[Sudah Terbit. Open PO]
Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan?
Risih?
Kesal?
Geram?
Jengah?
Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kediaman keluarga Yura tampak sibuk di sabtu pagi ini. Terlihat papa yang sedang memotong tumbuhan pucuk merah, dan membentuknya persegi di halaman rumah.
Di dapur, mama sibuk mengiris bawang dan memotong sayur-sayuran untuk sarapan mereka pagi ini. Sedangkan Yura, ia sibuk membersihkan rumah. Dimulai dari membereskan kamar, menyapu, lalu dilanjutkan mengepel seluruh ruangan hingga mengelap jendela.
"Yura?" panggil papa dari luar membuat Yura yang tengah mengelap jendela berhenti.
Diletakkannya kain lap, dan berjalan ke halaman. "Kenapa, Pa?"
Papa yang tengah mendorong gerobak berisi dedaunan menoleh. "Tolong kamu ambilkan air untuk pucuk merah ini," pinta papa yang langsung dilaksanakan Yura.
Setelah mengambil gembor berisi air, Yura menyirami tanaman pucuk merah satu-persatu dengan telaten. "Udah semua?" tanya papa setelah membuang daun bekas potongan pucuk merah tadi.
"Iya, Pa. Ngomong-ngomong, kenapa Papa motong pucuk merahnya gini?"
Papa tersenyum sambil duduk di rerumputan. "Biar nggak menghalangi jalan, Ra. Lagi pula, setelah dipotong nanti akan tumbuh pucuk yang warnanya merah."
"Oh gitu ternyata, pantas namanya pucuk merah," kata Yura ber-oh ria.
"Pucuk merah juga ada manfaatnya loh kalau kamu belum tahu," ujar Papa pada anak perempuan kesayangannya.
Yura meletakkan gembor yang sudah kosong lalu duduk disebelah Papa. "Emang apa, Pa? Yura gak tahu," tanya Yura sambil terkekeh.
"Ternyata belum tahu. Pucuk merah itu selain bisa jadi pagar alami rumah juga bisa sebagai pewangi ruangan. Belum lagi kandungan senyawa polifenol pada bagian daunnya, dapat digunakan sebagai antioksidan alami untuk mengurangi stres dan melindungi sel beta pankreas, akibat efek radikal bebas yang berbahaya," jelas Papa yang diangguki anaknya berulang kali.
Tidak heran, Papanya memang suka sekali dengan tanaman-tanaman.
"Bahkan pucuk merah juga bisa mencegah penyakit diabetes, kalau kamu belum tahu," tambah Papa.
"Baru tahu, nih, karna Papa kasih tahu. Terus nama ilmiahnya pucuk merah apa, Pa? Kan tumbuhan mempunyai nama ilmiah, tuh."
Papa tampak berpikir sejenak, lalu ia menjentikkan jari. "Nama ilmiah pucuk merah itu Syzygiumpaniculatum dari genus Syzygium," jawab Papa membuat Yura berdecak kagum.
"Kenapa kamu?" tanya Papa heran melihat putrinya.
"Papa hebat banget, aku aja belum tahu banyak, walau belajar tentang tanaman di sekolah," puji Yura membuat Papa tertawa keras.
Tiba-tiba Yura teringat akan tanaman kurma yang ada di taman sekolahnya. "Oh iya, Pa. Kemarin di sekolah aku bantuin tukang kebun sekolah buat nanam kurma. Aku baru tahu, kalau kurma di Indonesia bisa tumbuh juga. Kalau gak salah namanya itu kurma baari," ujar Yura dengan menghilangkan kenyataan bahwa saat itu ia dihukum bersama Kenan.