15

227 22 6
                                    

Ketika sampai di rumah sakit, Tania langsung melepaskan helm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika sampai di rumah sakit, Tania
langsung melepaskan helm. "Makasih, ya, Ken. Gue jadi repotin lo lagi," ucap Tania.

"Iya, nggak apa-apa. Kalau gitu gue lanjut, ya." Kenan hendak melaju lagi, namun Tania secara tiba-tiba memegang pergelangan tangannya.

Kenan mengenyit menatap Tania. "Ma-maaf, tapi ... lo bisa temenin gue, nggak?" Gadis itu menunduk.

Kenan melepaskan pegangan Tania lalu mengatakan, "gue harus jemput Yura. Kasian dia sendirian di sekolah."

Tania mendongak dengan mata berkaca-kaca. Saat ini, ia butuh seseorang untuk menguatkannya setelah semua masalah yang dialaminya. "Ken, please, gue butuh temen."

"Lo temen gue, kan?" tanyanya membuat Kenan bimbang. Ia mengatupkan bibirnya. Bingung, mana yang harus dipilih.

"Iya, gue temen lo."

"Teman itu selalu ada sewaktu temannya terpuruk." Tania mengusap air matanya yang mengucur bebas.

Benar memang, kalau Tania adalah temannya, sudah seharusnya ia menemani temannya disaat kesusahan. Namun, Yura juga sedang menunggunya sendirian disana.

Apa Kenan harus meninggalkan Yura?

Atau harus meninggalkan Tania?

Kenan menghembuskan nafasnya kasar dan turun dari motor. "Ayo masuk!" ujarnya membuat Tania tersenyum senang.

⚙️

"Kenan di mana, sih?" gumam Yura berdiri di depan pagar sekolah.

Terhitung 40 menit telah berlalu dan Yura masih pada posisi yang sama, berdiri menunggu Kenan. Ini sudah pukul tiga sore dan langit mulai menggelap. Petir dan guntur saling bersahut-sahutan.

Yura menadahkan tangan kanannya sembari menatap ke arah langit. Rintik-rintik hujan perlahan turun ke permukaan bumi. Bergegas ia menuju sebuah ruko di depan sekolah.

"Gue telfon Papa aja, deh," ujarnya dan mengeluarkan ponsel dari saku rok.

Telfon berdering cukup lama lalu sedetik kemudian terdengar suara dari seberang sana. "Halo, Ra?"

"Halo, Pa. Papa bisa jemput Yura, nggak?" tanya Yura

Terdengar lagi suara di sana, "Aduh maaf, ya, sayang. Papa lagi meeting sama klien. Papa minta tolong Keisha atau Kenan aja, ya?"

Yura menghembuskan nafasnya gusar. "Nggak usah, deh, Pa. Yura nunggu angkot yang lewat aja." Tak mungkin ia meminta Keisha yang sedang ada keperluan juga.

"Ya udah. Kamu hati-hati di situ," ucap Papa yang dijawab Yura sebelum mematikan telfon.

TROUBLE MAKER (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang