Tubuh Alysa sudah dibuat terbaring di atas sofa dengan diselimuti jaket denim yang dipakainya tadi. Kini, Aksa menatapi seseorang yang menjadi pasien sebenarnya, wajah yang telah lama tak dilihatnya secara dekat, wajah yang selalu membuatnya teringat akan kesedihan, wajah yang sempat ia benci mati-matian.
Bukankah semua orang berhak melanjutkan hidupnya? lantas apa yang membuatnya harus tetap berada dalam bayang-bayang beahan jiwa yang telah tiada? bukankah itu hanya akan membuatnya mati secara perlahan?
Aksa kemudian menoleh ke arah belakang, tempat di mana Alysa berada. Ia tahu, jalannya asih panjang, tapi entah mengapa bayangan masa depan sudah tergambar jelas di kepalanya. Ketika saat di mana Alysa hidup bersamanya, lalu ketika salah satunya pergi menghadap tuhan terlebih dulu, apakah yang harus dilakukan?
Aksa meyakini dirinya, ia ingin Alysa melanjutkan hidupnya meski tanpa ada dirinya. Lalu, apakah itu yang selama ini ibunya inginkan? Saat di mana ia mati-matian mempertahankan posisi sang ibu agar tidak tergantikan, ternyata bukanlah hal yang sebenarnya.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, dan ia tidak mau kesalahan itu terulang lagi. Salah satunya, memiliki gadis ini. Menjalin sebuah hubungan memang tidak pernah menjadi mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilalui, kan?
Ketika selama ini ia hanya membuka hati untuk sebanyak-banyaknya tanpa mau membuat komitmen, kali ini seseorang membuatnya ingin membuat sebuah ketetapan untuk tidak lagi membuka hati untuk siapa pun, kecuali hanya 1, Alysa, gadis yang sempat ia tolak keras kehadirannya. Bukan tanpa alasan, ia takut hal yang semacam ini kejadian, dan lihat sekarang, gadis itu benar-benar mewujudkan ketidakinginannya.
Dalam keheningan, tiba-tiba terdengar suara yang cukup aneh, sampai membuat Aksa harus menajamkan pendengarannya untuk benar-benar mengidentifikasinya. Tapi kemudian tubuh Alysa bergerak, tangannya menyentuh perut, dan gadis itu sudah membuka matanya dengan keadaan seperti menahan sakit.
"Laper!" suara Alysa lolos begitu saja.
Tanpa menunggu kata selanjutnya, Aksa pun segera menghampiri, terduduk di samping gadis yang sudah berganti posisi."Boleh minta satu hal?" tanya Aksa, membuat Alysa langsung mengangguk tanpa harus berpikir.
"Jangan kayak gini lagi."
Kening Alysa mengkerut, ia ingin segera menyangkali perkataan lelaki itu, namun Aksa kembali membuatnya bungkam.
"Sejauh apa pun kamu pergi, aku pasti akan menemukannya. Sekeras apa pun papamu atau bahkan semua orang melarangku, aku akan lebih keras untuk tetap bertahan." Aksa menjeda ucapannya, "jadi, aku mohon, jangan terlalu keras begini, aku akan menyalahkan diriku sendiri karena ketidakmampuanku."
Alysa menundukkan wajahnya, "aku cuma takut."
"Aku akan datang, aku butuh kamu percaya." Aksa membawa wajah gadis utu untuk kembali menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...