Malam hari pun tiba, kini Yura beserta keluarganya tengah makan malam di ruang makan.
Saat sedang sunyi-sunyinya, terdengarlah suara ketukan pintu dan salam dengan suara berat dari seseorang.
"Biar Yura aja, Ma," usul Yura kemudian menghampiri ruang tamu--lebih tepatnya, pada pintu yang beberapa kali diketuk.
Saat membukanya, mata Yura melebar dan menatapnya sinis. "Ngapain?"
"Gue kan tetangga baru lo," Yura menaikkan sebelah alisnya, "terus?" Tanya Yura.
Kenan sedikit terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Keluarga lo, gak ada yang kasih sambutan gitu?"
Yura diam, menunggu bacotan lanjutan dari mulut tetangga barunya itu, "lo gak inget, kan gue bilang kalau dimasa depan, gue bakal jadi calon imam lo."
"Lo mau disambut pake apa? Batu, sandal, atau amukan warga?" tawar Yura menatap laki-laki didepannya dengan datar.
"Sama ciuman boleh?"
"Boleh, tapi lo tutup mata dulu," pinta Yura dengan smirk nya.
Plak.
"Nih rasain tuh, ciuman dari sandal Mama gue!"
"Lo gak tau malu banget, ya, udah ngambil sandal gue, sekarang minta sambutan. Yang ada tuh, elo pengajian dirumah lo. Kali aja jin yang ada di tubuh lo, pada kepanasan!" lanjut Yura dan langsung menutup pintunya dengan gebrakan keras.
Kenan pun terlihat mengusap dadanya. "Hampir ginjal gue copot," gumamnya lalu terkekeh.
Gila? Memang. Cowok itu memang gila. Dan benar-benar gila!
💘
SMA GENTARA.
Setelah hari minggu, bergantilah senin. Dan hari senin, adalah hari yang memekikkan bagi Yura. Selain kebisingan dari orang-orang yang tidak tau aturan, juga karena suara-suara dari anggota-anggota upacara lainnya.
Suara mereka yang lantang, membuat Yura berdecak beberapa kali. Sontak, Keisha yang berada disampingnya menoleh kearah sahabatnya itu.
Keisha mendekatkan dirinya pada Yura seraya membisikkan sesuatu, "kalau gak mau yang berisik-berisik club, mending lo balik, terus cuci pakean aja," usul Keisha yang setelah itu mendapat delikan mata Yura.
Keisha menyengir seraya mengangkat jarinya seperti huruf V.
30 menit pun berlalu, begitu juga dengan upacara yang berakhir. Sebenarnya, sudah sepuluh menit yang lalu Yura pergi dari kerumunan orang-orang yang sedang upacara itu. Dia beralasan ingin pergi ke toilet. Padahal, yang dia tuju adalah perpustakaan.
Perpustakaan adalah tempat ternyaman bagi Yura. Selain sedikitnya orang yang berisik, di perpustakaan juga banyak koleksi-koleksi buku. Meski, yang Yura suka adalah novel, dan keberadaan novel hanya ada beberapa di perpustakaan, Yura juga tidak masalah jika harus membaca buku-buku lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Teen Fiction[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...