24

169 17 19
                                        

Hai:)

"Kayaknya, .... " Radit pun menggantungkan kalimatnya, dan hal itu membuat mereka penasaran. "Gue cari-cari kitab pas gue masih SMP, deh. Gue nggak inget," kata Radit menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Semua pandangan pun menatapnya kesal. Namun, Radit malah menampilkan watadosnya.

"Kalau udah, lo hubungin gue. Nanti kita semua kumpul di rumah gue," kata Kenan diangguki semua.

"Yaudah, Yur, ini udah malem. Kita balik dulu. Jaga diri ya, Yur. Kalau lagi sendirian di rumah, lo telfonin kita-kita atau, kalau lo canggung, minta temenin Keisha aja. Dia kan sahabat lo, ya, kan?" ujar Dimas.

"Bentar, Keisha?" beo Radit memastikan. Lalu, semua pun mengangguk. "Keisha Anandita Raveena, kah?" tanya Radit sekali lagi.

"Kok lo bisa tau, Dit? Dia saudara, lo?" tanya Yura pada Radit.

"Bukan, dia bukan saudara gue. Dia sama gue itu, ya kayak lo sama Kenan," ceplos Radit membuat Yura hampir tersipu.

"Jadi, dia gebetan, lo?" tanya Yura, Radit pun mengangguk. "

"Halo, Tan kenapa?" Tiba-tiba, suara Kenan terdengar setelah lama diam. Semua pandangan tertuju pada Kenan yang sedang berbicara dengan penelfon di seberang.

"Kok lo bisa di sana? Lo gila, ya?!" Terdengar Kenan membentak frustasi. Sampai-sampai dia tidak melihat Yura yang tengah memasang wajah masamnya.

"Lo tunggu disana, jangan kemana-mana--"

"Tetap di beraksi di rumah saja 2020!" sela Ares meniru host dakwah yang ada di televisi.

Tiba-tiba, Dimas menggeplak belakang kepala Ares. "Goblok lo gak ketulungan, ya, Seres?"

"Njir, nama gue Ares. Kemaren, manggil gue Res, sekarang Seres. Emang dasarnya lo gak punya adab, etika, akhlak, Dimasmas!" protes Ares di tertawakan oleh Radit.

"Ay--"

"Ck, lo pada bisa diem dulu gak, sih?!" Tiba-tiba suasana hening setelah Kenan membentak marah.

"Gue kesana, sekarang!" Langsung saja Kenan yang tanpa pedulinya pergi dari hadapan Yura. Tatapan semua orang tertuju pada Kenan, lalu pada Yura.

Niatnya, Dimas akan mendekat, tapi Ares mencekalnya. "Biarin dia tenang dulu, Dim," bisik Ares.

"Lo pada mau pulang, ya?" Mereka semua menangguk.

"Lo mau kita semua disini, Yur? Gue, sih gas-in aja!" ujar Radit semangat. Lalu diangguki Dimas dan Ares.

Yura tersenyum, lalu menggeleng. "Udah malem. Lagipula, ini bukan penginapan apalagi tempat hang out! Dah lo semua pada keluar," usir Yura bercanda, tapi Yura pun serius menyuruh mereka pulang.

"Lo baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa, lo telfon gue aja," ujar Dimas lalu mengusap lembut surai Yura yang panjang.

"Biasanya, Kenan yang ngelakuin ini ke gue," batin Yura tersenyum miris.

Lalu, dia mengubah raut wajahnya menjadi ceria lagi. "Ashiap! Udah sana pada pulang. Hati-hati ya!" Semua mengangguk seraya tersenyum. Mereka pun berjalan menuju keluar gerbang rumah Yura.

Tapi langkah mereka tiba-tiba berhenti saat mendengar teriakan Yura. "Makasih ya! Dahhh!" Lalu, Yura pun masuk dan menutup pintunya.

Semua terkekeh melihat tingkah Yura. "Yura pandai banget nyembunyiin rasa cemburu, ya?" tanya Radit tiba-tiba.

Dimas tersenyum. "Masih banyak kejutan yang bakal dia kasih tau ke lo. Bakal kagum, deh, lo nanti."

"Iyain aja, Dit. Biasalah yang lagi kasmaran suka gitu," timpal Ares.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang