Ares berkunjung ke Yogyakarta sehari setelah ujian nasional selesai dilaksanakan. Ia bersama kedua sang adik--Raga, pergi berkunjung ke rumah lama di sana.
Perjalanannya melewati jalan sepi. Dimana mereka harus menuju desa dimana mereka dulu tinggal agar bertemu sang nenek. Naasnya saat kendaraan melaju, kelompok begal menghadang.
Membawa berbagai benda tajam dan pistol untuk mengancam mereka. Ares dan Raga hampir merelakan semua harta benda mereka demi keselamatan.
Tapi semuanya berbanding terbalik. Malah sekelompok begal beringas itu yang merelakan diri mengurung di balik kejamnya jeruji besi. Itu semua berkat Alex--Papa Yura-- yang melewati daerah itu bersama dua orang polisi.
Dua orang polisi itu tadinya hanya mengawal Alex ketika akan pulang dari proyek di desa. Semenjak saat itu Ares dan Raga merasa berhutang budi pada Alex.
Hal kecil memang, tapi bagi kedua anak muda itu merupakan anugerah Allah yang tak terhingga. Mengirimkan seseorang agar mereka berdua selamat.
"Bengong mulu!" Ares menengadah mendapati Keisha yang duduk di sampingnya tanpa permisi.
"Mikirin apa, sih, lo? Kayak orang nolep."
"Mikirin jasa seseorang," balas Ares singkat.
Keisha meletakkan tanya di pangkuan lalu ikut menatap lapangan di kampus. "Sejujurnya gue masih malu sama diri sendiri."
"Kenapa?"
"Gak ada, sih. Gue cuman ngerasa bejad banget udah nyelakain sahabat gue sendiri cuman gara-gara kurang perhatian," sesalnya hingga Ares tersenyum kecil.
Sudah akrab satu tahun dengan Keisha membuatnya tahu bahwa gadis ini sangat membutuhkan perhatian seseorang. Saat itu ia hanya tidak suka Yura mendapat perhatian lebih dari orang tua. Keisha ingin mengadu, tapi kepada siapa? Radit? Saat itu Radit juga sama sibuknya.
Keisha Anandita Ravenna, yang menyimpan luka seorang diri. "Kalau ada kesempatan ketemu Yura, Lo mau ngapain?"
"Gue ... bakal nebus dosa."
Ares menepuk puncak kepalanya. Selalu menganggap Keisha adiknya, walaupun sangat mengesalkan seperti Dimas. "Gue bisa temuin lo sama dia," ujarnya membuat Keisha menoleh.
"Lo gak main-main, kan? Emang Lo tau Yura dimana?"
"Muka gue serius Lo, Kei. Minta ditabok beneran, dah," tukas Ares mendengar ketidakpercayaan Keisha.
"Iya maaf." Keisha membenarkan posisi duduknya. "Lo serius kan bisa nemuin gue sama Yura?" Ares mengangguk kemudian menelepon seseorang.
Ia bangkit, menjauh dari Keisha guna meminta izin dari Alex.
Selesai berbincang, Ares kembali dan menelepon seseorang lagi.
"Tunggu diangkat," titahnya. Keisha meraih handphone itu dengan gementar, jantungnya seperti dipompa cepat kemudian lari di tempat.
"Halo?"
Keisha menjatuhkan air matanya. Ia kenal. Ia terlalu kenal dengan suara itu. Suara yang dinantikan sirinya untuk kembali.
"Halo ... Ra."
__
Kenan memberhentikan motornya di garasi rumah. Melepaskan helm dan menyandarkan Asep sang scoopy kesayangan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, gimana daftarnya?" tanya ayah Kenan yang baru pulang kerja. Ayahnya menutup koran, mengambil cangkir kopi dan meneguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Fiksi Remaja[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...