16. MENUNGGU

1.2K 102 2
                                    

Naya menghilang sejak kemarin dan gadis itu sudah membuat Kakaknya kebingungan sendiri. Bahkan Aksa hampir tidak fokus dengan dunianya yang juga punya kesibukan dalam bersekolah.

"Nayara!" Aksa memanggil, namun si pemilik nama malah berlari ke dalam kerumunan siswa yang lainnya.

Damn
Aksa kehilangan adiknya lagi.

Apa yang dipikirkan gadis sekecil itu? bahkan dirinya saja mulai berani memberontak ketika sudah masuk SMA. Seharusnya bocah yang masih SD hanya bisa menangis, bukan kabur-kaburan begini.

"Alysa?!" gumam Aksa ketika mendapati sosok yang ia kenali di tempat yang seharusnya gadis itu tak punya kepentingan apapun.

Arah pandang Aksa masih mengikuti ke mana Alysa berjalan, sampai akhirnya berhenti di satu pedagang jajanan khas anak SD dan terlihat amat kegirangan ketika jajanan itu sudah sampai pada genggamannya.

"Cuma untuk itu?" Aksa kembali bergumam, ia hampir dibuat senyum sendiri namun tak jauh dari sana ia melihat Nayara, gadis yang kabur darinya lalu keduanya masuk ke dalam mobil yang sama.

Tak ada yang bisa Aksa simpulkan selain keberanian Alysa yang seharusnya tak melampaui batas. Bisa-bisanya gadis itu menyembunyikan keberadaan adiknya tanpa memberitahunya.

Aksa sudah berada di depan rumah Alysa dengan cara mengekori mobil yang membawa keduanya tadi. Walau sebetulnya Aksa masih ingat jelas jalan kemari, namun ia tak berpikir kalau semuanya hampir tak ada yang berubah sama sekali.

Bunga-bunga yang dulu seringkali ia petik masih berada di sana dalam keadaan baik, bahkan tidak bertambah ataupun berkurang. Bahkan sekotak tanah yang menjadi satu-satunya tempat rumput tidak tumbuh, masih persis seperti yang ia lihat terakhir kali.

Sekelebat ingatan masa lalu kembali terlintas, bagaimana ia terduduk di hamparan rumput dengan ...
Arghh
Aksa segera menepis, ia datang bukan untuk hal tak beguna semacam itu.

Ting tong
Aksa menekan bel rumah, tak membutuhkan waktu lama untuk seseorang membukanya.

"Ak-sa?!" gumam Alysa terlihat gugup.

"Naya mana?" tanya Aksa to the point.

"Umh, Naya? kenapa lo nyari ke sini?"

"Jangan bikin gue marah!"

Glek
Alysa menelan salivanya.

"Terserah, emang gue gak tau." Sebuah kalimat yang dengan beraninya keluar dari mulut Alysa, bahkan Alysa sendiri tak sadar dengan baik akan efek yang akan diterimanya.

"Gue serius, Alysa!" Aksa mengganjal pintu yang akan ditutup dengan kakinya.

Oke, Alysa tak bisa memberi perlawanan lebih banyak lagi. Lelaki itu tampak serius dengan segala ucapannya, dan Alysa malah sebaliknya.

"Siapa Kak?" suara Nayara terdengar, Tidak ada cara untuk Alysa menyangkalnya lagi.

"Di saat gue pontang-panting nyari keberadaan ade gue yang tiba-tiba ilang, lo yang kenyataannya tau malah sok gak tau."

"Gue cuma .."

"Cuma mau liat gue susah? lo dendam sama perlakuan gue yang selama ini pura-pura lupa?"

Alysa mendengus, "emang lo mau dengerin gue?" ia membalas tatap tajam Aksa, "whatsapp dari gue aja gak pernah lo baca, Aksa!!"

"Ini mau Naya, Kak Alysa gak salah." ucap Nayara yang tak bisa membiarkan seseorang yang sudah membantunya malah menanggung semua bebannya.

Aksa melenguh, ia menjatuhkan lututnya ke lantai. "Kakak yang salah."

Nayara menghapus butiran bening yang tanpa seijinnya keluar begitu saja. "Maafin Naya, Kak." ia memeluk tubuh Kakaknya erat.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang