27

145 16 14
                                    

Sudah lima menit yang lalu, bel pulang sekolah berbunyi. Tapi, Yura malah masih berdiam diri di tempatnya. Sedari pelajaran dimulai, dia sama sekali tidak memperhatikan. Bahkan, sampai bel pulang pun dia mengacuhkannya.

Tanpa dia sadari, bukan hanya dia saja yang berada di kelas. Melainkan Kenan. Kenan sedang menunggu Yura untuk memintanya pulang bersama, karena akan diadakan kerja kelompok juga tentunya. Tapi, sepertinya Yura sedang tidak fokus pada apapun.

Lelah menunggu, akhirnya Kenan menghampiri Yura. Namun, belum sampai di meja Yura, dia mendapat notifikasi pesan dari Tania dan Dimas. Lalu, dia pun memilih untuk membaca pesan dari Tania.

Tania:
Bisa anterin gue ke rumah sakit nggak, Ken?
Ibu kumat lagi.

Me:
Oke.

Setelah membalas pesan Tania, Kenan pun berjalan keluar kelas. Dan yang pasti dia akan pulang bersama Tania, lagi.

Padahal, tanpa Kenan sadari Yura melihat semuanya. Rasa sesak di dadanya pun kembali hadir di saat Kenan meninggalkannya lagi untuk kesekian kalinya.

"Ini alasan gue gak bisa percaya sama lo. Karena lo selalu prioritasin orang lain, Ken. Gimana bisa gue percaya kalau hati lo emang buat gue, tapi lo selalu dekat sama Tania?" gumam Yura menangkup wajahnya, frustasi.

Semenatara dari luar kelas, seseorang dengan hoodie dan masker hitamnya tengah menyeringai. "Payah, baru kehilangan cinta aja udah melow. Nggak asik! Lo harus lebih menderita dari ini!"

___

Garden Caffe.

"Ini si Kenan kemana, sih?" tanya Ares geram.

Dimas pun mengedikkan bahunya. "Nggak tau. Padahal, gue udah suruh dia kesini. Heran gue sama dia. Giliran gue deketin Yura, dia emosi. Giliran Yura ada di deket dia, malah di sia-siain!"

"Yaudah, gue panggil Radit aja kali ya ke sini?" usul Ares diangguki Dimas.

"Lo udah dapetin nomornya kan?" Kini, berganti Ares yang mengangguk.

"Halo, Dit, gue mau bahas sesuatu, nih. Lo bisa ke Garden caffe, gak?"

" .... "

"Oke, deh. Gue sama Dimas tunggu, nih." Setelah itu, Ares pun mematikan sambungan telfonnya.

Setelah menunggu 15 menitan, akhirnya Radit datang. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru caffe. Lalu, matanya menangkap dua sosok lelaki yang dikenalnya kemarin malam.

Kemudian, dia pun segera menghampiri mereka.

"Wasap, guys!" sapa Radit, namun Ares dan Dimas hanya menatapnya--aneh.

"Duduk langsung, nggak pegel tuh berdiri mulu?" Radit pun terkekeh dan duduk disamping Ares.

"Jadi, kenapa, nih?"

"Kita bahas soal Yura. Tadi--" Ares pun menceritakan semua mulai dari Celin yang mengancam Yura, informasi tentang Celin yang mempunyai geng sendiri, dan sikap introvert yang dimiliki Tania, bahkan kecurigaan bahwa Tania adalah si hoodie hitam itu.

"Oke, gue paham. Dan kebetulan, gue udah nemu jawaban sandi itu." Lalu, dimas pun mengeluarkan catatan kecil dari sakunya.

"Sandi Caesar. 8 itu, huruf i. M berarti m, tetep sama. 10 itu adalah, K. Dan 0 adalah, A." tutur Radit menjelaskan. Ares dan Dimas pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Jadi, bisa kita gabungin semua jadi, I'm KA."

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang