9. Damn!

1.9K 117 9
                                    

Alysa masih mengekori Aksa. Walau beberapa kali disuruh pergi tapi ia tetap bersikeras. Memangnya kenapa? ia hanya mengikuti kata hatinya. Bisa dilihat hasil dari ia melakukan hal yang bertentangan?

"Gue biasa nebus kesalahan dengan tindakan, dan lo dapet dua-duanya."

"Udah gue bilang lo gak salah!" Aksa mulai kesal.

"Woyy ... buru!" Bagas memanggil dari dalam mobilnya.

Aksa kembali melanjutkan langkah. Nebeng orang harus tau diri. Semalam ia membawa Nayara ke Rumah Sakit memakai mobil yang bukan miliknya, sedang motornya ditinggal di rumah dan sejak semalam ia belum sempat kembali ke rumah.

Bruk!
Tangan Alysa kembali menutup pintu mobil yang baru Aksa buka. "Lo mau ke mana? Biar gue yang anter."

"Dateng dari mana kepercayadirian lo itu?"

"Hm?"

Alysa berdecak. Ia tahu kalau yang ia dapat hanyalah sebuah penolakan.

"Gimana kalo gue bantuin lo ngerjain tugas dari Bu Helen."

Aksa yang hampir masuk ke dalam mobil mulai menimang-nimang.

"Besok harus udah selesai 'kan? Dan kayaknya sekarang lo ada urusan? Kalo gue gak salah." Alysa masih mencoba untuk meyakinkan. "Gimana?"

Tin!
Bagas menekan klakson mobilnya, membuat kedua orang yang sedang saling bertransaksi itu sadar akan keadaan sekitar.

"Jadi gak nih?"

"Serius mau bantu?"

Alysa segera mengangguk penuh keyakinan tanpa menunjukkan keterpaksaan dalam membuat keputusan.

"Oke."

Alysa berbinar.

Sedangkan Aksa sudah masuk ke dalam mobilnya dan melaju tanpa berniat memberi tahu apa yang sebenarnya Alysa ingin tahu.

"Sebenernya siapa yang sakit, sih?" gumam Alysa pada diri sendiri.

"E-lo!"

Alysa terhenyak, mendapati suara lain yang menjawabi pertanyaannya.

"Sejak kapan lo mau ngerjain tugas orang lain?" delik Via. "Biasanya juga elo yang kayak begitu."

"Wait!"

"Apakah ini yang dinamakan karma?"

Alysa tak lagi menyahut. Ia hanya ingin melakukan apa yang ia ingin lakukan, itu saja.

"Gue tau Aksa mau ke mana."

"Rumah sakit. Gue juga tau."

"Rumah Sakit Pelita Harapan. Gak terlalu jauh sih kalo dari sini."

Mendengar hal semacam itu barulah Alysa merasa tertarik terhadap lawan bicaranya.

"Berguna 'kan gue sebagai temen lo?"

Kedua ujung bibir Alysa mulai tertarik ke atas lalu dipegangnya kedua bahu teman serba tahunya ini. "Lo emang ter-the best!"

"Eh, mau ke mana?" lengan Via ditarik Alysa ke arah yang berlawanan dengan niatnya.

"Ke Perpus, temenin gue."

Alysa memang tidak pintar, tapi kalau berniat untuk rajin dengan sifatnya yang kompetitif maka kemungkinan ia bisa dipertimbangkan untuk jadi saingan si juara bertahan di kelasnya.

Tugas dapat dirampungkan dalam beberapa jam setelah Aksa memberikannya melalui chat whatsapp. Tidak ada yang sulit jika dilakukan dengan tulus dan sepenuh hati, walau terdapat sedikit niat terselubung.

ALYAKSA (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang