34

133 17 2
                                    

Seperginya Kenan, Hana langsung mengambil posisi duduk di samping Yura. "Kamu anak hebat."

"Terimakasih sudah membuat anak tante jadi lebih baik lagi. Kamu yang kuat, ya, Yura. Tante tahu kamu orang yang pantang menyerah."

Hana tersenyum sambil menatap Yura yang dipenuhi selang-selang medis. "Kenan itu orangnya berisik, dulu sewaktu kecil dia suka muter lagu dengan volume penuh." Hana terkekeh menceritakan Kenan kecil pada Yura.

"Pas masih di Bandung, dia selalu beli es cendol sehabis pulang sekolah. Kadang tante sampai marahin dia karna beli cendol langsung lima bungkus untuk dia sendiri."

"Pernah juga, Ra, dia di ajak guru buat lomba nyanyi. Kenan itu dulu pemalu, gak kayak sekarang. Waktu di ajak latihan nyanyi dia tiba-tiba nangis dan bilang gak jadi ikut."

"Kenan suka karedok dengan nasi liwet. Minumannya ya es cendol," jelas Hana.

Tangannya terulur mengelus rambut Yura sama seperti yang anaknya lakukan. "Kamu cepat sembuh, ya, tante pengin banget makan kue buatan kamu lagi."

"Assalamualaikum,Permisi," salam Papa Yura--Alex pada Hana.

Hana bangkit berdiri dan menyalami, "Waalaikumsalam, bagaimana dengan Laras?" tanya Hana.

Alex duduk di sofa ruangan itu. "Keadaannya membaik, tapi Yura harus segera kami pindahkan." Mata Hana membelalak. Pindah? keluar kota maksudnya?

"Kemana? Memangnya kenapa dengan rumah sakit ini?"

"Bukan karena rumah sakit, hanya saja saya rasa harus membawa Yura dirawat dirumah sakit tempat adik saya bekerja. Karna saya ada pekerjaan di luar kota, akan lebih baik Yura saya pindahkan ke kota tempat saya dan adik saya bekerja."

Hana menghela nafas, pasti Kenan akan sedih mengetahui ini. "Tapi bagaimana dengan mbak Laras?"

"Dokter bilang istri saya sudah semakin membaik dan akan cepat pulih, sembari menunggu saya akan tetap disini dan mengurus apa saja yang Yura butuhkan selama akan dipindahkan," papar Alex membuat Hana mengangguk.

"Kapan Yura akan pindah rumah sakit?" tanya Hana yang dijawab Alex, "Besok subuh."

Baiklah, apa boleh buat. Ia tidak bisa memaksa Alex untuk menetapkan Yura di sini, karna itu bukan haknya dan ini demi kebaikan dan kesehatan Yura. "Semoga semuanya berjalan lancar."

"Aamiin."

__

Kenan kembali lagi ke rumah sakit tepat pukul tiga sore sehabis pulang sekolah. Bagaimana pun dia memiliki kewajiban sebagai pelajar untuk menempuh pendidikannya. Dia memberhentikan motornya lalu melepaskan helm. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

Ia menunggu lift sekitar lima menit lalu masuk dan menekan tombol 4 menuju ruang rawat Yura.

Pintu lift terbuka dan Kenan langsung keluar. Anehnya saat ia membuka pintu hanya ranjang rapi yang ia temui. Bukan bunda, Yura atau siapapun itu.

"Ruangannya bener." Kenan melihat seorang suster lewat. "Sus, pasien di ruang ini dipindahkan ruangan?" tanya Kenan.

"Oh, iya pindah."

"Pindah ke ruangan maba, sus?" tanya Kenan lagi.

Suster itu menjawab, "bukan pindah ruangan, tapi, rumah sakit." Kenan mematung. Apa lagi ini?

Suster itu berlalu meninggalkan Kenan yang dengan sigap menelepon Bunda. "Halo, Bun, Assalamualaikum," salam Kenan yang dibalas oleh Hana.

"Bunda tau kalau Yura pindah?"

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang