[Sudah Terbit. Open PO]
Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan?
Risih?
Kesal?
Geram?
Jengah?
Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mampus. Satu kata yang dapat mewakili perasaan Kenan dan Yura. Sehabis ini mereka pasti akan kena hukuman. Hukuman yang tak terduga pastinya.
Pernah ada yang mengatakan, dulu ada murid yang sedang merokok saat masih di area sekolah. Murid itu terciduk oleh bu Dera. Dan berakhir dihukum, dengan sangat tak masuk akal.
Katanya. Tapi, tidak tau juga dengan realitanya. Tunggu saja saat Kenan dan Yura dihukum.
"Kalian itu ke sekolah, mau belajar atau pacaran?!" gertak bu Dera dengan suara lantang yang menggema ke seluruh penjuru kelas.
"Belajarlah, Bu. Kok Ibu nanya, sih?" jawab Kenan santai.
Astaga, Kenan! Kenapa lo harus nambah masalah, sih? Ya ampun, batin Yura merutuki sikap Kenan.
"Kamu berani ngelawan saya?!"
"Gak beranilah, Bu. Kan ibu itu panutan, mana mungkin saya bisa lawan. Lagian ibu kan perempuan, nanti disangkanya saya cemen lagi, gara-gara ngelawan perempuan," tutur Kenan masih dalam mode santai.
"Kalian berdua, ikut ke ruangan saya!" titah bu Dera.
"Dasar tukang suruh," tukas Kenan kesal saat bu Dera telah keluar dari kelas sebelas IPA-2.
"Beraninya di belakang, coba lo ngumpat di depan mukanya. Mau tau gue, seberani apa dan sesantai apa lo ngedapetin hukuman nanti," tantang Yura dengan sinisnya. Habisnya, dia benar-benar kesal dengan sikap Kenan yang sok acuh tak acuh.
"Selama bareng lo, ngapain harus takut?"
"Jangan bawa-bawa gue, ya!"
"Ngapain gue bawa? Lo kan, berat. Mending gue gandeng. Yuk cus, ke ruangan bu Dera," ajak Kenan. Dan kali ini, masih dan tetap pada mode santainya.
Sekarang, Yura dan Kenan sudah berada di ruangan bu Dera, dengan rasa siap dan tidak siap untuk diberi hukuman.
"Kalian tau kan ini sekolah?" tanya bu Dera berbasa-basi. Kenan dan Yura pun mengangguk.
"Lalu kenapa kalian berpelukan saat masih di area sekolah? Ini bukan tempat untuk romatisan, ini tempat belajar!"
"Maaf, Bu. Kita salah, kita minta maaf," ucap Yura menundukkan kepalanya.
"Ibu maafkan, tapi hukuman akan tetap berjalan." Bu Dera pun menatap sengit Kenan. Sementara Kenan hanya acuh tak acuh, lagi.
"Hukumannya apa, Bu?" Kini Kenan bersuara. Untung saja hanya bertanya, tidak ada maksud untuk memancing emosi bu Dera, lagi.
"Kita ke taman belakang," titah Bu Dera pada Yura dan Kenan. Lantas, mereka pun–Yura dan Kenan–mengikuti langkah Bu Dera menuju taman belakang sekolah.