Yura berjalan cepat menuju perpustakaan. Satu-satunya tempat ia merilekskan pikirannya.
Ia bingung. Katanya Kenan sangat sayang padanya, tapi kelihatannya ia lebih sayang pada Tania.
Sebenarnya yang salah disini siapa? Kenan saja terlihat melindungi dan menyayangi Tania dari pada dirinya. Anehnya, kenapa di saat ia mencoba mendukung Tania dengan Kenan ... malah Kenan yang marah padanya karna ia menghindari Kenan?
"Kayaknya hati gue udah dibawa lari sama lo tanpa gue sadari." Yura membuka selembar demi selembar buku tanpa berniat membacanya.
"Eh lo disini juga, Yur." Kursi di depan Yura di tarik oleh Celin. Si penggosip sekolah.
Yura membalasnya dengan senyuman karna memang sedang tidak niat berbicara dengan orang. "Lo baca buku apa?"
"Tentang tumbuhan." Celin memajukan badannya. "Gue mau liat dong," pinta Celin.
Sebenarnya Yura terbilang tidak pernah dekat apalagi sampai berkomunikasi dengan Celin. Apalagi notabenya Celin itu sering dijuluki penggodam, pastinya riuh sekali. Berlawanan sekali dengannya yang tidak suka kebisingan.
Yura memberikan buku itu pada Celin yang menerimanya dengan senang hati. Tapi bukannya dibaca, Celin tiba-tiba menatap Yura sinis. "Lo ada hubungan apa sama Kenan?"
"Gue? Sebatas tetangga sama kawan kelas aja."
"Masa? Kalau cuman sebatas, kenapa Kenan perhatian banget sama lo?" Yura terdiam. Malas rasanya menjawab Celin. "Kenapa lo pengen tahu banget?" tanyanya balik.
Celin berdehem sambil melirik sekitarnya. "Gue kasihan aja sama lo," ujarnya membuat Yura yang membuka buku melirik. "Kasihan?"
Celine mengangguk. "Iya, kasihan. Lo digantungin, kan, sama Kenan?"
"Apa, sih. Nggak," sanggah Yura membuat Celin geram. Yura ini susah diracuni otaknya.
Celin tersenyum licik. Ia bangkit berdiri dan berpindah tempat menjadi disamping Yura. "Gue tau kok. Lo sama Kenan lagi deket."
"Gue juga tahu akhir-akhir ini Kenan dekat sama Tania," lanjut Celin.
Yura yang jengah dengan pembahasan tentang Kenan terus-menerus langsung menutup bukunya. "Intinya aja bisa, Lin?"
"Gue gak suka lo ganggu hubungan Tania sama Kenan," cetus Celin.
"Gue nggak per ah ganggu hubungan siapapun," ujar Yura sesantai mungkin. Tapi bukan Celin namanya kalau mendengarkan omongan orang.
Celin bangkit berdiri. "Sampai gue liat lo usik hubungan temen gue ... tau, kan, gue bisa berbuat apa ke orang-orang?" Yura diam.
"Satu lagi orang yang gak setuju gue dekat sama Kenan." Yura mencoret catatannya tentang siapa saja yang tidak suka Yura dengan Kenan.
"Sejak kapan Tania berkawan sama Celin? Bukannya dia introvert juga?" Ares bergumam setelah kepergian Celin.
___
Ares berjalan cepat ke dalam kelas. "Dimas mana?" tanya Ares pada salah seorang teman dikelasnya.
"Gak liat gue," balas temannya.
Ares menghampiri wakil ketua kelas di XI IPA-1. "Lihat Dimas gak?" wakil ketua kelas itu menggeleng. "Belum dateng, Res. Di kursi ya belum ada tas, noh."
"Ya udah, makasih." Ares berbalik menuju kelas Kenan. Ia mengacak-acaj rambutnya pelan selama menuju kelas.
"Assalamualaikum, gak jawab dosa," salam Ares di kelas Kenan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Novela Juvenil[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...