4. TERPURUK

2.2K 145 4
                                    

Alysa bergegas merapikan buku ke dalam tasnya lalu segera menyusul langkah Aksa yang sudah tenggelam dalam kerumunan siswa penyerbu waktu pulang.

"Aksa tunggu!" teriak Alysa.

Namun, bukannya si pemilik nama yang berbalik tapi malah Kallista. Bukankah mereka hanya teman sebangku? lalu kenapa setelah jam pulang masih saja berdampingan?

"Aksa dipanggil," Kallista membantu.

Walau Aksa berhasil menoleh tapi terlihat jelas Alysa tak suka dengan sikap gadis yang sok padanya itu.

"Gue mau ngomong."

Aksa hanya menggerakkan dagunya sebagai aba-aba agar Alysa cepat memberi tahu apa yang ingin diutarakan.

Hening.

"Kok diem?" heran Aksa yang tak mendapati apa-apa.

"Kalo gitu gue duluan, deh," pamit Kallista yang tahu jelas kalau Alysa tak kunjung bicara karena keberadaannya.

Terlihat jelas Aksa sedikit keberatan, hanya saja sosok lain sudah menghadang gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Arion, seperti sedang bermain estafet. Setelah dijaga di sana, maka sampai sini dilanjutkan yang lain. Kenapa semua lelaki kesukaannya malah terpapar gadis yang sama?

"Gue..." Alysa terlihat berat dalam mengungkap maksudnya.

"Lo pikirin dulu apa yang mau lo omongin, baru cari gue lagi," putus Aksa tak ingin berlama-lama.

"Tadi gue cuman bercanda, gak ada maksud buat bohongin lo."

Dengan susah payah Alysa memaparkan kalimat yang sulit keluar dari mulutnya itu. Pasalnya selama ini ia tidak pernah berusaha untuk menjelaskan segala apa yang ia lakukan entah pada siapa pun, termasuk Arion. Terserah dengan apa yang orang pikirkan tentangnya, benar atau pun salah.

Tak banyak bicara, Aksa hanya mengangguk dengan wajah datarnya lalu melengang pergi.

Setelah usahanya? Dan hanya ini?

Alysa menggigit bibir bawahnya. Bahkan untuk membuat dirinya sendiri mau menjelaskan saja sudah sulit tapi ia tetap tak dapat apa-apa selain hanya ketidakpedulian lelaki itu.

"Orang nyariin juga, malah di sini," keluh Via menghampiri posisi temannya yang baru ditemukan.

"Al?" panggil Via lagi yang belum mendapat sahutan.

"Apa?" delik Alysa, "gue denger!"

"Lagian diem-diem bae? liatin apa? Hm." Via mengikuti arah pandang Alysa yang masih tertuju jelas mengikuti ke mana Aksa pergi.

"Ciee ... ada yang kesemsem kayaknya nih," ujar gadis itu dengan suara nyaringnya.

"Vi! Gausah berisik napa?!"

"Ups! Sori."

"Eh, tapi gue gak suka deh sama tuh cowok, sok kecakepan banget. Caper sana sini tapi sama lo malah cueknya naudzublillah. Udah si, kayak gak ada cowok lain aja. Sadar ... yang mau sama lo tuh banyak. Buka mata buka insto!"

Alysa melirik, "kok insto?"

"Obat mata. Kali aja mata lo ada masalah makanya gak bisa ngeliat sekitar. Lagian ya, lo gak cape apa jomblo terus? Gue aja capek liatnya."

Via sudah panjang lebar cakap sana-sini lain halnya Alysa yang arah pandangnya masih tak kunjung beralih.

"Oke ... dia emang ganteng banget sih," ujar Via lagi. Gadis ini memang terkenal plin-plan, alasan mengapa Alysa sulit menerima tiap usulnya. "Tapi lo juga cakep banget, gak seharusnya lo jadi yang ngejar-ngejar."

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang