Hening
Tak satupun kata yang keluar dari mulut Alysa, padahal di lapangan tadi sudah mulai banyak mengoceh karena ia tak lagi merasa kalau Elvan orang aneh seperti yang disangkai sebelumnya."Aksa sodara gue." Elvan menjawab segala pertanyaan yang sulit sekali Alysa lontarkan sejak tadi.
"Sodara?"
Elvan mengangguk, "Sodara tiri, bokapnya nikah sama nyokap gue."
"Hah?!" Alysa sungguh terkejut dengan kenyataan yang baru saja Elvan katakan.
"Tapi, kenapa?!" gumam Alysa mempertanyakannya pada diri sendiri. Ia pikir keadaan keluarga Aksa hampir sama dengan miliknya, penuh cinta dan kasih sayang. Jadi, suatu hal yang hampir tidak mungkin jika terjadi perpisahan.
"Nyokap Aksa meninggal pas ngelahirin Naya."
Lagi-lagi pernyataan pahit yang Alysa dapatkan, bahkan ingatannya tentang kebersamaan 2 keluarga kecil yang bagai satu keluarga besar itu pun masih terekam jelas. Suara tawa, canda, kebahagiaan itu masih sangat nyata! ini alasan utama dari kegigihannya membuat Aksa menjadi seperti gambaran dalam ingatannya lagi, tapi setelah tahu hal ini mungkin segala kemungkinan untuk dapat mendapatkannya kembali seolah berkurang banyak.
"Tapi Nayara gak tau tentang hal ini, sejak awal kami selalu bersikap seolah satu keluarga." penuturan Elvan lagi-lagi membuat Alysa tak bisa langsung memahaminya.
"Bukankah semua orang menginginkan keluarga yang utuh? ini demi kebaikannya." Elvan meremas lengan Alysa agar gadis itu nemahami maksudnya.
"Bukannya itu nyakitin? Nayara perlu tau kebenarannya." Alysa tak sependapat, sebab ia tau jelas kebahagaiaan yang sebenarnya dan seketika akan menjadi hancur sehancur-hancurnya jika tiba-tiba semua hanyalah kepura-puraan.
"Rumahnya sebelah mana?" tanya Elvan yang tak begitu hapal dengan kawasan yang bukan tempatnya, sebagaimana kemarin Alysa berkunjung ke kawasan miliknya.
"Di depan belok kiri." Alysa membuka sabuk pengamannya dan bersiap untuk turun.
"Udah ngobrol banyak, apa udah bisa tukeran kontak?" Elvan berucap sambil menyodorkan ponselnya.
Tak ada alasan untuk Alysa tidak memberikannya, sebab Elvan sudah memberi tahu hal penting yang seharusnya ia ketahui sejak lama.
Deg
Langkah Alysa terhenti, ia melihat ke arah jendela yang menampilkan kolam renang, lalu berjalan ke arahnya. Dulu, ini lokasi favorit kedua keluarga kecil itu ketika sama-sama menikmati weekend.Pandangan Alysa beralih pada ayunan yang tak jauh dari sana, ia selalu menjadi yang duduk di sana sedangkan Aksa menjadi satu-satunya orang yang tak bosan mendorong ayunannya walau tanpa dapat pergantian. Ya, Alysa selalu menguasai permainan, apapun itu.
"Kamu udah pulang?" suara sang Ibu menyela ingatannya.
"Mah?!" Alysa segera menghambur pada pelukan Kesya, tangis yang ia tahan susah payah malah membuatnya menjadi sesenggukan.
"Kamu kenapa?" tanya Kesya mulai tak tenang dengan keadaan anaknya yang tiba-tiba menjadi melow, padahal sebelumnya Alysa tidak pernah memperlihatkan kesedihan walau dari raut wajahnya saja Kesya bisa langsung tahu.
Alysa melepas pelukan, "Apa Mama udah tau, kalo .."
Kesya mengusap bekas tangis anaknya yang terus kembali basah seraya mendengarkan. "Tau apa?"
"Tan-te Diana?"
Deg
Raut wajah Ibunya berubah muram, jawabannya sudah jelas. "Kenapa Mama gak pernah cerita sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...