8

279 43 34
                                    

Kini, seperti yang dikatakan Yura, bahwa dia akan membantu Kenan mengobati lukanya. Padahal, tanpa sepengetahuan Yura, Kenan itu sudah membodohinya.

"Yuk," ajak Kenan pada Yura yang tengah merapikan bukunya.

"Ck, bentar." Kenan pun mengangguk.

Setelah selesai, mereka pun pergi ke ruang UKS untuk mengobati luka lebam di wajah Kenan.

"Duduk dulu aja di sana, gue cari kotak P3K-nya dulu," titah Yura seraya mencari tempat kotak obat.

Setelah dapat, Yura pun langsung menghampiri Kenan dan bersiap mengobati luka Kenan.

"Sakit nggak?" tanya Yura yang telaten mengolesi luka Kenan dengan obat.

Kenan menggeleng kuat, "kan ada elo. Jadinya gue kuat, heheh .... " kekeh Kenan.

Tiba-tiba, tangan yang tadinya mengolesi luka Kenan berhenti. Kenan pun dibuat heran dengan itu. Lalu, Kenan mengikuti arah pandang Yura. Dan, dapat. Ternyata, di ambang pintu UKS, ada Dimas yang sedang tersenyum sinis.

Seketika, Yura menghampiri Dimas. Membuat Kenan melihatnya dengan heran.

"Em ... maaf, Dim." Dimas dan Kenan menoleh. Melihat ke arah Yura yang sedang menundukkan kepalanya, merasa bersalah.

Tapi sedetik kemudian, Dimas tersenyum sinis. "No problem, bukan salah lo juga, Yur."

Yura mendongak, melihat ke arah Dimas. "Tapi, gue tadi nam-"

"Masa sih? Kok gue lupa, ya?" tanya Dimas berpura-pura lupa.

"Dim, maaf. Gue kelepasan," kata Yura semakin menundukkan kepalanya. Bukannya menerima permintaan maaf dari Yura, Dimas malah mengedikkan bahunya acuh.

Yura yang sadar bahwa Dimas tak lagi di depannya. Langsung saja mengedarkan pandangannya. Dan, ternyata Dimas sedang berbaring di bangkar UKS.

Yura pun menghampiri Dimas lagi, mengabaikan Kenan yang terus melihat ke arah Yura dan Dimas.

Terlihat, Yura mencoba untuk meraih lengan Dimas. "Dim, please, maafin gue. Gue gak sengaja .... " mohon Yura dengan wajah yang terlihat sangat merasa bersalah.

Dimas yang tadi memejamkan matanya, sekarang telah membuka matanya dan menatap Yura. Namun sebelum itu, dia menatap Kenan dengan sorotan angkuhnya.

Dimas memegang bahu Yura, mencoba menenangkan gadis itu. "Udahlah, Yur. Bukan sepenuhnya salah lo, kok. Dan, gue udah maafin lo juga. Jadi jangan sedih lagi, princess sunyi." Terlihat Dimas mengacak gemas rambut Yura. Yura pun membalasnya dengan pelukan.

"Makasih, Dim lo udah mau maafin gue. Sumpah, gue bener-bener gak sengaja," kata Yura masih memeluk Dimas. Sedangkan Dimas melirik kearah Kenan dengan sorotan yang semakin angkuh, bahwa dia telah membawa Yura kedalam hidupnya lagi.

"Em, Yur. Lo masih mau pelukan gini? Gak mau obatin luka lebam gue?" Tiba-tiba Yura terlihat gelagapan.

"Lupa, sebentar gue ambil kotak obatnya dulu." Yura pun mengambil kotak obat. Dan itu pas sekali saat dia berhadapan dengan Kenan. "Em, Kenan, gue obatin luka Dimas dulu ya? Nggak papa, kan?" Dengan berat hati pun, Kenan tersenyum lalu mengangguk.

Kenan mengikuti arah jalan Yura yang menghampiri Dimas. Kenan juga masih tetap memperhatikan Yura yang mengobati orang lain-Dimas. Karena merasa tak ada gunanya di sina. Kenan pun bangkit, lalu beranjak pergi.

Namun, Yura menyadari itu, lalu bertanya pada Kenan. "Lo mau kemana?"

"Pulang," jawab Kenan ketus. Nampaknya dia sedang berada dalam mode badmood.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang