ada jawaban, 2 kali masih sama, sampai yang ke sekian kali akhirnya seseorang menjawab, namun bukan suara pemilik ponsel yang ia dengar.
"Apa?!" Elvan terlonjak ketika mendengar kabar Alysa dari asisten rumah tangganya.
Tanpa jeda, Elvan pun segera melengang pergi, meninggalkan acara perayaannya yang masih setengah jalan. Tak peduli larutnya malam ataupun langit yang seolah sengaja menjatuhkan kandungannya.
Tak perlu waktu lama bagi Elvan untuk dapat sampai ke tempat di mana Alysa dirawat. Ia turun dari mobilnya dengan cara menerjang hujan yang cukup deras dari parkiran, isi kepalanya tak ada hal lain selain gadis itu, rasa perih pada pipinya pun seolah tertutupi.
"Alysa Keyra!" sebutnya pada resepsionis rumah sakit yang bertugas.
Jelas saja kedatangan Elvan jadi sorotan kedua orang yang sedang terduduk di ruang tunggu. Lelaki itu pun dengan berani mengampiri, lalu mempertanyakan keingintahuannya tanpa ragu.
"Sebaiknya kamu pulang, bisa kembali lagi besok." Kesya memberi saran.
Elvan menyambut hangat kebaikan wanita paruh baya itu, namun ia pun menolaknya dengan lembut. Tak lama kemudian, seseorang yang Elvan mintai tolong untuk membawakan pakaian ganti akhirnya datang, setidaknya bisa membuat wanita yang sedikit mengkhawatirkannya tadi bisa lega.
Seseorang berjubah putih keluar dari ruangan Alysa. "Bisa ikut saya sebentar?" tanyanya pada orang tua pasien.
Trauma yang Alysa alami tak disadari siapapun, termasuk gadis itu sendiri, sebab rasa itu tersembunyi di alam bawah sadarnya. Keceriaan gadis itu berhasil menutupi segalanya, perhatian kedua orang tuanya pun membantu meredam, namun ada kalanya semua terbuka ketika sesuatu memaksakan ingatannya.
"Apa bahaya?" tanya Rangga dengan serius.
"Sedikit mengganggu mentalnya," jawab lelaki paruh baya itu rancu. "Tapi bapak dan ibu tidak perlu khawatir, kejadian ini hanya mempengaruhi emosinya yang menjadi semakin mudah untuk naik turun, jadi sebaiknya penuhi hari-harinya dengan hal yang menyenangkannya."
***
Napas Alysa berderu tak beraturan, peluhnya pun bercucuran, pelupuk mata yang masih tertutup tak lekang dari buliran air mata yang ikut membasahi wajahnya.
"Enggak!!"
Suara nyaring gadis itu membuat seseorang yang berada di luar ruangan tak bisa menahan diri, Elvan ingin memastikannya sendiri meski harus mendahului orang tua Alysa yang masih belum kembali.
"Alysa?!" panggil Elvan pelan sambil mengusap pangkal rambutnya.
Tubuh Alysa segera terduduk dengan sendirinya, seolah jiwa yang masuk tak melakukan step by step aturan yang semestinya. Seperti habis dikejar sesuatu yang menakutkan, Elvan pun jadi pacuan untuk gadis itu menyalurkan segala keresahan.
"Lo mimpi?" ucap Elvan ketika gadis yang masih memeluk erat tubuhnya sudah sedikit tenang.
Mendengar suara yang familiar, ia pun menyadari ketidaksadarannya, Alysa segera menarik diri, menyudahi posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Fiksi Remaja"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...