[Sudah Terbit. Open PO]
Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan?
Risih?
Kesal?
Geram?
Jengah?
Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yura memasuki ruang kelas dengan nafas yang terengah-engah. Ia kesal. Hari ini, Mama tidak membangunkannya. Sehingga tadi pagi, ia telat bangun dan berakhir buru-buru agar dapat sampai di sekolah tepat waktu. Belum lagi peluh di pelipisnya mengucur terus-menerus. Hari ini cuaca terik sekali dan ia berangkat naik angkot.
"Yura! Sini lo!" Panggil Keisha menyuruh Yura.
Yura menoleh, mendapati Keisha memegang sapu lantai di sudut kelas dengan muka masam.
Sepertinya ia akan mengamuk karena semalam. "Kenapa, Kei?" balas Yura tak niat.
Keisha melepas sapu lantai dengan kesal, lalu berjalan ke arah meja Yura.
"Kurang ajar banget lo, ya, semalam." Keisha menoyor kening Yura "Padahal gue udah kepo."
Yura tertawa sambil mengambil tisu yang selalu dibawa dari dalam tas. "Lo sih, nelpon orang malam-malam. Kan gue udah ngantuk," bela Yura pada dirinya sendiri.
"Alesan aja lu." Keisha melirik Yura yang berkeringatan "Abis kerja rodi ya, lo? keringetan gitu."
"Ngawur lo. Tadi gue kesini naik angkot, mana hari ini panas banget lagi," bantah Yura sekaligus menjelaskan kejadian apes yang sebenarnya menimpa dirinya.
"Loh, bukannya lo belakangan ini berangkat bareng Kenan?" tanya Keisha membuat pergerakan Yura terhenti.
Mood nya yang sedikit membaik, kembali buruk. "Nggak," jawabnya singkat.
"Kenapa?"
Yura sedikit memutar bola matanya malas. "Tadi pas gue mau nebeng, kata bundanya, dia udah berangkat." Yura membuang kasar tisu nya ke sembarang arah di dalam kelas. Saking kesalnya dengan Kenan.
Saat Yura sedang asik berbincang dengan Keisha, datanglah Kenan dengan seragam acak-acakan yang tak seperti biasanya. Mukanya terlihat dingin.
"Hai, Ken!" sapa Keisha saat Kenan duduk di kursinya.
Kenan mengambil buku matematika lalu membuka lembar demi lembaran tugas yang akan di kumpulkan hari ini, untuk diperiksa kembali.
"Ken, lo bisa bantuin gue nomor lima gak?" Kenan menaikkan alisnya sebelah melihat Yura yang menyodorkan buku.
Dengan cepat Kenan menepis kasar buku itu membuat Yura terkejut setengah mati. "Sorry, gue lagi malas bantuin orang," ujar Kenan lalu berjalan keluar kelas, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana.
Yura terdiam. Sepertinya sikap Kenan mulai berubah pada dirinya. Yang dulu selalu siap membantu, sekarang malah terlihat enggan.
Semuanya berubah setelah kejadian semalam. Dimana Yura membantu Dimas mengobati luka-lukanya, dan tanpa sengaja mengabaikan Kenan.