Aksa hanya membawa Alysa keluar dari kantin lalu melengang pergi, meninggalkannya begitu saja.
Lalu, apakah lelaki itu bisa menghindar? Alysa masih bisa mengikutinya walaupun dalam keadaan repot karena sambil membawa-bawa sekotak tisu.
Weeyyy ... anjir!
Protes para penghuni toilet ketika Alysa hampir ikut masuk ke dalam. Dengan segera gadis itu pun kembali keluar. Terlalu fokus mengikuti sampai tidak sadar ruangan apa yang dimasuki.
Seseorang yang ditunggui akhirnya kembali menampakkan diri, namun lagi-lagi Alysa dilewati seolah ia benar-benar tidak terlihat, padahal sejak tadi ia mendapat sapaan dari orang-orang yang berpapasan dengannya.
Alysa mengepalan tangan. Ia tidak bisa menjadi jauh lebih sabar lagi. Namun, tiba-tiba ada sebuah bola terpantul keluar lapangan, seolah tahu arah benda keras itu Alysa pun segera mempercepat langkahnya dan berakhir menjadi sosok yang terkena pantulan yang menyakitkan itu--menggantikan Aksa.
"Awwwh!"
Sial. Alysa tidak berpikir akan sesakit ini.Aksa terhenyak dan ia tak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu ... Aksa berdeak. "Lo ini kenapa, sih? Mau sok jadi pahlawan?"
"Sorry, bolanya dong!" teriak seseorang dari kejauhan.
"Udah kayak gini dan lo tetep masih mau ninggalin?" Alysa menahan pergerakan Aksa dengan lengan satunya, akan tetapi lelaki itu sama sekali tak bisa diberhentikan, sedangkan lengannya terlalu sakit untuk digerakkan.
Ternyata Aksa berniat untuk mengambil bola.
"Lo gak liat apa, kalau bola lo ngenain orang?! kalau gak becus, gak usah maen!" membanting keras benda berat itu ke arah orang yang tak menyadari perbuatannya.
"Sorry, kita gak sengaja." Arion berucap, ia salah satu anggota tim yang sedang ikut latihan. "Urus Alysa, tadi harusnya bola itu kena lo."
Tanpa diberi tahu pun Aksa sudah sangat sadar akan hal itu hanya saja masalahnya lelaki yang memiliki hubungan darah dengan korban malah lebih memilih untuk melanjutkan kembali permainannya tanpa berniat untuk sekadar memastikan keadaan adiknya sendiri, bahkan Alysa sangat menyadari betul hal ini.
"Mana yang sakit?" Aksa meraih lengan Alysa yang terkena bola tadi dengan hati-hati. "Kita ke UKS."
"Eng-gak." Alysa menarik kembali lengan yang kini memiliki memar.
Aksa menatap tajam gadis itu, ia tak suka merasa bersalah seperti ini. "Terus mau lo apa?"
"Gue cuma..."
"Kenapa suka banget nyari perhatian orang sampai segininya, sih? apa seseru itu?"
Alysa melenguh. Ia terlalu lelah dituduh yang tidak-tidak, ia hanya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. "Gue bisa ngobatin diri gue sendiri, lagipula ini pilihan gue, lo gak salah dan gak perlu merasa bertanggung jawab karena ini ulah gue."
"Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang gak gue suka?" ucap Aksa menohok, membuat langkah kaki Alysa terhenti sejenak.
Hening.
Nyatanya Aksa sudah tak berada di baliknya. Lelaki itu mengambil jalan lain. Entah kenapa matanya begitu perih, sekarang sesak di dalam hatinya seperti jauh lebih sakit daripada memar pada lengannya.
***
*Menjelang beberapa menit sebelum bel masuk.
"Alysa mana?" tanya Via pada Aksa yang sudah siap sedia di bangkunya.
"Lo kan temennya, kenapa nanya gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYAKSA (completed)
Teen Fiction"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berhenti jadi orang yang nggak gue suka!?" Aksa Pradipa 10 tahun terpisah membuat semua yang seharusnya mudah menjadi tak bercelah. Dapatkah Aly...