Pendaftaran untuk universitas telah dibuka. Kenan pergi sendiri ke kampus untuk mendaftarkan dirinya.
Kampus yang terdiri dari tiga tingkat itu membuat Kenan takjub. Tidak menyangka akan menginjakkan kaki secara sah sebagai calon mahasiswa.
Serangkai surat penting sudah digenggamnya, ia pun berjalan menari-cari di mana tempat pendaftaran.
"Kenan!" pekik Ares yang menemukannya.
Ares bersama Dimas berjalan beriringan menghampiri Kenan. Keduanya memakai baju kasual sembari menentang tas. "Pergi gak bilang-bilang lo. Katanya harus satu kampus," protes Dimas.
"Gue lupa. Ini aja karna Bunda yang nyuruh cepat-cepat."
"Woy kalian!" gabungan suara kembali terdengar. Celin, Raya, Radit, dan Keisha berlari menghampiri mereka bertiga yang ada di ujung lorong.
Entah memang takdir persahabatan atau bagaimana, tapi baju mereka hari ini serentak semua. Berwarna hijau. "Kita gak janjian pakai warna baju yang sama, kan?" heran Keisha.
Yang lain sontak melirik satu sama lain. "Dih, lo semua ngikutin gue, ya?" tuduh Ares.
"Sembarangan lo! Fashion lo tuh seleranya rendah," tukas Raka
Radit mengangguk dan menyahut, "tau tuh, yang ada pasti lo yang ngikutin gue."
"Sekata-kata lo sama gue. Gini gini selera gue tinggi, Ares tampan beli sepatu venes aja yang premium," tampiknya tak terima di ejek Raka.
"Alah premium aja bangga Lo, Res. Contoh gue beli yang asli, original," timpal Raka membuat mereka tergelak kecuali Ares.
"Tau tuh, gegayaan banggain premium."
"Udahlah, kasian si Ares, kalau nangis, kan, jadi beban buat kita," ujar Kenan.
"Buli gue terus!"
Celin tertawa mendengar perbincangan mereka, teman-temannya yang selalu punya humor rendah. Apa saja ditertawakan, tak sengaja ekor matanya melirik sebuah tas yang dulu sering dilihatnya.
"Loh?" gumamnya heran melihat seorang perempuan tenggelam di balik dinding.
Kenapa mirip?
"Heh, Lin. Ngapain bengong-bengong?" tegur Radit membuatnya tersedar.
Ia menggeleng. "Nggak tadi gue kayak ngeliat orang yang familiar banget," jawabnya.
Kenan mengerutkan keningnya. Namun, sedetik kemudian ia menganggap itu orang lain. Meski hatinya merasa itu padalah orang yang di carinya.
"Ayolah mendaftar! Nanti keburu tutup, jadi gelandangan lo semua," ajak Dimas sehingga yang lain mendengus geram.
***
Kenan bersama Ares memilih jurusan manajemen bisnis. Sedangkan Dimas memilih untuk menekuni hobinya tentang tanaman dan mendaftarkan diri di jurusan budidaya pertanian dan agronomi.
Celin bersama Keisha memilih untuk berada satu jurusan, Design. Sedangkan Radit, entah kerasukan apa ia memilih jurusan hukum bersama Raka.
"Gue makin curiga lo suka sama Raka, Dit?" curiga Ares yang dihadiahi pukulan pada kepalanya.
Raka mendengus, dia, kan, masih waras, masih menyukai lawan jenis. Ya walaupun belum ada lawan jenis yang menyukainya. "Gue itu ada Keisha, amit-amit gue suka sama cowok. Yang ada tuh, lo sama Raka yang patut dicurigai."
Raka mendelik tajam. Apa katanya tadi? Sudah siap mati rupanya sohibnya satu itu.
" Tas gue di dalamnya ada tongkat baseball, mau lo?" ancam nya membuat Radit menggeleng takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLE MAKER (OPEN PO)
Genç Kurgu[Sudah Terbit. Open PO] Bagaimana pendapatmu, jika kamu mempunyai tetangga yang menyebalkan? Risih? Kesal? Geram? Jengah? Pasti semua itu benar adanya. Dan, seperti itulah perasaan Yura pada tetangganya. Ralat, bukan pada tetangga nya. Tapi, pada...