"Lepasin tangan Yura!"

Dimas menoleh, mendapati Kenan dengan raut wajah marah.
"Berapa kali gue bilang, lo nggak usah ikut campur urusan gue sama Yura," sahut Dimas emosi yang tanpa sadar memperkuat cekalan tangannya pada pergelangan Yura.
"Gue bilang lepasin!" Kenan mendorong bahu Dimas kuat hingga Dimas tersungkur.
Terpancing emosi, Dimas bangkit, menarik kerah seragam Kenan dan melayangkan satu pukulan di wajah lelaki itu.
Bugh
"Kenan!" Yura membungkam mulut terkejut dengan kedua tangannya. Ia tak berani mendekati dua lelaki yang sedang tersebut emosi itu.
Tidak ada tanda-tanda keduanya akan menyerah.
"Maksud lo apa mukul gue?! Hah?!" Dimas menyapu sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan Kenan.
Kenan melepas dasi dengan kasar, lalu membuangnya ke sembarang arah. "Gue nggak bakal mukul tanpa sebab. Itu akibat karena lo nggak mau lepasin tangan Yura."
"Gak usah sok jadi pahlawan. Zaman sekarang orang kayak lo itu cuman dianggap pencari perhatian."
"Setidaknya gue bukan pemaksa kayak lo!" kata Kenan remeh.
"Banyak omong." Dimas kembali melayangkan pukulan bertubi-tubi ke perut maupun wajah Kenan.
Kenan tak sempat menghindar, hujaman Dimas terlalu kuat untuk dilawannya.
"Mati aja lo!" ujar Dimas sambil memukul Kenan membabi buta.
"DIMAS STOP!" teriak Yura ketika melihat Kenan tak berdaya lagi untuk melawan Dimas. Ia menyesal karena terlalu takut untuk melerai. Andai saja tadi ia dapat menghentikan perdebatan keduanya, mungkin aksi saling memukul tak akan terjadi.
Mungkin, jika ia lebih berani tak ada dati mereka yang terluka.
"Ra, dia ini cuman parasit yang harus dibasmi."
Yura menatap Dimas tajam, emosi semakin memuncak ketika Dimas kembali memukul perut Kenan. "Gue bilang stop, Dimas, stop!"
Plak
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Dimas yang langsung diam mematung. Sedangkan Kenan, ia terkejut melihat Yura yang tampak berapi-api.
Kaki Yura melemas, tangannya gemetar, pandangannya berapi, namun tampak kosong. Sekarang ... ia telah menampar seseorang.
Hal yang sangat dilarang mama dan papanya. Yaitu, melakukan kekerasan.
"Yur, lo nggak apa?" Kenan bangun lalu menghampiri Yura dengan tertatih. Pandangan keduanya bertemu.
Mata Yura mulai berkaca-kaca. "Yura! Jawab gue."
"Dim, maaf," ucapnya lirih.
Dimas yang memegang pipinya, menatap Yura. "Jadi, setelah lo bergaul sama dia, lo berani nampar orang ya, Ra?"
"Yura!" teriak Keisha yang baru keluar kelas. Dimas yang melihat kedatangan Keisha, pun, langsung pergi meninggalkan Kenan dan Yura dengan amarah yang memuncak.
"Loh? Itu wajah lo kenapa lebam, Ken?" tanya Keisha sesampainya di depan keduanya.
Kenan menggeleng pelan sebagai jawaban pada Keisha, kemudian beralih menatap Yura. "Nggak usah lo pikirin. Gue tau, lo nggak ada maksud buat nampar Dimas."
Keisha semakin heran, sebenarnya apa yang terjadi?
"Kei, gue titip Yura, ya? Gue mau ke UKS dulu," ujar Kenan sembari menatap Yura. Setelah itu ia bangkit berdiri meninggalkan halaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Teen Fiction[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...