25

171 18 29
                                        

"Ma, Papa udah berangkat?" Yura menuruni tangga sambil berbicara pada mamanya yang menata meja makan.

Mama menoleh dan mendapati anaknya dengan seragam sekolah. "Belum. Papa masih siap-siap, nanti kamu berangkat bareng aja," usul mama.

Yura mengangguk dan meletakkan tasnya di kursi kosong disampingnya. "Ma, aneh gak, sih, rambut Yura?" Mama menoleh dan menyadari hari ini Yura mengucir satu rambut panjangnya.

"Bagus kok, malah lebih bagus gitu. Rapih dan gak keliatan kusut."

"Jadi selama ini rambut Yura kusut gitu?" tanya Yura membuat mama mengiyakan. "Masa kamu gak sadar? Mama aja liat rambut kamu rasanya pengen botakin aja," cibirnya membuat Yura memasang muka datarnya.

Mamanya selalu seperti itu. Kelewatan jujur.

"Mama panggil Papa dulu," ujar Mama dan pergi menuju kamar.

Yura mengambil segelas susu coklat disampingnya dan menenguknya sedikit. Pandangannya yang semula pada gelas susu, tanpa sengaja menyapu ke rumah tetangganya.

⚙️

"Kenan bangun!" teriak Bunda memanggil anak lelakinya yang masih setia memeluk guling.

Kenan menggeliat pelan karna badannya diguncang. "Lima menit, Bun. Kenan masih ngantuk."

Bunda menarik-narik selimut yang membungkus Kenan. Rutinitasnya yang paling membuat naik darah, ya, ini. Membangunkan Kenan si tukang tidur.

"Nggak, gak ada. Udah terang banget ini, Ken. Kalau telat sekolah gimana?"

"Ah Bunda ... lima menit aja."

"Kenan, malu sama tetangga."

"Bunda ... Kenan ngantuk. Beneran, lima menit aja, ish , lima menit. " Kenan menarik selimutnya sambil merengek.

"Bangun atau Bunda siram pakai air panas?" ancam Bunda lelah melihat putranya ini.

Berhasil. Kenan membalikkan badannya sambil mengucek kedua matanya pelan. Bibirnya mengerucut marah, padahal ia baru saja tidur sekitar dua jam karena begadang untuk bermain game.

"Ish, kejam banget sih sama anak sendiri."

"Makanya bangun, atuh, Kenan."

"Bunda tunggu dibawah. Sepuluh menit lagi kamu belum siap, scooter kamu Mama jual," ujar Mama seraya menutup pintu kamar.

Kenan yang baru mengumpulkan nyawa beringsut turun dari kasur. Ia mengambil handuk dari balkon kamar dan langsung bergegas mandi, demi scooter kesayangan.

"Bunda jangan jual Asep!" teriaknya mengingat Asep si scooter.
___

"Bun, berangkat dulu. Assalamualaikum." Kenan menyalami Bunda bersamaan dengan Yura yang keluar dengan Papa.

" Waalaikumsalam, bawa motornya pelan-pelan, pakai helm," nasihat Bunda.

Kenan memanaskan mesin motornya, lalu melirik Yura yang sedang memakai sepatu di teras rumah.

Sepertinya Yura akan berangkat dengan Papanya. Ia tidak boleh mengganggu quality time keluarga Yura. Walaupun sebenarnya ia ingin mengajak Yura berangkat bersama.

Kenan mengambil helm. "Pergi dulu, Bun."

"Iya," sahut Bunda dan masuk ke rumah.

Sebenarnya sedari tadi, Yura sengaja memakai sepatu di teras. Ia kira Kenan akan mengajaknya, tapi sepertinya ia akan menjemput Tania.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang